Aktivitas Logistik Dominasi Sektor Industri di Masa Pandemi

Kegiatan Work From Home dan PSBB menyebabkan permintaan ruang pergudangan dari perusahaan logistik (termasuk e-commerce) meningkat.

Aktivitas logistik (Foto: Dok. Pixabay.com)
Aktivitas logistik (Foto: Dok. Pixabay.com)

RealEstat.id (Jakarta) - Di masa pandemi, di saat work from home masih menjadi pilihan utama jutaan pekerja, aktivitas logistik modern merupakan salah satu kegiatan yang berjalan lancar. Sektor industri seperti e-commerce, distribusi dan penyimpanan makanan, juga sektor farmasi sedang mengalami peningkatan dan mendorong permintaan untuk fasilitas logistik di area Jakarta dan sekitarnya.

Kendati demikian, permintaan end user belum beralih menjadi investasi di lahan industrial di saat pasar investasi masih terseret oleh ketidakpastian di tengah pandemi COVID-19. Demikian laporan bertajuk MarketBeat yang dirilis Cushman & Wakefield Indonesia di kuartal III 2020.

Baca Juga: Pasar Properti di Masa Pandemi, Sektor Logistik Paling Perkasa

"Para investor masih berhati-hati untuk mengeluarkan modal. Meski begitu, kabar baik yang beredar di negara sekitar bahwa vaksin akan ditemukan dalam waktu dekat dapat meningkatkan sentimen publik,” jelas Wira Agus, Director, Industrial & Land Sales Cushman & Wakefield Indonesia.

Pasokan Lahan Bergeming
Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, tidak ada pasokan lahan industrial baru yang masuk ke pasar industrial sejak awal tahun 2020 hingga akhir kuartal III, sehingga pasokan kumulatif di Jakarta dan sekitarnya masih berada pada 14.990 hektar.

"Lokasi potensi ekspansi di masa depan mengarah pada bagian timur Jakarta dan sekitarnya, yaitu di Karawang, Purwakarta, hingga Subang, sejalan dengan fasilitas pendukung yang sedang dikembangkan di daerah tersebut," kata Wira Agus.

Baca Juga: Sektor Logistik Asia Pasifik Kembali Menggeliat

Total pasokan pergudangan sewa di Jakarta dan sekitarnya mencapai 1,9 juta meter persegi pada kuartal III 2020. Sektor pasar pergudangan masih menarik untuk pengembang lokal dan internasional yang menargetkan para pemain logistik, dengan 112.000 meter persegi luasan pergudangan yang diperkirakan akan memasuki pasar hingga 2021.

Transaksi Turun, Harga Stagnan
Transaksi penjualan lahan selama kuartal III 2020 tercatat sebanyak 26 hektar, atau menurun 23% dari kuartal sebelumnya. Hal ini merupakan dampak pandemi COVID-19 yang mempengaruhi permintaan terhadap lahan industrial.

Transaksi yang terjadi ini datang dari sektor otomotif, F&B, dan logistik, di mana sebagian besar berlokasi di koridor timur Jakarta, dengan satu transaksi yang relatif lebih kecil di kawasan industri di Serang.

Untuk pergudangan, tingkat hunian berada pada 89,5% dari total persediaan ruang gudang pada akhir September 2020. Sejak awal pandemi, perubahan kegiatan menuju work from home, pembatasan sosial di Jakarta dan sekitarnya, juga penutupan pusat perbelanjaan di awal pandemi, menyebabkan permintaan ruang pergudangan dari perusahaan logistik (termasuk e-commerce) meningkat. Sektor industri lainnya, seperti F&B dan otomotif, juga turut berkontribusi untuk menjaga tingkat hunian pergudangan yang baik.

Baca Juga: Timur Jakarta Dominasi Permintaan Ruang Kawasan Industri Jabodetabek

Seperti beberapa kuartal sebelumnya, harga rata-rata lahan industrial masih belum mengalami perubahan pada kuartal III 2020. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa harga dari estat yang ada saat ini sudah cukup ‘jenuh’.

Kenaikan harga sebesar 1% dari kuartal sebelumnya sempat tercatat, kini berada di Rp2.590.000 per meter persegi. Namun, hal ini hanya terjadi karena penguatan Rupiah terhadap Dolar AS dalam kuartal ini.

"Harga sewa rata-rata untuk pergudangan di Jakarta dan sekitarnya mencapai Rp80.000 per meter persegi per bulan. Harga sewa rata-rata ini berkisar mulai Rp65.000 sampai Rp86.000, dengan rata-rata terendah berlokasi di Bogor dan tertinggi di Jakarta," pungkas Wira.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)