Properti Jakarta: Ritel dan Hospitality Berbenah, Perkantoran dan Apartemen Lesu

Selain pergudangan dan rumah tapak, sektor properti alternatif seperti data center, pendidikan dan kesehatan juga mulai dilirik para pelaku bisnis properti.

Properti Jakarta (Foto: realestat.id)
Properti Jakarta (Foto: realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) – Investor properti asing dan lokal tetap melihat Indonesia sebagai tujuan investasi yang menarik, mengingat potensi sosioekonomi yang dimiliki. Selain sektor properti tradisional seperti pergudangan modern dan rumah tapak, sektor properti alternatif seperti pusat data (data center), pendidikan dan kesehatan juga merupakan sektor yang dilirik oleh para pelaku bisnis properti.

"Meskipun Jakarta masih menjadi pintu utama untuk berinvestasi di Indonesia, pembangunan ruas jalan tol baru dan jalan tol luar kota diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan properti di kota-kota lainnya,” James Allan, Country Head JLL Indonesia dalam acara JLL Media Briefing yang dihelat secara daring, Kamis (27/10/2022).

Baca Juga: Minimalkan Dampak Lingkungan, Industri Data Center Mesti Perhatikan 3 Hal Ini

Memasuki Kuartal III 2022, konsultan properti JLL Indonesia melaporkan, tingkat hunian sektor perkantoran berada di angka 72% untuk kawasan central business district (CBD) Jakarta dan 74% untuk kawasan Non-CBD. Hal ini disebabkan jumlah permintaan perkantoran yang masih terbatas.

Yunus Karim, Head of Research JLL Indonesia menjelaskan, terdapat satu gedung kantor Grade A di koridor Rasuna Said yang selesai dibangun di kuartal ketiga ini, sehingga tersisa tiga gedung di kawasan CBD yang diperkirakan beroperasi pada kuartal terakhir 2022 yang berpotensi menambah pasokan sektor perkantoran sekitar 225 ribu meter persegi.

"Di sisi lain, untuk kawasan Non-CBD, diperkirakan ruang perkantoran akan bertambah sebanyak 130 ribu meter persegi hingga akhir tahun ini," kata Yunus Karim dalam acara JLL Media Briefing yang dihelat secara daring, Kamis (27/10/2022).

Baca Juga: Tren Investasi Properti di Indonesia Saat Ekonomi Global Melambat

Sementara itu, Angela Wibawa, Head of Office Leasing Advisory JLL Indonesia menjelaskan, masih melanjutkan tren di beberapa kuartal sebelumnya, perusahaan secara hati-hati mulai menjalankan strategi real estat mereka, sehingga aktivitas pencarian ruang perkantoran terlihat dari berbagai sektor industri, khususnya untuk gedung Grade A.

Calon penyewa masih memprioritaskan strategi untuk mengurangi biaya sebagai pertimbangan utama sehingga membutuhkan waktu lebih lama dalam pengambilan keputusan. Secara umum, dengan tren downsizing yang masih terus berlanjut dan satu gedung yang selesai dibangun, tingkat hunian gedung perkantoran Grade A tertekan di angka 65%.

"Untuk harga sewa perkantoran, baik di kawasan CBD maupun kawasan Non-CBD, penurunan masih tetap terjadi dikarenakan tingkat permintaan yang terbatas menyebabkan gedung-gedung harus tetap bersaing untuk menarik minat penyewanya," kata Angela Wibawa.

Baca Juga: Jakarta Punya Empat Mal Baru Dalam Dua Tahun ke Depan

Lebih lanjut Yunus Karim menuturkan, peritel di pusat perbelanjaan tetap terlihat aktif yang ditunjang oleh pelonggaran PPKM sehingga pusat perbelanjaan diperbolehkan untuk beroperasi secara penuh serta tingkat kunjungan pada pusat perbelanjaan khususnya kelas menengah dan atas yang tetap mendukung pertumbuhan sektor ritel.

