Beberapa Subsektor Properti Bertahan di Masa Pandemi, Apa Saja?

Potensi sosio-ekonomi Indonesia, penetrasi internet, dan kebiasaan belanja daring menjadi faktor pengungkit beberapa subsektor properti di masa pandemi.

Cluster hunian di Jakarta Garden City (Foto: Modernland Realty)
Cluster hunian di Jakarta Garden City (Foto: Modernland Realty)

RealEstat.id (Jakarta) - Di tengah pandemi yang masih membayangi sektor ekonomi dan real estat, konsultan properti internasional JLL mencatat, investor lokal dan asing masih terlihat cukup aktif di beberapa subsektor properti, seperti logistik, pusat data (data centre), dan residensial, khususnya rumah tapak.

"Potensi sosio-ekonomi yang dimiliki Indonesia dan peningkatan penetrasi internet maupun kebiasaan belanja daring menjadi salah satu faktor yang menarik para investor tersebut,” jelas James Allan, Country Head JLL Indonesia dalam media briefing yang digelar Kamis (22/7/2021).  

Baca Juga: Terkoreksi, Pasar Rumah Sekunder di Jakarta Masih Aman

Sementara itu, Vivin Harsanto, Head of Advisory JLL Indonesia menambahkan, rumah tapak masih menjadi salah satu sektor properti yang bertahan di tengah pandemi. Minat pasar terlihat masih cukup tinggi merespon peluncuran produk baru yang dilakukan oleh pengembang.

Menurutnya, permintaan yang didominasi oleh pengguna akhir (end-user) dan keterjangkauan harga menjadi salah satu faktor yang membuat sektor ini tetap memiliki performa yang baik.

"Selain itu, insentif PPN, relaksasi LTV (loan to value), disertai dengan promosi dari pengembang dan penawaran cara pembayaran yang variatif juga menunjang keberhasilan penjualan rumah tapak," terang Vivin.

Okupansi Perkantoran Masih Tertekan
Pada kesempatan tersebut, Yunus Karim, Head of Research JLL Indonesia mengatakan, kendati kondisi belum stabil, namun ada satu gedung perkantoran di kawasan CBD Jakarta yang rampung dibangun, yaitu Trinity Tower. Selaras dengan kawasan CBD, satu gedung kawasan di luar CBD pun mulai beroperasi di kuartal kedua, yaitu Pondok Indah Office Tower 5.

"Penambahan pasokan ruang perkantoran tersebut membuat tingkat hunian (okupansi) rata-rata di kedua kawasan tetap tertekan," katanya. 

Baca Juga: Variabilitas Harga Sewa Kantor Jakarta Tertinggi di Asia Pasifik Dalam Satu Dekade

Menyambung penuturan Yunus, Angela Wibawa, Head of Office Leasing JLL Indonesia menjelaskan, sebagian besar perusahaan masih melakukan peninjauan ulang terhadap strategi mereka mengenai ruang kantor dan menerapkan pendekatan wait-and-see terhadap kondisi saat ini.

Salah satu opsi yang dilakukan untuk merespon keadaan di masa pandemi adalah dengan memperbaharui masa sewa di gedung yang sama dengan jangka waktu lebih singkat (short-term renewal).

"Selain itu, kami juga melihat terjadinya konsolidasi dan/atau pengurangan luas ruang perkantoran sebagai cara yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan biaya,” kata Angela.

Pusat Belanja Stabil, Apartemen Melemah
Terkait subsektor pusat perbelanjaan, Yunus Karim memaparkan, tingkat hunian relatif stabil, meskipun terdapat pasokan baru. Hal ini disebabkan oleh tingkat permintaan yang cukup sehat berasal dari para peritel yang melakukan ekspansi di pusat perbelanjaan baru yang mulai beroperasi di kuartal ini.

"Namun, aktivitas peritel pada pusat perbelanjaan eksisting masih terlihat amat terbatas dengan penutupan toko yang masih terlihat," ujarnya. 

Baca Juga: Inovasi Pengembangan Jadi Kunci Industri Ritel Bisa Bertahan Hidup

Sedangkan, aktivitas penjualan apartemen masih mengalami pelemahan akibat pandemi. Pembeli, khususnya investor, masih amat berhati-hati dan memilih untuk melakukan wait-and-see.

"Menyesuaikan dengan kondisi pasar, para pengembang juga masih menunggu waktu yang tepat untuk meluncurkan produk baru sehingga lebih berfokus untuk menjual produk eksisting mereka,” jelas Yunus. 

Empat Pergudangan Baru
Di sektor industri, Farazia Basarah, Head of Industrial JLL Indonesia menerangkan, sebanyak empat pergudangan modern yang berlokasi di Jakarta dan koridor timur Jakarta selesai dibangun pada kuartal kedua 2021.

Baca Juga: Pandemi dan Perilaku Konsumen Ubah Bisnis Properti di Sektor Logistik

Mengingat keterbatasan pasokan di Jabodetabek, penambahan gudang- gudang baru ini direspon cukup baik oleh para tenant, khususnya penyedia jasa logistik dan e-commerce. Hal ini terlihat dari permintaan yang cukup sehat sehingga membuat tingkat hunian rata-rata cenderung stabil di angka 90%.

"Selain ruang pergudangan, permintaan data centre atau pusat data juga menjadi daya tarik bagi para investor dan pelaku bisnis baik lokal maupun internasional,” pungkasnya. 

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)