Properti Jabodetabek: Perkantoran Menggeliat, Apartemen Urung Bangkit

Saat ini, investor asing dan lokal terlihat aktif dalam mencari peluang di sektor properti, seperti logistik, data center, dan residensial.

Kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta (Foto: Realestat.id)
Kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta (Foto: Realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) - Mengawali tahun 2022, pasar properti Jakarta diwarnai dengan perkembangan tingkat hunian sektor perkantoran yang relatif stabil di angka 73% untuk kawasan CBD (central business district) dan 74% untuk kawasan Non-CBD.

Konsultan properti JLL Indonesia memprediksi, empat gedung di kawasan CBD Jakarta akan rampung dibangun pada beberapa kuartal ke depan, dan berpotensi menambah 270 ribu m2 pasokan baru di 2022.

"Sementara itu, di kawasan Non-CBD jakarta, pasokan diperkirakan bertambah sebanyak 130 ribu meter persegi di tahun 2022 ini," jelas Yunus Karim, Head of Research JLL Indonesia, kepada awak media belum lama ini.

Baca Juga: Ini Dia, Tiga Tren Fit-Out Ruang Kantor di Tahun 2022

Sementara itu, Angela Wibawa, Head of Office Leasing Advisory JLL Indonesia menjelaskan, aktivitas ruang perkantoran di awal 2022 kembali didominasi oleh perusahaan yang beroperasi di sektor teknologi. Dengan tingkat permintaan yang masih terbatas dan tertekannya tingkat hunian, harga sewa ruang perkantoran masih terus tertekan.

"Selain tren pengurangan area kantor, permintaan area kantor dengan ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan sebelumnya mulai sering terlihat sebagai bagian dari strategi real estat mereka. Secara umum, tingkat hunian gedung perkantoran Grade A masih tertekan di angka 66%," terang Angela Wibawa.

Di sisi lain, pasar pusat perbelanjaan di Jakarta diwarnai oleh restoran dan fasilitas hiburan ramah keluarga—dilengkapi taman bermain anak-anak dengan kapasitas 70%—yang menarik pengunjung di masa pandemi ini. Selain kedua kategori ini, kategori peralatan rumah tangga juga terlihat cukup aktif untuk dalam membuka toko-toko mereka.

"Secara umum, tingkat hunian pusat perbelanjaan di Jakarta relatif stabil dengan angka 87%. Pasokan pusat perbelanjaan baru diperkirakan bertambah sekitar 150 ribu meter persegi pada tahun 2022 ini," imbuh Yunus Karim.

Baca Juga: 2022, Kebangkitan Pasar Properti Ritel di Jabodetabek?

Sementara itu, tutur Yunus, aktivitas penjualan properti di sektor apartemen di Jakarta pada kuartal I 2022 masih menunjukkan tren yang sama yang terlihat selama pandemi. Lemahnya permintaan apartemen di Jakarta masih berlanjut dari tahun lalu mengingat para calon pembeli, khususnya investor, masih berhati-hati dalam melakukan pembelian kondominium.

"Pada kuartal pertama 2022, ada dua proyek apartemen kelas atas yang diluncurkan oleh pengembang internasional. Sedangkan, secara umum para pengembang masih fokus untuk menjual produk eksisting,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Vivin Harsanto, Head of Advisory JLL Indonesia memaparkan, tren permintaan apartemen di Jakarta yang masih melemah senada dengan aktivitas penjualan apartemen di area Bodetabek (Bogor Depok Tangerang Bekasi) yang terpantau belum pulih sepenuhnya.

Menurutnya, tingkat penjualan dan peluncuran proyek apartemen baru mengalami sedikit penurunan pada enam bulan terakhir. Tercatat hanya ada dua proyek apartemen kelas menengah yang diluncurkan di area Depok dan Tangerang.

"Penjualan dan pasokan apartemen di Jabodetabek masih di dominasi oleh tipe studio, karena harga yang relatif lebih terjangkau,” kata Vivin.

Baca Juga: Penerbangan Dari Mancanegara Kembali Dibuka, Sinyal Positif Perhotelan di Bali?

Di sektor properti industrial, JLL Indonesia mencatat satu gudang modern di Karawang baru selesai dibangun pada kuartal I 2022, yang menyebabkan tingkat hunian sedikit tertekan di angka 93%.

Farazia Basarah, Head of Logistics and Industrial JLL Indonesia mengatakan, beberapa proyek masih dalam proses konstruksi dan akan mulai beroperasi di pertengahan tahun 2022. Mayoritas permintaan terhadap wilayah Cikarang, diikuti oleh area kota Bekasi dan Jakarta.

"Di tengah dominasi gudang multitenant, permintaan gudang built-to-suit kepada pengembang juga masih tetap terlihat di beberapa lokasi,” terang Farazia Basarah.

Terkait industri perhotelan di Indonesia, Julien Naouri, Vice President Investment Sales Hotels & Hospitality Group JLL Asia Pasifik menuturkan, saat ini sedang terjadi masa pemulihan dan kondisi ini dapat terus berlangsung seiring dibukanya kembali perjalanan domestik dan internasional yang lebih luas untuk mempertahankan momentum tersebut. Pencabutan syarat untuk karantina di Indonesia juga akan memberikan tingkat kepercayaan lebih tinggi kepada para operator dan pemilik hotel.

"Tidak mengherankan bahwa pasar destinasi wisata utama seperti Jakarta dan Bali diperkirakan akan mendorong pemulihan tingkat hunian dan juga menerima sebagian besar dari total investasi 300 juta dolar AS yang kami perkirakan akan terjadi pada tahun 2022,” kata Julien Naouri.

Baca Juga: Lahan Kawasan Industri di Bekasi Jadi Incaran Selama Pandemi

Secara umum, Indonesia yang memiliki populasi terbesar keempat di dunia, proporsi penduduk usia produktif yang besar, dan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, merupakan tujuan yang menarik untuk investasi. Demikian penuturan James Allan, Country Head JLL Indonesia.

Saat ini, imbuhnya, investor asing dan lokal terlihat aktif dalam mencari peluang di beberapa sektor properti, seperti logistik, pusat data (data center), dan residensial.

"Salah satu pengembangan infrastruktur yang dinantikan tahun ini yang diharapkan akan berdampak positif pada sektor properti antara lain adalah LRT Jabodebek dan pembangunan beberapa ruas jalan tol baru,” pungkas James Allan.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)