Pasar Perkantoran Konvensional Bergeser Jadi Lebih Compact Akibat COVID-19

Pergeseran pasar perkantoran harus diantisipasi pengembang dalam rencana ke depan. Beberapa pengembang telah me-redesign ruang kantor konvensional mereka.

Ruang kantor Virtual Office. (Foto: Dok. Regus)
Ruang kantor Virtual Office. (Foto: Dok. Regus)

RealEstat.id (Jakarta) - Wabah COVID-19 yang melanda dunia beberapa bulan terakhir, telah mengubah banyak aktivitas, termasuk perilaku dalam bekerja. Sebelumnya, banyak perusahaan nyaman dengan kebijakan berkantor delapan hari per hari, lima hari sepekan, di ruang-ruang perkantoran konvensional.

Sejak pandemi COVID-19 hadir, kebijakan perusahaan pun beralih, seperti penerapan WFH (work from home) yang belakangan dirasa mulai menjadi cara bekerja yang normal.

Baca Juga: Strategi Pengembang, Investor, dan Penyewa Ruang Perkantoran saat Wabah COVID-19

Kendati demikian, Ali Tranghanda, CEO IPW Advisory Group mengatakan, tidak dapat dinafikan bahwa ada sebagian pekerjaan yang tidak bisa dilakukan di rumah.

Dia pun memperkirakan kebutuhan ruang kantor konvensional akan mengalami beberapa pergeseran pasar.

Perusahaan-perusahaan besar dan multinational tetap akan menjadi tenant terbesar ruang perkantoran. Hal ini menyangkut lini divisi yang banyak dan tidak bisa semua dilakukan di rumah. Faktor image dan prestise juga menjadi faktor banyaknya perusahaan besar yang menggunakan gedung perkantoran.

Baca Juga: Pasar Perumahan: Penjualan Rumah Menengah-Bawah Turun 62,5% di Kuartal I-2020

"Pasar perkantoran di area CBD Jakarta saat ini belum juga menunjukkan pertumbuhan yang berarti, bahkan terjadi koreksi harga sewa 3% hingga 5%. Penurunan tertinggi terjadi di perkantoran CBD Jakarta dan sekitarnya yang kalah bertumbuh dengan perkantoran di daerah sekunder," jelas Ali Tranghanda.

Dengan perubahan kebiasaan yang terjadi yang sejalan dengan perkembangan teknologi, imbuh Ali, dia memperkirakan bakal terjadi pergeseran pasar perkantoran.

Baca Juga: Pasar Perumahan: Banyak Pengembang Terancam Kolaps!

“Pergeseran pasar perkantoran harus menjadi antisipasi pengembang dalam rencana ke depan. Pergeseran wilayah dan jenis model perkantoran diperkirakan akan mulai terjadi. Perkantoran jenis boutique office, SOHO, dan virtual office akan mulai menunjukkan peningkatan permintaan,” jelas Ali.

Wilayah permintaan pasar perkantoran akan bergeser ke daerah sekunder yang lebih dekat dengan perumahan dan permukiman masyarakat. Jenis ruang perkantoran berupa boutique office yang compact akan lebih menjadi pilihan nantinya.

Baca Juga: Wabah COVID-19 Hantam Pasar Perumahan Sekunder

Pergeseran lain terjadi dari jenis ruang perkantoran di CBD dari konvensional menjadi jenis SOHO dan virtual office. Beberapa pengembang telah melakukan antisipasi untuk dapat melakukan redesign terhadap konsep perkantoran konvensional.

"Kemajuan teknologi dan komunikasi digital yang ada saat ini telah berkembang menjadi lebih cepat yang memaksa para pelaku bisnis untuk dapat beradaptasi lebih cepat," pungkasnya. 

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)