Harga Lahan Industri Jabodetabek Naik Karena Dua Hal Ini

Wabah COVID-19 menyebabkan penyerapan lahan kawasan industri di Jabodetabek menurun. Meski demikian, ternyata harga lahan industri naik. Apa penyebabnya?

Lahan Kawasan Industri. (Foto: Dok. Bekasi Fajar Industrial Estate)
Lahan Kawasan Industri. (Foto: Dok. Bekasi Fajar Industrial Estate)

RealEstat.id (Jakarta) - Pasar kawasan industri di Jabodetabek menyisakan pasokan lahan yang kian terbatas. Alternatif yang mungkin dilakukan untuk pembukaan lahan baru saat ini mengarah ke timur Jakarta, seperti Karawang, Purwakarta, dan lebih jauh lagi ke Subang. 

Konsultan properti mancanegara, Cushman & Wakefield mencatat, selama kuartal I-2020 tidak ada pasokan baru ruang industri yang masuk pasar. Ekspansi kawasan industri di Subang yang seharusnya diluncurkan pertengahan tahun ini,  ternyata mengalami keterlambatan proses konstruksi, sehingga harus ditunda hingga akhir 2020.

Baca Juga: Wajah Muram Pasar Apartemen Jabodetabek Dihantam Wabah COVID-19

Permintaan Bersih Turun Akibat Wabah COVID-19
Penyerapan bersih kawasan industri di wilayah Jabodetabek tercatat 54,3 Hektar, baik di koridor timur maupun barat Jakarta. Menurut laporan Cushman & Wakefield, sebagian besar permintaan tersebut terjadi sebelum merebaknya wabah COVID-19 di Jakarta. 

Penyerapan di kuartal ini sebagian besar berasal dari investor lokal yang bermain di industri otomotif, kimia, dan manufaktur. Dibandingkan dengan kuartal terakhir 2019, penyerapan bersih turun -51,9% (QoQ) dan -45,9% (YoY). Hal ini menyiratkan bahwa wabah COVID-19 juga berdampak pada penjualan lahan industri.

Baca Juga: Pasar Perkantoran Konvensional Bergeser Jadi Lebih Compact Akibat COVID-19

Sebagian besar investor, terutama investor asing, yang pada awalnya telah merencanakan dengan matang—baik pengembangan baru maupun ekspansi—terlihat cenderung menunda transaksi, karena pembatasan jadwal penerbangan di negara mereka masing-masing. 

Para pelaku sektor industri berharap pandemi Corona ini akan berakhir di semester kedua 2020. Dengan demikian, pemulihan pasar akan segera terjadi. Sementara itu, permintaan dari pusat data diperkirakan dapat meningkat setelah wabah COVID-19, karena setiap sektor tengah mengarah ke kondisi ”new normal".

Harga Naik Akibat Kelangkaan dan Nilai Tukar Rupiah
Pada Maret 2020, harga lahan industri rata-rata di Jabodetabek Rp2.649.000 per meter persegi. Harga saat ini dianggap lebih tinggi 3,88% dari kuartal sebelumnya (QoQ) atau naik 3,19% secara tahunan (YoY). Menurut Cushman & Wakefield, peningkatan harga ini disebabkan oleh nilai tukar Dolar Amerika Serikat (USD) yang menguat terhadap Rupiah. 

Baca Juga: Strategi Pengembang, Investor, dan Penyewa Ruang Perkantoran saat Wabah COVID-19

Di samping itu, kelangkaan lahan industri di wilayah Jabodetabek juga memainkan peran penting dari kenaikan harga. Kondisi ini telah memaksa sebagian besar pelaku sektor industri untuk mempertahankan harga saat ini untuk menjaga hubungan bisnis dengan para klien. 

Para pelaku industri juga harus melakukan cara baru, yakni berkomunikasi dan melakukan penjualan secara online, sebagai upaya untuk mendekati klien prospektif dan menjaga hubungan. Mereka dituntut untuk memberikan solusi win-win selama wabah ini sampai kondisi kembali pulih.

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)