Properti Rp600 Juta - Rp2 Miliar Paling Diminati di Pencarian Online

Pencarian properti secara online masih didominasi oleh calon konsumen yang berada di kota-kota besar, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Depok, dan Medan.

Pencarian properti online. (Foto: Dok. Pixabay.com)
Pencarian properti online. (Foto: Dok. Pixabay.com)

RealEstat.id (Jakarta) – Meski terimbah pandemi, tren penjualan properti secara tahunan (year-over-year/YoY) tumbuh sebesar 36,8% dalam periode Juni 2020 hingga Juni  2021. Minat akan penggunaan platform pencarian properti online pada semester I 2021 juga menunjukkan perkembangan.

Di rentang usia 25 - 34 tahun, pencari properti pertama cukup berimbang antara pria dan wanita dengan angka masing-masing 48,5% dan 51,5%. Demikian hasil Riset Tren Pasar Properti Semester I-2021 yang dirilis Lamudi.co.id.

Baca Juga: Rumah Segmen Rp500 Juta - Rp1 Miliar Masih Dominasi Pasar Jabodebek - Banten

Riset ini juga menunjukkan bahwa pencarian properti secara online masih  didominasi oleh calon konsumen yang berada di kota-kota besar, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Depok, dan Medan. 

Hasil riset juga menunjukkan preferensi pemilihan tipe properti yang masih didominasi oleh rumah tapak (87,9%). Lamudi.co.id mencatat Bogor (26%) sebagai kota yang menduduki peringkat pertama dalam kategori area yang paling banyak dicari diikuti oleh Jakarta Selatan (19,3%) dan Bekasi (14,8%). 

Berdasarkan data yang diperoleh oleh Lamudi.co.id, dari Juni 2021, dapat disimpulkan bahwa pencari properti memiliki budget rata-rata sebesar Rp600 juta hingga Rp2 miliar untuk pembelian properti.

Baca Juga: Beberapa Subsektor Properti Bertahan di Masa Pandemi, Apa Saja?

Selain itu, tren juga menunjukkan bahwa mayoritas pencari properti yang menggunakan Lamudi.co.id mencari harga rumah dengan kisaran harga Rp800 juta dan Rp600 juta untuk apartemen. Untuk pembelian tanah kavling, rata-rata pencari properti memiliki preferensi terhadap properti yang memiliki harga rata-rata Rp1,8 miliar.

Bagi pencari properti yang memiliki orientasi bisnis, data menunjukkan bahwa pelaku bisnis bersedia mengeluarkan anggaran yang lebih besar dengan harga pencarian populer berada pada kisaran harga Rp2 miliar untuk pembelian properti komersial. Properti komersial antara lain meliputi rukan, ruko yang juga dapat merangkap sebagai tempat tinggal, gedung kantor, dan gudang.

Dalam segi pembayaran, para pencari properti masih memiliki preferensi pembayaran secara kredit. Data lamudi.co.id menunjukkan bahwa lebih dari 70% pembeli properti memilih jalur pembayaran non-tunai.

Baca Juga: Pencarian Online Jadi Pilihan, Inilah Properti yang Paling Dicari Konsumen

Dari mereka yang memilih metode pembayaran kredit, hampir setengah darinya memilih untuk membayar down payment atau uang muka sebesar 10% - 15% dari total harga properti, diikuti 5% - 10% uang muka yang dipilih oleh 33,27% pengguna.

Hal ini menunjukkan beberapa kemungkinan termasuk darinya adalah keterbatasan uang dingin untuk investasi sebesar properti juga menariknya opsi dan insentif yang diberikan oleh pihak bank maupun pemerintah. 

“Melihat pergeseran demografis pencari properti masa kini yang didominasi oleh usia 25 sampai 45 atau generasi milenial dan Z, merekalah yang kami sebut next generation property buyers,” sebut Mart Polman, CEO Lamudi.co.id. 

Baca Juga: Jadi Pembeli Properti Potensial, Generasi Milenial dan Gen Z Masih Hadapi Kendala

Saat ini minat dari generasi ini akan informasi mengenai investasi semakin tinggi, termasuk properti. Next generation property buyers suka mendapatkan opsi dan mereka juga terbiasa mendapatkannya dari brand-brand saat ini, termasuk di dalamnya properti.

Banyaknya pilihan memerlukan banyak pertimbangan sebelum membeli. Pembelian properti rata-rata terjadi dalam 180 hari atau lebih, di saat mobilitas terbatas.

"Selain berfokus pada affordability kita juga harus memberikan pengalaman digital yang memudahkan perjalanan kepemilikan properti mereka, seperti virtual 360 tour dan konsultasi online,” tambah Mart.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)