RealEstat.id (Jakarta) - Kebutuhan perumahan yang tinggi di Indonesia dan kondisi ekonomi yang mulai pulih, membuat banyak pihak memprediksi industri properti memiliki prospek yang cerah di 2022 mendatang. Untuk memenuhi kebutuhan milenial memiliki rumah, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (Bank BTN) memberikan kemudahan bagi konsumen KPR.
Salah satunya dengan meluncurkan fitur Graduated Payment Mortgage (GPM) dalam produk KPR BTN Gaess for Millenial. Fitur GPM memiliki keunggulan utama di antaranya Suku bunga promo lebih rendah dan diperhitungkan secara berjenjang yaitu sebesar 4,75% selama dua tahun pertama.
Baca Juga: Bank BTN Rilis Fitur Baru KPR Gaess For Millenial: Graduated Payment Mortgage
Kemudian bunga naik 1% tiap tahun selama tiga tahun pertama, sehingga besar angsuran Graduated Payment Mortgage lebih rendah dibanding angsuran KPR reguler pada awal masa kredit. Setelah itu, pembayaran angsuran akan meningkat secara stabil sesuai dengan asumsi kenaikan penghasilan calon debitur setiap tahunnya.
Sebagai informasi, berdasarkan survei yang dilakukan kepada 99 orang di Jakarta berusia di antara 25 sampai 30 tahun, menikah dan menjadi orang tua adalah dua alasan utama yang mendorong orang dewasa muda untuk memiliki rumah.
Bahkan membeli rumah diyakini sebagai bukti pencapaian kesuksesan dalam berkarier. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan rumah lebih didorong oleh faktor untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
Baca Juga: Tumbuh Signifikan di Masa Pandemi, Sektor Perumahan 'Reborn' di 2022?
Wakil Direktur Utama Bank BTN, Nixon LP Napitupulu menilai, kebutuhan pemilikan rumah yang tinggi membuat perseroan mencari solusi yang tidak memberatkan bagi kalangan milenial terutama dari sisi angsuran setiap bulannya. Dengan suku bunga KPR yang rendah dan angsuran terjangkau Bank BTN meyakini hal tersebut akan menggairahkan sektor perumahan di Tanah Air.
"Generasi milenial, terutama yang baru berumah tangga pastinya punya keinginan memiliki rumah. Kita coba mewujudkan keinginan mereka dengan solusi yang tidak memberatkan dengan fitur GPM," jelas Nixon dalam keterangan pers, Ahad malam (31/10/2021).
Menurut Nixon, dengan berbagai solusi dan kemudahan KPR yang ditawarkan Bank BTN, diharapkan membuat generasi milenial tidak menunda untuk membeli rumah. Jika generasi milenial antusias memiliki rumah, lanjut Nixon, akan mendorong sektor perumahan khususnya KPR Non Subsidi kembali menggeliat.
Baca Juga: 2022, Sektor Properti Tanah Air Siap 'Take Off' Lagi
"Kami optimistis prospek industri properti akan semakin cerah, seiring kebutuhan milenial miliki rumah yang tinggi. Bank BTN sudah menyiapkan infrastruktur pendukung untuk bisa memenuhi kebutuhan rumah yang tinggi. Kami targetkan tahun depan bisa melakukan pembiayaan rumah sekitar 250.000 hingga 300.000 unit," jelas Nixon.
Dia menuturkan, kebutuhan rumah yang tinggi saat ini akan menjadi sentimen positif bagi perseroan untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada para nasabah.
"Kebutuhan pemilikan rumah yang tinggi harus diimbangi oleh kecepatan dan kemudahan pelayanan bagi para debitur dan calon debitur. Bank BTN terus melakukan transformasi untuk mewujudkan hal tersebut," katanya.
Baca Juga: Pasar Properti Jabodetabek Masih Tertekan, Kecuali Tiga Sub-sektor Ini
Dihubungi terpisah, Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus mengungkapkan, prospek sektor perumahan tahun depan masih sangat bagus, pasalnya selain angka backlog yang tinggi, pertumbuhan rumah tangga baru/keluarga baru (household) juga masih positif.
“Untuk saat ini, Investasi di sektor perumahan bagi keluarga yang baru menikah menjadi waktu yang tepat setelah hampir dua tahun pandemi Covid-19 melanda Tanah Air dan dunia. Pertimbangan investasi di sektor ini antara lain karena banyaknya aset properti yang dijual di bawah harga pasar, bahkan masih ada yang memberikan diskon,” ungkap Anton Sitorus.
Lebih lanjut Anton mengatakan, penurunan angka Covid dan sentimen ekonomi bisnis membaik menjadi momentum positif yang akan mendorong pertumbuhan bisnis properti.
Baca Juga: Pengembang Lirik Strategi Omni-channel Dalam Pemasaran Properti
Perubahan yang cepat sangat positif di hampir seluruh wilayah melandai, imbuhnya, tentu saja berdampak positif terhadap kegiatan bisnis, termasuk properti. Anton pun memprediksi tren penjualan membaik di semester pertama akan berlanjut.
Dia mengimbau, bagi keluarga baru, ataupun generasi milenial, terutama pembeli rumah pertama untuk segera membeli properti. Pasalnya, saat ini adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi properti karena tingkat suku bunga KPR yang masih berada di bawah 10%.
"Siklus bergerak naik, inilah yang diharapkan akan menjadi gain dari investasi properti. Momennya masih ada, masih terbuka. Sekarang waktu tepat cari peluang investasi properti," paparnya.
Baca Juga: Sektor Ritel Jakarta Diprediksi Normal di 2023, Apa Indikatornya?
Di lain pihak, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (DPP REI), Paulus Totok Lusida memperkirakan industri properti akan tetap tumbuh pada tahun 2022. Saat ini, pangsa pasar kita 70% milenial, karena generasi ini mempunyai pendapatan yang lebih stabil.
“Potensi generasi milenial untuk membeli properti relatif besar. Kemampuan kelompok ini memenuhi gaya hidupnya selama ini karena ditopang penghasilan yang cukup memadai. Apabila penghasilan milenial itu digabung dengan pasangannya, tentu daya beli mereka akan jauh lebih besar lagi. Jadi mestinya generasi milenial mampu mencicil rumah Rp2,5 juta sampai Rp3 juta per bulan,” tutur Paulus Totok Lusida.
Totok—demikian dia akrab disapa—optimistis industri properti tumbuh dengan sentimen positif seperti suksesnya program vaksinasi Covid-19 yang akan memicu pertumbuhan ekonomi pada tahun mendatang.
Baca Juga: Akhir 2021, Permintaan Apartemen di Jakarta Diprediksi Meningkat
Dia menjelaskan, terdapat beberapa kombinasi insentif pemerintah yang diterapkan untuk memerangi dampak negatif Covid-19 terhadap perekonomian, antara lain, UU Cipta Kerja No. 11/2020 yang telah mulai berlaku, yang akan memangkas birokrasi perizinan, sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bisnis.
Totok mengungkapkan, kebijakan insentif pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) rumah baru diberlakukan pada Maret lalu, total penjualan properti telah menembus sekitar Rp200 triliun hingga Juni 2021.
"REI sendiri menargetkan penjualan properti mencapai Rp500 triliun hingga akhir tahun 2021, seiring perpanjangan kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (DTP). Dengan syarat, jika tidak ada gelombang ketiga kasus penularan Covid-19.