2023, Penyewa Ruang Perkantoran CBD Jakarta Pasang 'Mode Waspada', Ada Apa?

Beberapa penyewa perkantoran di CBD Jakarta terlihat mempersiapkan pengurangan ruang kantor mereka mulai semester pertama 2023.

CBD Jakarta (Foto: RealEstat.id)
CBD Jakarta (Foto: RealEstat.id)

RealEstat.id (Jakarta) – Dua proyek perkantoran di CBD Jakarta rampung selama Kuartal IV 2022, yaitu The Autograph Tower (93.000 m2) di Jalan Sudirman dan Rajawali Place (42.350 m2) di kawasan Kuningan.

Dengan selesainya dua proyek ini, total pasokan ruang perkantoran di CBD Jakarta menjadi sekitar 7,2 juta m2 pada akhir Desember 2022. Demikian catatan konsultan properti Cushman & Wakefield dalam laporan Marketbeat Pasar Properti Jakarta.

Di 2023 ini, total pasokan ruang perkantoran yang direncanakan akan masuk pasar CBD Jakarta diproyeksikan berkisar 155.000 m2. Semuanya berasal dari kelas Grade A dan terletak di sepanjang Jalan Jendral Sudirman.

Baca Juga: Jakarta Makin Macet Pasca-Pandemi, Apa Implikasinya Bagi Sektor Properti?

Permintaan Ruang Perkantoran Menguat Pasca Pandemi

Kendati kegiatan transaksi lebih lambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, jumlah penyerapan bersih seluas 12.700 m2 masih terlihat di keseluruhan pasar perkantoran CBD Jakarta selama kuartal IV 2022.

"Dengan demikian, total penyerapan selama setahun penuh 2022 menjadi 121.400 m2," terang Arief RahardjoDirector Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia.

Sementara itu, imbuhnya, tingkat penyerapan bersih tahunan ini menunjukkan pertanda baik pemulihan pasar pasca era pandemi (2020 – 2021).

Mayoritas penyerapan bersih terjadi di perkantoran Grade A, berbeda dengan perkantoran Grade B dan C yang masih mengalami penurunan tingkat penyerapan selama tahun 2022.

"Pada akhir Desember 2022, tingkat hunian rata-rata pasar perkantoran CBD Jakarta meningkat sebesar 1,0 % secara tahunan (YoY) menjadi 71,4%," imbuh Arief.

Baca Juga: Okupansi Perkantoran Jakarta Membaik, Konsep Ramah Lingkungan Banyak Diadaptasi

Harga Sewa Masih Dalam Tekanan

Meskipun tren penyerapan bersih terus berlanjut dan peningkatan hunian secara keseluruhan, sewa tetap berada di bawah tekanan karena ketatnya persaingan di 'pasar berkembang'.

Beberapa pemilik tanah terus menawarkan potongan harga sewa dalam jumlah besar dari tarif yang dipublikasikan untuk menarik penyewa baru ke gedung mereka.

Pada akhir Desember 2022, rata-rata sewa dasar dalam Rupiah mencapai Rp159.800 per meter persegi per bulan, atau turun 8,7% secara tahunan (YoY).

Dalam dolar AS, sewa dasar turun lebih besar lagi sebesar 16,4% karena melemahnya Rupiah terhadap dolar AS (-8,3 YoY). Sementara itu, service charge meningkat 2,2% (YoY) dan berada di angka Rp91.450 per meter persegi per bulan.

Baca Juga: Tenant Perkantoran di CBD Jakarta Dapat Banyak Keuntungan di 2023, Apa Sebabnya?

Perbaikan tren baik dalam tingkat penyerapan maupun hunian diperkirakan akan melambat pada tahun 2023 karena penyewa akan berada dalam 'mode waspada' dan menunda keputusan besar terkait relokasi atau perluasan kantor mereka mengantisipasi prediksi resesi ekonomi global dalam waktu dekat.

"Beberapa penyewa ruang perkantoran di CBD Jakarta bahkan terlihat mempersiapkan pengurangan ruang kantor mereka mulai semester pertama 2023," kata Arief Rahardjo.

Harga sewa akan tetap berada di bawah tekanan karena tingkat kekosongan diperkirakan akan meningkat lagi dengan selesainya proyek kantor besar di kawasan CBD Jakarta pada tahun 2023, yang mungkin tidak akan diikuti oleh tingkat permintaan yang sama dalam rentang waktu yang sama.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)