HUT ke-49, REI Optimistis Jadi Garda Terdepan Pemulihan Ekonomi Nasional

Pada HUT ke-49, REI menghadirkan para senior di industri properti Tanah Air guna berbagi langkah strategis menghadapi krisis sekaligus menjadi garda terdepan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Webinar HUT REI ke-49 bertema "Industri Properti: Garda Terdepan Pemulihan Ekonomi Nasional"
Webinar HUT REI ke-49 bertema "Industri Properti: Garda Terdepan Pemulihan Ekonomi Nasional"

RealEstat.id (Jakarta) - Industri properti nasional memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Selain itu, bergeraknya sektor properti akan menggerakkan 175 industri terkait dan memicu pertumbuhan berbagai sektor lapangan kerja luas bagi masyarakat yang dibutuhkan di masa pandemi. Demikian sambutan Presiden Joko Widodo dalam acara perayaan Ulang Tahun Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) ke-49 yang berlangsung secara online, Kamis (11/2/2021).

Senada dengan apa yang dikemukakan Presiden, Ketua Umum DPP REI, Paulus Totok Lusida mengakui, pandemi Covid-19 berdampak pada semua sektor, termasuk properti. Kendati demikian, hal ini tidak menyurutkan stakeholder industri properti yang tergabung dalam REI untuk tetap berkarya, sekaligus mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Baca Juga: Buka Rakernas REI 2020, Wapres Sebut 8 Aspek UU Cipta Kerja Terkait Properti

”Semoga hari ini, pada peringatan hari jadi REI ke-49, kita dapat meneguhkan komitmen kita semua, menjadikan REI sebagai Garda Terdepan Pemulihan Ekonomi Nasional,” ucap Paulus Totok Lusida.

Lebih jauh Totok menuturkan, HUT REI kali ini merupakan sebuah momentum yang berharga. Perjalanan sebuah organisasi tak singkat dan akan mencapai usia emas tahun depan menjadikannya wadah yang cukup tangguh, teruji dan disegani.

“Sungguh sebuah kehormatan bagi saya bisa diberi kesempatan untuk dapat memimpin REI, sebuah organisasi besar, disegani, dan dihormati oleh stakeholder.  Merefleksikan panjang perjalanan REI selama 49 tahun dan yang akan genap berusia emas 50 tahun pada tahun depan. Sebuah usia yang matang untuk menjadi organisasi yang cukup tangguh, teruji dan disegani,” terang pria yang pernah menjabat Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP REI periode 2016-2019.

Likuiditas dan Adaptasi Pasar
Pada kesempatan ini, DPP REI juga menghelat webinar yang mengangkat tema "Industri Properti: Garda Terdepan Pemulihan Ekonomi Nasional". Acara ini menghadirkan para senior di industri properti Tanah Air, yakni Budiarsa Sastrawinata, Managing Director Ciputra Group; Hendro S. Gondokusumo, CEO PT Intiland Development, Tbk; dan Nanda Widya, Komisaris PT Metropolitan Land, Tbk.

Dalam pemaparannya, Budiarsa Sastrawinata mengatakan, krisis akibat pandemi ini berdampak pada terganggunya cashflow dan likuiditas perusahaan. Akan tetapi, kondisi perusahaan saat krisis tergantung kondisi perusahaan sebelum krisis. Menurutnya, perusahaan yang bergerak secara konservatif cenderung lebih aman.

Baca Juga: Gerakkan Ekonomi Nasional, Sektor Properti Perlu Insentif di Masa Pandemi

"Jadi, dalam keadaan normal, yang terpenting adalah lokasi, lokasi, lokasi. Sedangkan dalam kondisi krisis yang terpenting adalah likuiditas, likuiditas, likuiditas," katanya.

Ciputra Group, imbuhnya, cukup beruntung lantaran dampak pandemi lebih banyak menghantam sektor komersial dan pariwisata, seperti mal dan hotel. Sementara dampak di sektor residensial tak terlalu besar.

"Portofolio kami di perumahan cukup besar, yakni 75%, sisanya sebesar 25% adalah komersial," kata Budiarsa.

Baca Juga: Sektor Perumahan Berpeluang Tumbuh di Tengah Resesi, Ini Penyebabnya

Untuk menghadapi krisis ini, jelasnya, Ciputra Group melakukan beberapa penyesuaian. Misalnya saja memilih proyek apa yang harus ditunda. Selain itu, juga memastikan cashflow perusahaan cukup untuk mengembangkan proyek.

