RealEstat.id (Jakarta) – Dinilai memiliki risiko yang minim dan potensi pertumbuhan yang tinggi, sektor industri dan logistik menjadi salah satu subsektor properti yang menjadi pilihan investor di berbagai kota di Asia Pasifik, termasuk Asia Tenggara.
Konsultan properti Knight Frank mencatat, rerata pertumbuhan harga sewa pergudangan modern di Asia Pasifik berkisar 0,2% secara tahunan (yoy).
Sementara itu, di kawasan Jabodetabek dan Subang, sektor industri menjadi submarket paling potensial, dengan sektor otomitif sebagai penggerak utama, terutama yang terkait dengan pengembangan produksi EV (electric vehicle) dan berbagai industri turunannya.
Baca Juga: Sektor Industri di Jabodetabek dan Sekitarnya Cetak Rekor Tertinggi Dalam Lima Tahun Terakhir
Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia menjelaskan, pertumbuhan harga sewa modern logistic warehouse di Jabodetabek—dalam hal ini Bekasi—sekitar 3,8%.
"Selain e-commerce, meningkatnya permintaan dari industri terkait kendaraan listrik (EV), penyedia layanan logistik pihak ketiga (3PL), dan FMCG (fast-moving consumer goods) mendorong kenaikan harga sewa pergudangan di Jabodetabek," katanya.
Sementara itu, sektor Data Center yang sejak tahun 2021 terdeteksi aktif menyerap lahan industri di Jabodetabek, di akhir tahun 2024 tidak lagi menjadi occupier utama.
"Di semester kedua 2024, total serapan lahan data center hanya sebesar 13% atau tidak setinggi dua tahun sebelumnya," tutur Syarifah Syaukat.
Baca Juga: Siapkan Lahan Industri, Modernland Bidik Cuan di Koridor Barat dan Timur Jakarta
Secara umum, performa subsektor industri menjadi yang terbaik dalam lima tahun terakhir, di mana permintaan lahan berkisar 312 hektare dan penjualan kumulatif terus positif di angka 63,39%.
Berdasarkan catatan Knight Frank, total stok kawasan industri di Jabodetabek dan sekitarnya bertambah, saat ini tercatat berkisar 15.729 hektare.
Total serapan lahan di semester II 2024 berkisar 77 hektare, di mana Subang, Bekasi, dan Karawang menjadi penyerap lahan tertinggi—total serapan lahan di Karawang dan Bekasi mencapai 50%.
"Dengan demikian, tidak mengherankan jika beberapa kawasan industri di Jabodetabek dan Subang berencana membuka tambahan pasokan lahan untuk memenuhi permintaan," kata Syarifah.
Harga industri masih stabil, namun cenderung mulai meningkat, terutama di beberapa kawasan yang memiliki daya kompetisi yang relatif lebih tinggi, seperti di Koridor Timur Jakarta.
Baca Juga: Bergerak ke Timur Jakarta, Tren Kawasan Industri Masih Berpola Township
Sementara itu, Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia menyebut, serapan lahan kawasan industri di tahun 2024 menunjukkan performa tertinggi sejak pandemi.
Tidak dapat dipungkiri, imbuhnya, gelombang masuknya manufaktur dari wilayah regional Asia, seperti China, Vietnam, dan Korea Selatan memberikan dampak positif terhadap performa kawasan industri.
"Terlebih Perang Dagang AS - China yang telah membawa relokasi pabrik ke wilayah Jawa Tengah,"jelas Willson Kalip.
Di tengah kondisi tersebut, saat ini Pemerintah dan industrialis perlu menangkap peluang ini sebagai ‘golden opportunity’, mengingat sektor manufaktur akan menjadi katalis dalam menjaga performa sektor industri di Jabodetabek dan nasional.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News