Okupansi Perkantoran Jakarta Membaik, Konsep Ramah Lingkungan Banyak Diadaptasi

Sebanyak tiga dari lima gedung perkantoran yang akan hadir di Jakarta hingga 2025, merupakan gedung berkonsep green building.

Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) - Pencabutan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) menjadi sinyal positif terhadap perbaikan performa subsektor perkantoran di area Central Business District (CBD) Jakarta.

Kendati demikian, isu akan terjadinya potensi resesi global, membuat tingkat kewaspadaan konsumen pun turut menguat kembali. Hal ini berimplikasi pada tertahannya ekspansi dari perusahaan global pada ruang-ruang kantor di CBD Jakarta.

Dalam skala regional seperti di Singapura dan Seoul, pertumbuhan sektor perkantoran berada di situasi membaik seiring dengan terbukanya kembali jalur transaksidari China seiring dengan dicabutnya kebijakan zero covid policy.

Baca Juga: Green Building Berkonsep ESG Mulai Jadi Tren di Pasar Perkantoran Jakarta

Di Jakarta sendiri berdasarkan laporan Jakarta Property Highlight terbaru dari Knight Frank Indonesia, tingkat okupansi perkantoran CBD Jakarta di semester kedua 2022 perlahan mengalami peningkatan di angka 74,1%.

Sektor logistik menjadi penyumbang okupansi yang cukup agresif di akhir tahun 2022. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa per semester kedua tahun lalu, terdapat dua pasokan gedung baru yang menambah stok ruang perkantoran menjadi 6.991.223 meter persegi.

Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia menyebutkan suplai perkantoran masih terus bertambah di tengah kondisi ekonomi yang masih dalam proses pemulihan. Ini memberikan  tantangan berkelanjutan untuk sektor perkantoran di Jakarta saat ini.

Baca Juga: Tenant Perkantoran di CBD Jakarta Dapat Banyak Keuntungan di 2023, Apa Sebabnya?

"Meski demikian, tercatatnya okupansi dari sektor logistik yang agresif di akhir tahun 2022 juga turut memberikan secercah harapan untuk pertahanan di sektor perkantoran CBD Jakarta ke depannya,” kaya Syarifah Syaukat.

Jakarta Property Highlight juga mencatat adanya optimisme pasar, di tengah harga sewa gedung perkantoran di Jakarta yang masih stagnan dan cenderung melemah hingga 6%. Tercatat, deretan proyek gedung perkantoran baru yang memiliki harga sewa cenderung lebih tinggi.

Gedung perkantoran berkonsep ramah lingkungan, tercatat masih mendominasi untuk masuk menambah pasokan. Menurut laporan, terdapat tiga dari lima gedung perkantoran yang akan hadir hingga 2025 merupakan gedung berkonsep green building.

Baca Juga: Tingkat Kekosongan Perkantoran CBD Jakarta Tetap Tinggi di 2023, Ini Penyebabnya!

Lebih jauh lagi, laporan Jakarta Property Highlight juga mencatat bahwa selain sektor logistik, terdapat beberapa sektor lain yang juga cukup potensial dalam mendorong pertumbuhan tingkat okupansi di sektor perkantoran di semester kedua tahun 2022.

Sektor-sektor tersebut antara lain adalah sektor information technology (IT), fintech, mining, insurance, agrobusiness, automotive, oil and gas, energy, healthcare, dan trading.

"Meski masih dalam masa yang challenging, namun serapan tahunan ruang perkantoran yang kembali positif setelah tercatat negatif di tahun lalu menjadi indikasi bahwa seluruh pemangku kepentingan berupaya untuk pivoting toward opportunities untuk memperbaiki performa sektor perkantoran CBD di akhir tahun 2022 lalu, tahun ini diharapkan perbaikan dapat terus berlanjut positif,” kata Willson Kalip, Country Head dari Knight Frank Indonesia.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)