"Hal terpenting adalah kita harus bisa beradaptasi dengan kondisi pasar. Misalnya, beradaptasi dengan teknologi, seperti digitalisasi pemasaran. Sekarang ini, konsumen bisa memilih properti bahkan bayar DP tanpa datang ke lokasi. Akhirnya cara seperti ini pun menjadi kebiasan konsumen," terangnya.

Di sisi lain, mal juga terpengaruh lifestyle. Bila sebelum krisis saja, teknologi sudah membuat pengunjung mal berkurang, karena konsumen lebih memilih belanja online, saat ini mal Ciputra Group pun disesuaikan dengan mengurangi jumlah toko, dan memperbanyak gerai kuliner (F&B).

HUT-REI-49-real-estat-indonesia-realestat.id-3-dok

Bahaya dan Peluang
Sementara itu, Hendro S. Gondokusumo tak menampik bahwa semua sektor terpengaruh krisis akibat pandemi. Akan tetapi, ini adalah saat yang tepat untuk berani menghadapinya dan terus belajar.

Menurutnya, zaman sudah berubah. Apa yang kita digunakan sebelum pandemi tidak bisa digunakan sekarang. Setiap saat, kita harus belajar, tetapi belum tentu semua berhasil. Untuk itu, analisa harus dilakukan setelah mencoba cara baru.

Baca Juga: Multiplier Effect Sektor Perumahan Diyakini Bantu Pemulihan Ekonomi Nasional

Di samping itu, banyak hal harus berubah dan diubah. Misalnya, desain proyek yang disesuaikan dengan protokol kesehatan. Hal ini harus dilakukan, di samping tetap mengedepankan diferensiasi desain proyek.

"Dalam Bahasa Mandarin, krisis diartikan sebagai 'wei-ji'. Wei berarti bahaya, sementara ji berarti kesempatan. Jadi, saat krisis seperti saat ini, kita harus cermat melihat peluang yang ada. Belum tentu kita selalu berhasil, tetapi setidaknya kita belajar," kata Hendro.

11 Langkah Strategis Pengembang
Pada kesempatan yang sama, Nanda Widya mengatakan krisis akibat pandemi ini berbeda dengan krisis ekonomi di 1998 silam. Kendati demikian, pengembang harus melakukan langkah-langkah strategis untuk menyelamatkan perusahaan dan proyek yang dikembangkan.

Ada 11 langkah strategis yang dikedepankan Nanda. Pertama menjaga arus kas perusahaan. Kedua, melakukan berbagai efisiensi dengan mengurangi biaya perusahaan, menunda proyek yang memerlukan dana besar, memprioritaskan proyek yang bisa segera dijual, dan mengurangi aktivitas operasional perusahaan.

Langkah ketiga, melakukan negosiasi dengan bank bila ada masalah dengan pinjaman. Keempat, mulai menggunakan digital marketing. Kelima, fokus pada proyek-proyek di bawah Rp1 miliar.

Baca Juga: Pengembang Diminta Bantu Pemulihan Ekonomi Nasional

"Keenam, bekerjasama dengan agen-agen pemasaran. Saat ini banyak pengembang yang masih menggunakan internal sales untuk memasarkan properti (yang harus digaji setiap bulan-red). Dengan menggunakan agen properti, pengembang baru mengeluarkan uang saat properti terjual," terang Nanda.

Langka ketujuh, tambahnya, adalah kerjasama sesama developer, bila diperlukan. Kedelapan, memperbaiki sistem operasional perusahaan.

Kesembilan, melalui REI, pengembang bekerjasama dengan bank agar konsumen lebih mudah mendapat kucuran KPR. Kesepuluh, mempercepat vaksinasi mandiri, bisa melalui REI atau Kadin.

"Terakhir, seluruh pelaku usaha properti harus tetap menjaga optimisme di tengah kondisi ini," pungkasnya.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Instalasi Kinetic Eye Sculpture, Best Pipe Art karya Nazwa Naqiyah. (Foto: Istimewa)
Instalasi Kinetic Eye Sculpture, Best Pipe Art karya Nazwa Naqiyah. (Foto: Istimewa)
Shinji Teraoka, Presiden Direktur, PT Sharp Electronics Indonesia bersama Teppy Wawan Dharmawan, PJ Bupati Karawang mencoba menanam dengan menggunakan sistem hydroponic. (Foto: Dok. Sharp Indonesia)
Shinji Teraoka, Presiden Direktur, PT Sharp Electronics Indonesia bersama Teppy Wawan Dharmawan, PJ Bupati Karawang mencoba menanam dengan menggunakan sistem hydroponic. (Foto: Dok. Sharp Indonesia)
Iwan Sunito, Founder dan CEO ONE Global Capital (Foto: Istimewa)
Iwan Sunito, Founder dan CEO ONE Global Capital (Foto: Istimewa)