Jadi Pembeli Properti Potensial, Generasi Milenial dan Gen Z Masih Hadapi Kendala

Kepemilikan rumah atau properti lain adalah pencapaian yang membanggakan bagi generasi milenial dan menjadi bentuk pembuktian diri (self actualization).

Foto: Dok. Pixabay.com
Foto: Dok. Pixabay.com

RealEstat.id (Jakarta)Generasi milenial dan Gen Z digadang bakal menjadi pembeli properti potensial. Riset Tren Pasar Properti yang dilakukan Lamudi.co.id, pencari properti usia 25 - 45 meningkat dalam lima tahun terakhir, di mana kelompok usia 25 - 34 mendominasi.

Kelompok usia 25 - 34 mengalami kenaikan 781% sejak 2016. Tercatat, hingga Semester I 2021 jumlahnya menjadi 30% dari seluruh pengguna platform, baik melalui smartphone, desktop, ataupun perangkat lain. Sementara, pembeli berusia 18 sampai 24 tahun berada di peringkat kedua (26,7%) disusul usia 35 - 44 tahun (20,6%).

Baca Juga: Rumah Ideal Bagi Generasi Milenial Menurut Kementerian PUPR

Riset Lamudi.co.id menyebutkan kelompok usia 18 - 24 tahun masih dalam tahap scouting, lantaran belum memiliki kekuatan ekonomi, namun telah bercita-cita memiliki rumah sendiri. Kelompok usia 25 - 34 mayoritas telah mencapai stabilitas finansial dan baru membina rumah tangga atau mulai berkeluarga. Pasalnya, hunian menjadi kebutuhan yang krusial bagi grup keluarga baru ini.

Sementara pencari ketiga terbanyak berasal dari kelompok usia 35 - 44 tahun yang sebagian besar telah berpengalaman dalam hal jual-beli properti namun terus berusaha mencari investasi yang lebih baik lagi.

Fenomena ini dibahas dalam diskusi bertajuk Diskusi Developer bertajuk: "Membuka Potensi Next-Gen Property Buyers" yang digelar Selasa (31/8/2021). Diskusi yang berlangsung daring ini dihadiri CEO Lamudi.co.id, Mart Polman; VP Corporate Sales Lamudi.co.id, Michael Ignetius Kauw; Direktur Utama Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) Kementerian PUPR, Arief Sabaruddin; dan Marketing & Sales Division Head Alam Sutera, Wikhen Rusli.

Baca Juga: Sosialisasi Program Sejuta Rumah Bidik Generasi Milenial

"Pada dasarnya, tidak sulit bagi generasi milenial untuk mendapatkan rumah. Hal yang paling penting adalah kemauan, sebab pemerintah sudah memberikan fasilitas khusus agar generasi milenial bisa memiliki rumah lewat program rumah subsidi FLPP," kata Arief Sabaruddin, Direktur Utama PPDPP.

PPDPP mencatat, tahun ini sebanyak 617.425 unit rumah subsidi sudah terserap pasar. Dari 109.253 pendaftar rumah subsidi, sebanyak 32,68% adalah mereka yang berusia antara 26 sampai 30 tahun, diikuti oleh kelompok usia 19 sampai 25 tahun (24,93%).

Sementara itu, Wikhen Rusli, Marketing & Sales Division Head Alam Sutera Realty menjelaskan, generasi milenial dan Gen Z dikenal kritis dalam mencari informasi terkait rumah yang diinginkan—umumnya mereka mencari secara online. Hunian yang diinginkan, imbuhnya, biasanya menjadi kebanggaan mereka, bila memungkinkan harus Instagrammable.

"Developer biasanya mempercepat proses pembuatan dan membuat konsep properti yang unik. Misalnya, generasi milenial tidak mau rumahnya terlihat standar, jadi rumah harus dibuat fungsional. Mereka juga ingin rumah yang estetis dan jadi salah satu pencapaiannya," tuturnya.

Baca Juga: Mengapa Generasi Milenial Harus Tinggal di Hunian Vertikal?

Pada kesempatan yang sama, Michael Ignetius Kauw mengatakan, tren properti saat ini memperlihatkan bahwa kepemilikan rumah atau properti bentuk lain adalah pencapaian yang membanggakan bagi generasi milenial.

"Bukan hal yang mudah untuk dicapai orang-orang seumurannya dan ini menjadi bentuk pembuktian diri atau self actualization,“ ujar Michael.

Sayangnya, pencari properti di kelompok usia ini dinilai masih kesulitan memiliki rumah sendiri. Masih banyak stigma mengenai prioritas yang lebih tinggi untuk mencari pengalaman dan kesenangan jangka pendek. Namun, terlihat bahwa sebenarnya kepemilikan properti masih menjadi salah satu prioritas generasi ini.

Baca Juga: Tips Mudah Generasi Milenial Memilih Produk KPR

Uniknya, riset Lamudi.co.id menunjukkan bahwa pencarian properti milenial dan Gen Z didominasi lewat smartphone dengan hampir 95% menggunakan metode ini. Hal ini menunjukkan kemudahan mendapatkan informasi mengenai properti itu penting.

Informasi yang banyak dicari dari sumber online di antaranya riset produk, proses kepemilikan, dan pembiayaan. Oleh karena itu, para stakeholder properti harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan ini.

Omni channel marketing sudah bukan lagi opsi, melainkan keharusan untuk pemasar properti modern. Metode pemasaran ini melampaui metric tradisional dan membuktikan hasil bisnis nyata dengan menerapkan strategi berbasis data yang memiliki presisi lebih tinggi,” pungkas Michael.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)