2021, Perhotelan di Jakarta, Surabaya, dan Bali Menggeliat Lagi?

Kinerja pasar perhotelan di Jakarta, Surabaya, dan Bali centang perenang dihantam pandemi. Di 2021 ini, potensinya cukup besar, tetapi ada beberapa syarat yang harus terpenuhi.

Kamar hotel. (Foto: Pixabay.com)
Kamar hotel. (Foto: Pixabay.com)

RealEstat.id (Jakarta) - Kondisi perhotelan di Jakarta sejak awal pandemi hingga saat ini, belum bisa dikatakan membaik. Pasokan hotel baru di Jakarta selama 2020 hanya ada dua, yaitu Aloft TB Simatupang dan Harris Puri Mansion.

Colliers International Indonesia mencatat, di awal pandemi, yakni April 2020, kinerja sektor perhotelan turun drastis, bahkan ada beberapa hotel yang menutup kegiatan operasinya. Untuk menekan operational cost, para pengelola hotel menempuh banyak cara, seperti mengoperasikan sebagian gedungnya, menutup beberapa fasilitas hotel, bahkan merumahkan sebagian karyawannya.

"Saat ini, kegiatan di hotel sudah mulai menggeliat, namun belum bisa dikatakan kembali normal seperti semula. Institusi pemerintah masih menjadi pasar terbesar bagi hotel di Jakarta, namun belum dapat diandalkan. Sementara, staycation menjadi semakin populer di kalangan pasar family (keluarga), terlebih di akhir pekan atau long weekend," jelas Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia dalam acara 'Colliers Virtual Media Briefing', Rabu (6/1/2021).

Baca Juga: Setelah Terpuruk, Pasar Perhotelan Asia Pasifik Mulai Bangkit

Di Surabaya, selama 2020 hanya ada tambahan satu hotel baru, yaitu Westin di Surabaya Barat. Di awal pandemi, kinerja perhotelan Surabaya turun drastis, bahkan ada beberapa hotel yang menutup kegiatan operasinya.

Seperti halnya di Jakarta, jelas Ferry Salanto, untuk menekan operational cost, hotelier melakukan beberapa cara, seperti mengoperasikan sebagian gedungnya, menutup beberapa fasilitas hotel, dan merumahkan sebagian karyawannya.

Kinerja hotel di Surabaya secara perlahan mengalami perbaikan. Government menjadi pasar terbesar bagi hotel di Surabaya, disusul FIT (Free Individual Traveler). Staycation juga menjadi semakin populer di Surabaya terlebih di akhir pekan ataupun longweekend dan didominasi oleh keluarga.

Baca Juga: Tinjauan Pasar Properti 2020 dan Potensi Besar di 2021

"Sementara itu, hotel di Bali sampai saat ini masih berjuang untuk hidup. Pasalnya, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata ini menurun drastis sejak pandemi merebak. Colliers International Indonesia mencatat, hanya satu hotel baru di Bali yang beroperasi di awal 2020.

Sama halnya dengan Surabaya dan Jakarta melakukan beberapa hal untuk menekan operational cost antara lain adalah mengoperasikan sebagian gedungnya, menutup beberapa fasilitas hotel dan bahkan merumahkan beberapa karyawannya.

"Saat ini Bali sangat bergantung pada wisatawan domestik. Sejak pintu pariwisata dibuka untuk wisatawan domestik pada akhir Juli 2020 lalu, performa mulai merangkak naik," tutur Ferry.

Di pertengahan Desember 2020 pemerintah daerah Bali mengharuskan setiap wisatawan yang menggunakan pesawat ke Bali untuk melakukan tes PCR. Untuk menarik wisatawan, beberapa hotel di Bali bahkan menawarkan paket menginap satu bulan dengan harga khusus.

Baca Juga: Di Masa Pandemi, Harga Rumah Secara Global Justru Meroket!

Tergantung Penanganan Pandemi
Colliers Indonesia melihat kinerja bisnis perhotelan di Tanah Air di 2021 tergantung pada penanganan kasus COVID-19 yang akan menjadi pertimbangan bagi pelaku bisnis, khususnya dari mancanegara untuk melakukan business trip.

"Seperti kita ketahui bahwa bisnis hotel dan ritel merasakan dampak langsung pandemi pada Maret 2020, karena pergerakan orang dibatasi saat PSBB diterapkan," kata Ferry.  

Di awal tahun ini belum ada tanda bisnis hotel akan naik. Ditambah Bulan April sudah akan memasuki Ramadhan dan Mei memasuki Lebaran. Di sisi lain, Pemerintah menutup pintu kedatangan WNA kecuali memiliki visa diplomatik dan visa dinas yang terkait kunjungan resmi pejabat asing setingkat menteri ke atas, pemegang izin tinggal diplomatik dan izin tinggal dinas, serta pemegang KITAS dan KITAP.

Baca Juga: Apa Imbas PSBB Jilid 2 Bagi Bisnis Properti di Ibu Kota?

Ini artinya kegiatan kunjungan bisnis yang melibatkan ekspatriat tidak semudah itu untuk dilaksanakan. Dengan demikian, diprediksi okupansi hotel masih akan rendah, sehingga pemulihannya diperkirakan baru terjadi mulai pertengahan 2021.  

"Sampai vaksin Covid-19 didistribusikan dan pandemi dapat terkendali, pemeritah baru dapat membuka pintu bagi wisatawan asing. Hingga saat itu, bisnis hotel, terutama di Bali, masih akan bergantung pada wisatawan domestik," pungkas Ferry.

 Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Apartemen The Belton Residence di kawasan Synthesis Huis, Jakarta Timur (Foto: Dok. Synthesis Karya Pratama)
Apartemen The Belton Residence di kawasan Synthesis Huis, Jakarta Timur (Foto: Dok. Synthesis Karya Pratama)
Dirjen Perumahan, Iwan Suprijanto (kiri) dan Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto dalam acara Gala Dinner Peringatan HUT REI ke-52 dengan tema “Propertinomic Untuk Indonesia Maju” di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat, 26 April 2024. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Dirjen Perumahan, Iwan Suprijanto (kiri) dan Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto dalam acara Gala Dinner Peringatan HUT REI ke-52 dengan tema “Propertinomic Untuk Indonesia Maju” di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat, 26 April 2024. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)