Pasar Perumahan: Penjualan Rumah Menengah-Bawah Turun 62,5% di Kuartal I-2020

Tingkat penjualan di pasar perumahan primer Jabodebek - Banten turun cukup tajam dari sisi jumlah unit maupun nilai penjualan dibanding kuartal sebelumnya.

Perumahan menengah bawah. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Perumahan menengah bawah. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)

RealEstat.id (Jakarta) - Indonesia Property Watch (IPW) mencatat, nilai penjualan perumahan di wilayah Jabodebek - Banten pada kuartal 1-2020 turun tajam secara signifikan, rata-rata 50,1%. Kondisi ini terjadi hampir merata di seluruh wilayah survei. 

Penurunan paling drastis terjadi di wilayah Bekasi, yakni sebesar 56,0%, diikuti Bogor (55,3%), Depok (50,9%), sementara penurunan paling landai terjadi di Cilegon, sebesar 27,2%.

Baca Juga: Wabah COVID-19 Bikin Pasar Perumahan Banten Turun 49,5%

Hasil riset IPW tersebut menunjukkan, secara umum tingkat penjualan pasar perumahan primer di wilayah Jabodebek - Banten di masa pandemi COVID-19 mengalami penurunan cukup tajam dari sisi jumlah unit maupun nilai penjualan dibandingkan kuartal sebelumnya.

Survei dilakukan terhadap 95 proyek perumahan yang terbagi dalam empat wilayah besar, yaitu Jakarta, Bekasi, Bogor (termasuk Depok), dan Banten (Serang, Cilegon, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang). Nilai penjualan sebesar Rp1.440.918.534.767 pada kuartal sebelumnya harus jatuh sampai mencapai Rp719.056.090.052.

Baca Juga: Pasar Perumahan Jakarta Mulai Terdampak COVID-19

Ali Tranghanda, CEO IPW Property Advisory Group mengatakan, tidak hanya pasar investor yang memperlihatkan penurunan, pasar end-user yang diperkirakan berada di segmen harga menengah bawah pun mengalami penurunan sangat tinggi.

Penurunan tertinggi terjadi di segmen harga rumah menengah-bawah (di bawah Rp300 jutaan) yang drop hingga 62,5% (qtq) atau sebesar 68,8% (yoy). Di segmen yang didominasi oleh pasar end-user ini, ternyata tidak sanggup bertahan, apalagi dengan kecenderungan daya beli yang terus menurun.

Baca Juga: Pasar Perumahan: Banyak Pengembang Terancam Kolaps!

Kekhawatiran gelombang PHK dan menurunnya penghasilan membuat pasar di segmen ini diperkirakan akan terus mengalami penurunan bila kondisi belum pulih. 

Sementara itu di segmen harga di atas Rp1 miliar yang didominasi investor juga terjadi penurunan 46,0% (qtq) atau 36,4% (yoy), masih lebih rendah dibandingkan penjualan di segmen harga menengah antara Rp300 jutaan sampai Rp1 miliaran.

Baca Juga: Wabah COVID-19 Hantam Pasar Perumahan Sekunder

Meskipun terjadi penurunan di segmen ini, diperkirakan pasar masih memiliki potensi daya beli yang cukup terjaga. Penurunan ini lebih disebabkan faktor psikologis dalam menunda pembelian.

Indonesia Property Watch memperkirakan pasar akan terus menurun memasuki kuartal berikutnya, bahkan dikhawatirkan bila jatuh lebih dalam lagi. Para pengembang diminta untuk melakukan antisipasi dan pengetatan yang diperlukan untuk dapat menjamin daya tahan perusahaan ke depan. 

Kondisi ini diyakini masih akan terus berlanjut. Puncak anjloknya pasar perumahan diperkirakan terjadi pada kuartal 2-2020.

Berita Terkait

Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)