Suplai Data Center Asia Pasifik Tumbuh 300%, Jakarta Nomor Dua

Didorong fundamental pasar yang kuat serta naiknya tren lokalisasi fasilitas data center, total pasokan di kota-kota Asia Pasifik meroket melebihi 300%.

Data center (Foto: Pixabay.com)
Data center (Foto: Pixabay.com)

RealEstat.id (Singapura) – Menggandeng DC Byte, Knight Frank merilis Data Center Report untuk periode Kuartal III 2022. Laporan mengenai data center (pusat data) ini fokus pada sembilan kota yang berkembang pesat di Asia Pasifik, yaitu Osaka, Melbourne, Jakarta, Manila, Hanoi, Taipei, Hyderabad, New Delhi, dan Chennai.

Didorong oleh fundamental pasar yang kuat serta naiknya tren lokalisasi fasilitas data center, total pasokan pada kota-kota Asia Pasifik tersebut meroket melebihi 300% dari 700 megawatt menjadi 3.000 megawatt dalam lima tahun terakhir. Pada kuartal ketiga 2022 sendiri, tercatat sejumlah 600 megawatt kapasitas baru yang masuk di pasaran.

Baca Juga: Minimalkan Dampak Lingkungan, Industri Data Center Mesti Perhatikan 3 Hal Ini

Dari sembilan kota tersebut, Melbourne, Jakarta, dan Osaka menduduki posisi tertinggi dengan pasokan masing-masing lebih dari 500 megawatt. Melbourne dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang menjadi pasar utama untuk pusat data, dengan operator lokal dan regional yang siap menambahkan pasokan baru hampir 450 megawatt.

Jakarta sendiri memiliki hampir 400 megawatt pasokan yang sedang dibangun, dengan beberapa penyedia layanan cloud hyperscale yang mendukung rencana pembangunan mandiri.

Osaka terus berkembang sebagai pasar pusat data alternatif untuk Tokyo, dengan kapasitas saat ini melebihi 250 megawatt, dan lebih dari 250 megawatt yang akan masuk dalam rencana pengembangan.

Baca Juga: Data Center Dominasi Serapan Lahan Industri Jakarta di Semester I 2022

Di India, industri pusat data tumbuh didorong oleh kebijakan pemerintah, termasuk akses yang lebih mudah dalam penyediaan kredit dan insentif lainnya untuk meningkatkan nilai investasi pusat data. Alhasil, kota-kota seperti Hyderabad, New Delhi dan Chennai mencatat pertumbuhan pasar pusat data yang signifikan, dengan total kapasitas sekitar 300 megawatt hingga 400 megawatt di berbagai lokasi.
 
Fred Fitzalan Howard, Data Center Lead APAC Knight Frank, mengatakan, laporan terbaru ini memperkuat posisi Asia Pasifik sebagai pasar paling prospektif di industri pusat data global.

Semakin banyak bisnis yang mempercepat proses transformasi digital mereka serta berkembangnya permintaan akan layanan cloud dan latensi yang lebih rendah telah menghasilkan penyedia cloud yang mencari kolokasi dan fasilitas self-build di kota-kota yang sebelumnya diabaikan.

Baca Juga: Asia Pasifik Akan Jadi Kawasan Data Center Terbesar Dunia, Dekade Mendatang

"Seiring dengan konsistensi dari kota-kota sekunder ini dalam memantapkan diri sebagai lokasi pusat data, peluang diharapkan akan terus muncul merger, akuisisi, dan pengembangan," tutur Fred Fitzalan Howard.
 
Sementara itu, James Murphy, APAC Managing Director DC Byte, menambahkan, sebelumnya kawasan Asia Pasifik didominasi oleh segelintir pasar 'Tier 1'. Ini tidak lagi terjadi karena tren desentralisasi telah melihat baik hyperscaler dan operator pusat data pindah ke pasar baru.

"Laporan terbaru menyoroti pasar baru ini yang kami perkirakan akan terus tumbuh secara paralel dengan beberapa hub yang lebih mapan di kawasan ini," pungkas James Murphy.

Redaksi@realestat.id
 

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)