JLL: Kuartal I 2022, Investasi Properti Asia Pasifik Naik 20%

Para investor mendiversifikasi investasi mereka di Asia Pasifik, terutama sektor ritel dan perkantoran, dengan lokasi favorit di Singapura, Korea, dan Australia.

Foto: Pixabay.com
Foto: Pixabay.com

RealEstat.id (Jakarta) – Investasi sektor properti di Asia Pasifik berlanjut pada kuartal I 2022 yang mengalami kenaikan sebesar 20% secara tahunan (yoy). Demikian hasil riset konsultan properti JLL yang dipublikasikan dalam "JLL Capital Tracker Q1 2022".

Berdasarkan data dan analisis itu terlihat, investasi langsung di sektor properti mencapai USD40,8 miliar sepanjang kuartal I 2022 dengan peningkatan volume investasi terlihat jelas di sejumlah negara seperti Singapura, Korea Selatan, dan Australia.

Secara sektoral, investasi di sektor ritel dan perkantoran tumbuh kuat sementara sektor logistik dan industri mengalami pertumbuhan moderat sebesar 3,5% secara tahunan.

Baca Juga: Kenaikan Biaya Konstruksi Tidak Akan Matikan Pasar Apartemen Indent di Australia

Stuart Crow, CEO Capital Markets JLL Asia Pasifik mengatakan, investor properti terus mendiversifikasi penanaman modal mereka di wilayah Asia Pasifik, ditandai oleh laju investasi pada aset ritel, perkantoran, dan pertumbuhan investasi yang tinggi di Singapura, Korea, dan Australia.

"Kami optimis bahwa sektor properti di kawasan Asia Pasifik akan mampu bertahan dari tekanan kenaikan suku bunga dan meningkatnya ketidakpastian. Kami masih melihat persaingan yang ketat untuk sejumlah aset dan bahwa investasi langsung dapat mencapai lebih dari USD200 miliar di wilayah Asia Pasifik selama tahun 2022,” kata Stuart Crow.

Properti komersial Singapura mencatat pertumbuhan investasi tertinggi di kuartal pertama, dengan kenaikan sebesar 134% secara tahunan (yoy) menjadi USD5,7 miliar, didorong oleh transaksi di sektor perkantoran dan ritel.

Baca Juga: Pintu Internasional Dibuka, Pasar Apartemen di Australia Hadapi Masalah Serius

Korea Selatan kembali mencatat kinerja baik di kuartal pertama, dengan peningkatan investasi sebesar 89% secara tahunan (yoy) menjadi USD8,2 miliar, didukung oleh diversifikasi investasi pada sektor perkantoran, ritel dan logistik serta industri.

Australia membukukan pertumbuhan investasi tahunan terbesar ketiga sebesar 49% seiring suntikan modal investor sebesar USD4,7 miliar ke pasar properti terutama pada sektor perkantoran.

Jepang tetap menjadi pasar investasi terbesar di kawasan Asia Pasifik dengan pangsa pasar sebesar USD8,5 miliar meskipun terjadi penurunan secara tahunan sebesar 26%. Sementara China stagnan di kuartal pertama dengan total volume investasi senilai USD8,3 miliar.

Baca Juga: Diprediksi Meningkat, Persaingan Aset Properti di Asia Pasifik Jadi Tantangan Bagi Investor

Investasi di sektor ritel mencatat pertumbuhan terbesar pada kuartal pertama tahun 2022 sebesar 39% secara tahunan (yoy). Selama periode tersebut, investasi senilai lebih dari USD8 miliar mengalir ke aset ritel, seiring melonggarnya pembatasan mobilitas masyarakat.

Imbal hasil yang menarik dan diversifikasi portofolio mendorong kepercayaan diri investor terhadap prospek ruang ritel, seperti terlihat pada transaksi Tanglin Shopping Center (USD642 juta) di Singapura, Seongsoo E-mart (USD552 juta) di Korea, dan Casuarina Square (USD288 juta) di Australia.

Perkantoran masih menjadi sektor paling populer di Asia Pasifik. Ini terlihat dari volume investasi langsung yang tumbuh 9% (yoy) menjadi USD17,3 miliar sepanjang kuartal pertama. Didorong oleh bisnis penyewaan dan permintaan yang tinggi, para investor tetap optimis terhadap sektor perkantoran.

Baca Juga: Naik 26% di 2021, Investasi Properti Asia Pasifik Kembali ke Level Sebelum Pandemi

Sejumlah transaksi besar menjadi bukti optimisme ini, antara lain AlphaDom City Alpharium Tower (USD846 juta) di Korea, Cross Street Exchange (USD600 juta) di Singapura, dan Darling Quarter (USD453 juta untuk 50% saham) di Australia.

Aktivitas di sektor logistik dan industri naik 3,5% (yoy), namun laju pertumbuhan berjalan biasa, dengan perolehan dana investasi sebesar USD8,3 miliar pada kuartal pertama.

Tidak adanya transaksi portofolio yang signifikan menjadi sebab lambatnya pertumbuhan investasi di sektor tersebut, walaupun ada minat besar dari investor. Transaksi utama mencakup penjualan DLJ Greater Shanghai Portfolio (USD717 juta) di China.

Baca Juga: Pasar Properti Asia Pasifik Berakselerasi di Tengah Ketidakpastian Tahun 2022

Transaksi investasi di sektor perhotelan mencapai USD3,1 miliar seiring dengan banyaknya hotel yang berpindah tangan dan sejumlah investor mencoba mencari keuntungan dari selisih harga atau mengubah sejumlah aset hotel yang tidak menghasilkan keuntungan.

Pamela Ambler, Head of Investor Intelligence and Strategy, JLL Asia Pacific mengatakan, JLL memperkirakan sektor ini akan rebound lebih jauh di tahun 2022, dengan prediksi transaksi sebesar USD10,7 miliar setahun penuh, atau naik 15% dibanding tahun 2021.

“Investor memiliki lebih dari USD50 miliar cadangan tunai dan pada kuartal pertama menunjukkan keyakinan mereka dengan menanamkan modal di seluruh wilayah dan sektor. Dalam beberapa bulan mendatang, momentum akan beralih ke logistik dan industri karena adanya pasokan ke pasar, dan dana akan semakin fokus pada sektor-sektor pendapatan yang kuat,” kata Pamela Ambler.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

SKYE Suites Hotel Green Square, Sydney (Foto: Dok. Crown Group)
SKYE Suites Hotel Green Square, Sydney (Foto: Dok. Crown Group)
ONE Macquarie Park (Foto: Dok. ONE Global Capital)
ONE Macquarie Park (Foto: Dok. ONE Global Capital)
Shanghai, China (Foto: Dok. Pixabay.com)
Shanghai, China (Foto: Dok. Pixabay.com)
Apartemen MUZE di Penang International Commercial City. (Foto: Dok. Hunza Properties)
Apartemen MUZE di Penang International Commercial City. (Foto: Dok. Hunza Properties)