Pasar Properti Jabodetabek Masih Tertekan, Kecuali Tiga Sub-sektor Ini

Sub-sektor properti terpantau tangguh selama pandemi dan berpotensi untuk terus menjadi daya tarik bagi investor lokal dan asing.

Data center elektrikal (Foto: Pixabay.com)
Data center elektrikal (Foto: Pixabay.com)

RealEstat.id (Jakarta) – Masa pandemi merupakan periode yang menantang bagi sebagian besar pasar properti Jabodetabek. Meski demikian, beberapa sub-sektor properti terpantau tangguh, khususnya sektor logistik, pusat data (data center), dan rumah tapak.

"Ketiga sektor ini berpotensi untuk terus menjadi daya tarik bagi investor lokal dan asing,” jelas James Allan, Country Head JLL Indonesia dalam acara JLL Media Briefing yang berlangsung secara daring, Selasa (19/10/2021).

Di sektor perkantoran, memasuki kuartal III 2021, tidak ada pasokan gedung perkantoran baru yang rampung dibangun, baik di kawasan CBD maupun di luar CBD Jakarta.

Baca Juga: Pengembang Lirik Strategi Omni-channel Dalam Pemasaran Properti

"Akan tetapi, tingkat hunian untuk gedung perkantoran gedung di kawasan CBD masih tertekan di angka 72%, sedangka di kawasan luar CBD berkisar di angka 74%," jelas Yunus Karim, Head of Research JLL Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Angela Wibawa, Head of Office Leasing JLL Indonesia menuturkan, kinerja pasar perkantoran di kuartal III 2021, mulai terlihat sedikit mengalami peningkatan, namun harga sewa masih tertekan.

Sebagai bagian dari upaya meminimalkan biaya, perusahaan-perusahaan mempertimbangkan ruang perkantoran yang siap-huni (fitted-out space) untuk melakukan relokasi.

"Selain itu, tren pengurangan luas ruang perkantoran juga masih terjadi. Secara umum, tingkat hunian gedung perkantoran Grade A masih tertekan di angka 66%,” kata Angela Wibawa.

Baca Juga: Akhir 2021, Permintaan Apartemen di Jakarta Diprediksi Meningkat

Sementara itu, aktivitas di sub-sektor properti ritel atau pasar pusat perbelanjaan Jabodetabek di Kuartal III 2021 terpantau masih terbatas. Beberapa penyewa baru segera membuka toko mereka setelah pusat perbelanjaan diperbolehkan untuk beroperasi kembali.

"Aktivitas ini terutama didorong oleh penyewa makanan dan minuman diikuti oleh peritel peralatan rumah tangga. Tingkat hunian pusat perbelanjaan relatif stabil berada di angka 87% mengingat tidak adanya pasokan baru yang beroperasi di kuartal ini," papar Yunus Karim.

Di sektor apartemen, imbuh Yunus, tren penjualan di Jakarta selama Kuartal III 2021 masih menunjukkan pelemahan yang sama sejak awal pandemi. Melemahnya permintaan disebabkan pembeli yang masih berhati-hati dan melakukan wait-and-see.

Baca Juga: Sektor Ritel Jakarta Diprediksi Normal di 2023, Apa Indikatornya?

"Para pengembang juga belum aktif meluncurkan produk baru dan masih berupaya meningkatkan penjualan terhadap proyek eksisting dengan menawarkan kemudahan cara bayar dan berbagai promosi lainnya,” terangnya.

Vivin Harsanto, Head of Advisory JLL Indonesia menambahkan, beberapa pengembang terpantau masih meluncurkan apartemen baru di Bodetabek, khususnya di kawasan Tangerang dan Bekasi dengan total sekitar 3.000 unit.

"Beberapa proyek merupakan fase kelanjutan dari pengembangan yang telah dimulai sebelumnya. Proyek apartemen yang lokasinya berdekatan dengan kawasan campuran (mixed-use development) dan fasilitas transportasi publik, pada umumnya mendapatkan respon yang cukup baik dari pembeli,” ujar Vivin Harsanto.

Baca Juga: Indonesia Jadi Pasar Incaran Operator Data Center Dunia

Sebagai sub-sektor properti yang survive di masa pandemi, sektor logistik di Kuartal III 2021 mengalami permintaan positif. Menurut Farazia Basarah, Head of Industrial JLL Indonesia, demand ini terutama berasal dari penyedia jasa logistik yang terus berekspansi dengan menyewa properti pergudangan di kawasan Jabodetabek.

Selain itu, perusahaan e-commerce, khususnya start-up yang bertumbuh pesat saat ini cenderung mencari ruang gudang yang berlokasi dekat dengan pusat kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Semarang, dan Bandung. Permintaan yang sehat ini membuat tingkat hunian ruang gudang modern di Jabodetabek cukup stabil di angka 93%.

"Di samping sebagai penyimpanan, fungsi ruang gudang juga beragam, antara lain menjadi pusat distribusi, ruang transit barang, ruang penyimpanan bersuhu dingin atau menjadi pusat data yang terus menjadi daya tarik bagi para investor dan pelaku bisnis, baik lokal maupun internasional,” pungkas Farazia Basarah.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Dirjen Perumahan, Iwan Suprijanto (kiri) dan Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto dalam acara Gala Dinner Peringatan HUT REI ke-52 dengan tema “Propertinomic Untuk Indonesia Maju” di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat, 26 April 2024. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Dirjen Perumahan, Iwan Suprijanto (kiri) dan Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto dalam acara Gala Dinner Peringatan HUT REI ke-52 dengan tema “Propertinomic Untuk Indonesia Maju” di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat, 26 April 2024. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia