Wabah COVID-19 Hantam Pasar Perumahan Sekunder

Aktivitas pasar perumahan sekunder yang menurun juga diwarnai dengan banyaknya pembatalan atau penundaan transaksi. Tidak hanya kendala dari sisi konsumen, namun juga banyak pihak, termasuk Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan notaris.

Perumahan menengah - bawah. (Foto: Kementerian PUPR)
Perumahan menengah - bawah. (Foto: Kementerian PUPR)

RealEstat.id (Jakarta) – Pergerakan harga rumah sekunder terlihat cenderung melambat di kuartal pertama 2020 ini. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut pada kuartal berikutnya.

Faktor utama penyebab perlambatan pasar perumahan, terutama pasar sekunder, adalah wabah Covid-19 yang merebak sejak awal Maret 2020 lalu. Demikian hasil survei pasar perumahan sekunder yang dilakukan oleh Indonesia Property Watch (IPW).

Baca Juga: Strategi Pemasaran Properti di Tengah Pandemi Virus Corona

Secara umum, pasar perumahan sekunder telah menunjukkan pertumbuhan tipis di awal 2020. Kendati demikian, memasuki akhir kuartal pertama 2020, aktivitas pasar relatif menurun cukup dramatis.

“Pergerakan pasar sekunder mulai terlihat bertumbuh di awal tahun, namun memasuki bulan Maret, sebagian besar wilayah menunjukkan aktivitas pasar yang menurun sehingga memengaruhi pergerakan harga secara kuartalan. Sebagian wilayah masih memperlihatkan pertumbuhan positif di kuartal pertama, namun diperkirakan akan melambat dengan angka bervariasi di kuartal berikutnya,” demikian penuturan Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch di Jakarta dalam rilis yang diterima RealEstat.id.

Baca Juga: Wisma Atlet Kemayoran Siap Digunakan Sebagai Rumah Sakit Darurat Covid-19

Aktivitas pasar yang menurun, imbuh Ali Tranghanda, juga diwarnai dengan banyaknya pembatalan atau penundaan transaksi di pasar sekunder. Tidak hanya kendala dari konsumen, namun banyak pihak termasuk Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan notaris yang terkendala untuk berkomunikasi dan bertatap muka dikarenakan wabah COVID-19. Di sisi lain, komunikasi secara online relatif belum dapat dilakukan secara maksimal.

Dalam survei tersebut IPW mencatat, Pulau Bali menjadi wilayah dengan perlambatan tertinggi dan hanya bertumbuh 0,23% pada kuartal pertama 2020, diikuti Surabaya (0,28%), Jakarta (0,29%), dan DI Yogyakarta (0,34%).

“Keempat wilayah tersebut merupakan kawasan yang mengalami perlambatan,” kata Ali.

Baca Juga: Lampu Ini Dapat Cegah Virus Corona Menyebar di Rumah

Di lain pihak, beberapa wilayah masih memperlihatkan pertumbuhan lebih tinggi, meskipun memiliki kecenderungan melambat, menyusul kondisi pasar yang mulai terlihat sejak Maret 2020.

IPW mencatat, pasar perumahan sekunder di wilayah Palembang bertumbuh 0,48%, Bandung tumbuh 0,49%, Makassar 0,50%, dan pertumbuhan tertinggi terjadi di Balikpapan dengan angka 0,86%.

Berita Terkait

Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)