Penerbangan Dari Mancanegara Kembali Dibuka, Sinyal Positif Perhotelan di Bali?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Colliers Indonesia, rata-rata tingkat hunian hotel di Bali pada akhir tahun 2021 sudah mencapai sekitar 40%.

Kamar hotel (Foto: Dok. Pixabay.com)
Kamar hotel (Foto: Dok. Pixabay.com)

RealEstat.id (Jakarta) – Mulai 4 Februari 2022, penerbangan internasional mulai dibuka kembali dan beberapa rute penerbangan langsung ke Bali telah beroperasi seperti semula. Lantas, Bagaimana pembukaan kembali penerbangan untuk wisatawan asing mempengaruhi performa sektor perhotelan dan tingkat hunian di Bali? Berikut ini Market Insights yang dirilis Konsultan properti dan manajemen investasi, Colliers.

Sejalan dengan dibukanya pariwisata Indonesia untuk wisatawan asing, pemerintah Indonesia juga telah memperbarui pedoman pelaksanaan perjalanan internasional terutama menggunakan transportasi udara ketika memasuki Bali, seperti, sertifikat vaksinasi lengkap, kebijakan relaksasi karantina, dan aturan visa on arrival.

Baca Juga: Pertama di Asia Tenggara, Hilton dan SSIA Bangun LXR Hotels & Resorts di Bali

Dengan adanya peraturan baru ini, apakah kinerja sektor perhotelan Bali secara keseluruhan akan menunjukkan tanda-tanda positif?

Tingkat hunian mulai membaik
Satria Wei, Head of Hospitality Services Colliers Indonesia menjelaskan, berdasarkan pantauan Colliers, sebagian besar wisatawan asing yang datang ke Indonesia dalam beberapa bulan terakhir masih didominasi oleh para pebisnis dan mereka yang memiliki kepentingan bisnis atau pekerjaan di Jakarta.

"Sementara untuk wisatawan yang merencanakan liburan atau benar-benar akan bepergian, jumlahnya lebih rendah. Peraturan yang terus berubah sesuai keadaan menjadi salah satu aspek yang sering menjadi pertimbangan wisatawan. Namun, dibalik tantangan tersebut, ada peluang yang terlihat cukup positif,” terang Satria Wei.

Baca Juga: Dibuka di 2022, Ini Deretan Hotel Mewah yang Paling Dinanti 'The Haves'

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Colliers Indonesia, imbuhnya, rata-rata tingkat hunian hotel di Bali di akhir tahun 2021 sudah mencapai sekitar 40%, sementara Jakarta mencapai sekitar 70%.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memproyeksikan bahwa dengan meningkatnya permintaan dan pelonggaran kebijakan karantina di Bali, tingkat hunian hotel dapat tumbuh sebesar 10% -20%, terutama dikarenakan kedatangan wisatawan asing, diakhir tahun 2022.

Sinyal positif mulai muncul
Pergerakan positif terlihat dari minat wisatawan asing, seperti dari Eropa dan Australia, yang antusiasnya tinggi untuk kembali berkunjung ke Bali dan ini terbukti dari permintaan yang masuk untuk bulan Agustus, September dan bulan-bulan berikutnya.

Sinyal positif juga terlihat dari kinerja hotel yang sebelumnya hanya memiliki tingkat okupansi 5%, namun kini mulai tumbuh dengan permintaan kamar yang meningkat. Optimisme seperti itu merupakan sinyal yang baik bagi sektor perhotelan di Bali untuk mulai mempersiapkan dan membenahi diri untuk menyongsong okupansi yang meningkat.

Baca Juga: Resmi: @HOM Tambun Ganti Nama Jadi Metland Hotel Bekasi

Perkembangan Pembangunan dan Penyempurnaan

Pembangunan
Pergerakan pembangunan, baik yang sudah ada maupun yang baru dimulai semakin terjadi. Pembangunan dan pengembangan dari Canggu hingga Tabanan juga mendapatkan momentum, mulai dari villa, homestay, hingga restoran. Pembangunan seperti yang ada di Ubud, Karangasem bahkan Lovina kembali dilanjutkan bersamaan dengan terlihatnya perkembangan positif terhadap kedatangan pengunjung.

Pembangunan diperkirakan akan terus tumbuh di kawasan-kawasan tersebut, bukan hanya karena harga tanah yang masih relatif terjangkau, tetapi juga karena infrastruktur yang semakin membaik. Pemerintah Indonesia akan memulai pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi dalam waktu dekat, dan juga bandara baru di Bali Utara dimasa mendatang.

Hal ini menunjukkan niat pemerintah dalam mendistribusikan infrastruktur secara merata dan menargetkan penyebaran wisatawan ke Bali yang lebih luas. Semua rencana dan perkembangan ini merupakan sinyal positif bagi investor dan pengembang.

Baca Juga: Perhotelan Jakarta: Tingkat Hunian Naik, Tarif Disesuaikan

Penyempurnaan
Fasilitas atau area hiburan dengan ruang terbuka menjadi daya tarik wisatawan yang datang ke Bali. Oleh karena itu, vila terlihat lebih banyak diminati daripada kamar hotel. Properti dengan ruang yang lebih terbuka, ditambah dengan desain interior modern menjadi daya tarik utama.

Salah satu hal terpenting yang perlu dilakukan oleh pelaku industri perhotelan adalah memahami kebutuhan tidak hanya bagi wisatawan asing tetapi juga kebutuhan wisatawan domestik. Permintaan wisatawan domestik cenderung lebih mengarah kepada kualitas layanan, memiliki ekspektasi yang lebih besar untuk fasilitas yang bervariasi, lebih berorientasi pada keluarga, serta cenderung lebih menyukai pengalaman atau produk yang unik daripada wisatawan asing.

Dengan lebih memahami kebutuhan pasar domestik, akan memberikan lebih banyak peluang, terutama terkait dengan strategi bisnis, dan strategi properti. Alhasil, produk yang ditawarkan bisa lebih variatif dan atraktif, sehingga dapat menarik minat pengunjung yang lebih beragam.

Colliers berpendapat sektor perhotelan di Bali terlihat optimis dan akan terus bergerak ke arah yang positif. Sehingga diharapkan properti perhotelan di Bali juga dapat menunjukkan peningkatan.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)