"Penyerapan pada kuartal ini sebagian besar berasal dari pasokan yang relatif masih baru seperti Pondok Indah Mall 3 dan AEON Mall Tanjung Barat. Aktivitas peritel didominasi oleh sektor makanan dan minuman serta fashion. Tingkat hunian masih relatif stabil di angka 88%," urainya.

Sedangkan, aktivitas penjualan apartemen di kuartal ketiga, secara umum masih melanjutkan tren yang terlihat selama pandemi. Tren pelemahan dari sisi penjualan masih berlanjut sehingga ikut mempengaruhi pertumbuhan harga yang terpantau tetap stagnan.

Baca Juga: Pasar Apartemen Jakarta Tunjukkan Tren Positif, Meski Harga Masih Stagnan

"Akibat dari permintaan yang terbatas, pengembang masih memilih untuk berhati-hati dalam meluncurkan proyek baru mengakibatkan terbatasnya unit kondominium baru yang diluncurkan,” terang Yunus.

Masih terkait pasar apartemen, Vivin Harsanto, Head of Advisory JLL Indonesia memaparkan, hampir serupa dengan kondisi di Jakarta, tren penurunan masih berlangsung antara lain karena sentimen pasar yang masih belum pulih terhadap apartemen sebagai instrumen investasi bagi pembeli yang mengejar yield maupun capital gain.

"Dengan tren penurunan ini tingkat penjualan dan peluncuran proyek baru tercatat hanya ada satu proyek dalam enam bulan terakhir, yaitu di wilayah Tangerang yang menyasar segmen menengah. Penjualan dan pasokan kondominium masih didominasi oleh tipe studio karena harga yang relatif lebih terjangkau,” kata Vivin.

Baca Juga: Data Center Dominasi Serapan Lahan Industri Jakarta di Semester I 2022

Di sektor industri dan logistik, JLL Indonesia mencatat satu proyek baru selesai dibangun di Cikarang pada kuartal ketiga 2022. Sedangkan, lima proyek seluas sekitar 150.000 m2 dijadwalkan akan selesai pada akhir 2022, terkonsentrasi di wilayah Bekasi dan Cikarang.

"Walaupun terdapat pasokan baru di kuartal ini, sebagian besar proyek eksisting terus menunjukkan pertumbuhan sewa yang stabil di pasar gudang logistik modern, terutama di subpasar yang kompetitif, seperti Cikarang,” tutur Farazia Basarah, Head of Logistics and Industrial JLL Indonesia.

Dia menambahkan, tingkat hunian ruang gudang modern di Jabodetabek tetap stabil di angka 94%. Tingkat permintaan sehat yang terpantau di Kuartal III 2022 didominasi oleh permintaan dari penyedia jasa logistik, yang diperkirakan akan terus mendorong permintaan akan ruang gudang modern.

Baca Juga: Pasar Perhotelan Jakarta Menggeliat, Tarif Harian Naik Hingga 51,6%

Pada kesempatan yang sama, Julien Naouri, Vice President, Investment Sales Asia, JLL Hotels & Hospitality Group mengungkapkan, pemulihan pariwisata di Indonesia diperkirakan akan lebih menyeluruh melihat sebagian besar negara-negara di kawasan sekitarnya telah mencabut aturan pembatasan perjalanan.

Hingga Agustus 2022, angka kedatangan wisatawan mancanegara di kota-kota utama seperti Jakarta dan Bali telah melampaui tahun 2021. Performa hotel-hotel mewah juga terus meningkat, mencapai tingkat yang mendekati masa pra-pandemi, khususnya Bali yang mengalami pertumbuhan signifikan dalam ADR (Average Daily Rate) kelas hotel luxury dengan melampaui level tahun 2019, dan mengimbangi tingkat hunian yang relatif rendah.

"Sementara itu, Jakarta masih dapat mengandalkan kuatnya permintaan domestik sambil menunggu kedatangan wisatawan korporasi asing. Hingga September 2022, Indonesia telah mencatat transaksi hotel sebesar USD174 juta, yang merupakan jumlah tertinggi selama dekade terakhir. JLL memperkirakan volume transaksi hotel akan mencapai USD300 juta pada tahun 2023,” terangnya.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)