Rumah Sehat: Kebutuhan yang Jadi Tren di Masa Pandemi

Rumah yang layak dan sehat dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan merupakan sarana awal pembangunan SDM yang unggul.

Webinar "Rumah Sehat Sebagai Kebutuhan Gaya Hidup" yang digelar Jurnalis Peduli Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Webinar "Rumah Sehat Sebagai Kebutuhan Gaya Hidup" yang digelar Jurnalis Peduli Kesehatan Masyarakat (JPKM).

RealEstat.id (Jakarta)Rumah sehat menjadi kebutuhan dan tren selama pandemi Covid-19. Pasalnya, untuk menekan penyebaran virus, nyaris semua kegiatan dialihkan dan berpusat di rumah, sebut saja bekerja dari rumah (work from home/WFH) dan sekolah dari rumah (study from home/SFH).

Sekretaris Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR), M. Hidayat menuturkan, sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo 2020 - 2024, rumah merupakan sarana awal pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul.

"Seiring dengan hal itu, Pemerintah tetap melanjutkan program sejuta rumah di era normal baru. Desain rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) kini menyesuaikan protokol kesehatan penanganan covid-19, mengakomodasi kebijakan social distancing (penataan ruang), desain sirkulasi udara yang lebih baik," kata Hidayat dalam webinar Rumah Sehat Sebagai Kebutuhan Gaya Hidup yang digelar Jurnalis Peduli Kesehatan Masyarakat (JPKM), Kamis (18/2/2021).

Hal senada juga diungkapkan Sekretaris Perusahaan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) Denny S Adji. Menurutnya, pola hidup sehat yang dimulai dengan keberadaan rumah sehat.

"Pada masa pandemi Covid-19, rumah sehat makin dibutuhkan, karena sebagian aktivitas dilakukan dari rumah," kata Denny S. Adji.

Baca Juga: Cegah COVID-19 dengan Feng Shui Rumah Sehat

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estate Indonesia (DPP REI) Paulus Totok Lusida menuturkan, tren permukiman saat ini dan ke depan membutuhkan lebih banyak ruang terbuka. Fasilitas di kawasan permukiman juga dibentuk selengkap mungkin.

“Selain itu, rumah kini dimanfaatkan untuk bekerja, belajar, beribadah dan beribadah. Pada titik ini, desain rumah semakin memperhatikan siruklasi udara dan pencahayaan,” ujar Totok.

Totok melanjutkan sektor perumahan masih bisa tumbuh 2,3% tahun lalu. Padahal, ekonomi nasional terpangkas 2,07%, akibat pandemi Covid-19. Meski begitu, dia menuturkan, pandemi Covid-19 menghantam hebat sejumlah subsektor properti. Dia mencatat, kinerja mal ambles 85%, okupansi hotel turun 95%, perkantoran turun 74%, rumah komersial turun 50% - 80%. Akan tetapi, rumah subidi masih bertahan selama pandemi.

Baca Juga: Desain Arsitektur dan Interior Rumah Ideal di Era "New Normal"

Lebih lanjut, Totok menegaskan, ada beberapa risiko dan tantangan sektor properti tahun ini. Pertama, pandemi Covid-19 tidak tertangani sampai akhir tahun dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terus berlanjut. Kemudian, resesi ekonomi dan PHK 5% – 30% dari pekerja formal, lalu implementasi UU Cipta Kerja tidak pro bisnis, serta perubahan gaya hidup konsumen.

Adapun peluang sektor properti tahun ini, kata dia, datang dari vaksin gratis untuk seluruh penduduk Indonesia, kenaikan anggaran infrastruktur 47% menjadi Rp414 triliun, penurunan suku bunga BI7DRR 3,75%, penurunan suku bunga KPR/KPA, kenaikan kredit properti, anggaran FLPP MBR meningkat, dan relaksasi properti menengah atas (PPnBM, LTV rumah kedua).

Selanjutnya, dia menuturkan, pemulihan daya beli pembeli dan investor, pasokan klaster baru, UU Cipta Kerja probisnis, proyek ibu kota baru Rp446 triliun.

“Pengembang yang bertahan adalah yang bereputasi baik, punya land bank matang, keragaman produk, punya recurring income, dan menjalin kolaborasi,” tegas Totok.

Baca Juga: Cluster Dandelion Graha Natura Surabaya Tawarkan Rumah Sehat Bergaya Compact

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development, Tbk, Theresia Rustandi menegaskan, memiliki rumah yang layak dan sehat bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Itu sebabnya, Intiland bangga bisa bersinergi dengan JPKM dalam program bedah rumah. Kegiatan ini adalah inisiatif dan aksi nyata yang bagus sekali.

“Semoga makin banyak yang berkolaborasi dalam program ini, sehingga makin banyak pula masyarakat yang bisa merasakan manfaatnya,” katanya.

Program bedah rumah itu, tutur Theresia, selaras dengan program Intiland Teduh yang telah berjalan. Ini merupakan gagasan dan ide mulia yang tujuannya membantu masyarakat kurang mampu memiliki rumah yang layak dan sehat sehingga kualitas hidupnya meningkat.

Baca Juga: Pandemi Membuat Hunian di Perkotaan Lebih Humanis

Di lain pihak, Irwen Azhari, ketua umum JPKM menuturkan, pola hidup sehat sangat penting di tengah pandemi Covid-19, yang menghantam seluruh sendi kehidupan masyarakat. Hal ini mendorong JPKM menggelar webinar dan bedah rumah.

Menurut dia, hunian dengan sistem pencahayaan yang alami, sirkulasi udara, sistem sanitasi yang baik tentunya menjadi aspek penting sebagai tempat tinggal yang layak dan sehat. Selain melakukan webinar, JPKM melakukan gerakan sosial berupa edukasi dan donasi yang akan dilaksanakan di wilayah Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Sabtu (27/2/2021).

"Kegiatan donasi tersebut diwujudkan dalam bentuk bedah rumah dan membagikan paket kesehatan. Rumah yang dibedah adalah rumah yang tidak layak huni menjadi rumah layak huni," jelas Irwen Azhari.

Dalam membedah rumah, imbuhnya, JPKM melibatkan pengurus RT, RW, warga sekaligus pemilik rumah untuk ikut dalam proses bedah rumah. Selain itu, warga akan mendapat sosialisasi perilaku hidup sehat sebagai bekal meningkatkan imunitas tubuh.

Redaksi@realestat.id