Akhir 2021, Permintaan Apartemen di Jakarta Diprediksi Meningkat

Pasokan tahunan 2021 lebih tinggi dibanding 2020, karena sebagian pengembang apartemen di Jakarta sudah mulai percaya diri menyelesaikan proyek mereka.

Apartemen Green Pramuka, Jakarta. (Foto: Istimewa)
Apartemen Green Pramuka, Jakarta. (Foto: Istimewa)

RealEstat.id (Jakarta) - Sepanjang Kuartal III 2021, tidak ada proyek apartemen baru yang diluncurkan di Jakarta. Kendati demikian, pasokan tahunan apartemen di tahun ini yang diperkirakan sebanyak 3.383 unit, masih lebih tinggi dibanding pasokan tahunan di 2020 yang hanya mencapai 2.698.

"Hal ini disebabkan tahun ini sebagian pengembang apartemen sudah mulai percaya diri untuk menyelesaikan proyeknya," demikian penuturan Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers Indonesia dalam acara Colliers Virtual Media Briefing Kuartal III 2021.

Baca Juga: Beberapa Subsektor Properti Bertahan di Masa Pandemi, Apa Saja?

Hingga akhir September 2021, imbuh Ferry Salanto, ada 2.107 unit apartemen baru dari empat proyek yang diserahterimakan. Dengan penambahan ini, total apartemen di Jakarta mencapai 217.085 unit. Di Kuartal IV 2021 Colliers Indonesia memprediksi akan ada 940 unit apartemen yang selesai dibangun. 

Tingkat penyerapan apartemen di Jakarta, dalam enam tahun terakhir, terlihat masih jauh dari harapan. Di Kuartal III, penyerapan sedikit meningkat, yakni hanya 0,09% secara kuartalan (QoQ) dan berada di level 87,29%.

Sampai akhir Kuartal III, penyerapan tidak sampai 50% dibandingkan angka tahun 2020. Di awal 2020 tidak ada masalah dengan penjualan apartemen. Semua berjalan normal, hingga akhir Semester I 2020. Di Semester II, kasus Covid-19 mulai melesat dan membuat mobilisasi masyarakat mulai terbatas. Jika dilihat, tingkat penyerapan di 2020 pun tidak sampai setengah pencapaian 2019.

Baca Juga: Wajah Muram Pasar Apartemen Jabodetabek Dihantam Wabah COVID-19

Di Kuartal III 2021, jumlah unit terjual mengalami sedikit peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara di sisi harga jual, tidak ada kenaikan sama sekali dan tetap berada di angka Rp35 juta per meter persegi.

"Tahun 2021 ini memang tahunnya Covid-19, di mana sepanjang 2021 selalu ada kasus baru. Regulasi PPKM dan WFH yang diberlakukan membuat kunjungan ke show unit dan lokasi proyek berkurang, karena memang untuk memutuskan membeli, konsumen tak cukup dengan marketing secara online," katanya.

Baca Juga: Pasokan Rendah, Harga Apartemen di Jabodetabek Stagnan

Dengan diturunkannya level PPKM di Jakarta ke Level 3 dan kegiatan konstruksi diizinkan, pengembang diperkirakan akan mengejar ketertinggalan untuk menyelesaikan proyek-proyek apartemen yang telah berjalan.

Cara berpromosi pun akan semakin bervariatif. Terbukti dengan penggunaan media sosial yang semakin gencar dan semakin kreatif dalam memanfaatkan marketing gallery.

"Diperkirakan tingkat permintaan akan meningkat di Kuartal keempat 2021, dengan syarat tidak ada gelombang ketiga COVID-19. Sedangkan harga jual diperkirakan akan tetap stagnan sampai akhir tahun ini," jelas Ferry. 

PPKM, Okupansi Serviced Apartment Turun
Di sisi lain, apartemen berlayanan atau serviced apartment tidak mendapat pasokan baru yang selesai di Kuartal III 2021. Rerata tingkat hunian sedikit menurun ke level 51,7%, akibat dari diberlakukannya PPKM darurat pada Juli 2021. 

Harga sewa rata-rata apartemen berlayanan tercatat masih sama seperti kuartal sebelumnya, yakni Rp398.731 di CBD Jakarta dan Rp364.026 di Jakarta Selatan dan luar CBD. Sementara, dari enam proyek yang dibangun, diprediksi hanya tiga proyek yang akan selesai di tahun 2021. 

Baca Juga: Apartemen Jakarta: Pasokan Tipis, Harga Nyaris Bergeming

Diprediksi Kuartal keempat 2021 merupakan kuartal yang berat, karena kedatangan ekspatriat yang masih terbatas. Sehingga tetap harus lebih bergantung pada permintaan dari lokal. 

"Secara umum, kondisi pasar apartemen di Jakarta dalam jangka pendek memang belum menarik buat investor. Harga saat ini belum terlihat bergerak. Namun hal ini bisa jadi momentum untuk investor yang berpikir jangka panjang. Saat ini mulai terlihat investor yang ambil ancang-ancang. Mereka memiliki capital ada tapi masih wait and see," pungkas Ferry Salanto.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)