Penurunan Tarif Sewa Ruang Perkantoran di CBD Jakarta Berlanjut

Setelah enam kuartal berturut-turut mengalami tren kontraksi, pasar perkantoran CBD Jakarta mencatat tingkat serapan bersih positif pertama kali di Kuartal IV 2021.

Perkantoran di CBD Jakarta (Foto: Realestat.id)
Perkantoran di CBD Jakarta (Foto: Realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) - Pada Kuartal IV 2021, hanya satu proyek perkantoran yang selesai dibangun di CBD Jakarta, yaitu Menara BRIliant seluas 45.000 m2. Dengan penambahan pasokan baru ini, maka suplai ruang perkantoran di CBD Jakarta selama 2021 menjadi sekitar 118.000 m2.

Angka ini lebih rendah dari total pasokan tahun 2020 yang mencapai 196.000 m2. Demikian informasi yang dinukil dari riset bertajuk MarketBeat Kuartal IV 2021 yang dirilis konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia.

Pasokan ruang perkantoran di CBD Jakarta yang akan masuk pasar pada tahun 2022 diproyeksikan sekitar 225.000 m2 yang diperoleh dari tiga proyek, yakni Autograph Tower (86.000 m2), Mori Tower (99.000 m2), dan Gedung Indonesia 1 (131.200 m2).

Baca Juga: Pola Kerja Hybrid Jadi Tren, Ini Strategi Pengembang Perkantoran di CBD Jakarta

Beberapa transaksi sewa besar tercatat selama kuartal IV 2021, seperti di MSIG Tower seluas 15.000 m2 oleh lembaga pendidikan online, di Medialand Tower oleh perusahaan logistik seluas 5.500 m2, dan di Capital Place seluas 4.000 m2 oleh Nokia.

Secara keseluruhan, ada tren peningkatan permintaan dan transaksi yang diamati sepanjang tahun 2021, dengan permintaan sebagian besar datang dari penyewa yang akan melakukan relokasi dan konsolidasi kantor mereka untuk tahun 2022 dan tahun-tahun berikutnya.

Setelah enam kuartal berturut-turut mengalami tren kontraksi, pasar perkantoran Jakarta CBD mencatat tingkat serapan bersih kuartal positif yang pertama dengan tingkat penyerapan bersih seluas 17.900 m2 di Kuartal IV 2021, yang menunjukkan tanda yang sangat positif untuk pemulihan pasar dalam waktu dekat.

Akan tetapi tingkat hunian rata-rata pasar perkantoran CBD, turun 0,2% menjadi 70,4% pada akhir Desember 2021, sebagian besar disebabkan oleh penambahan pasokan yang besar.

Baca Juga: Kinerja Perkantoran Jakarta di 2021 dan Proyeksi di 2022

Tarif sewa dasar dalam Rupiah menurun lebih lanjut sebesar 3,0% secara kuartala (QoQ) pada kuartal IV 2021, sejalan dengan permintaan yang lemah dan penurunan rata-rata hunian.

Pada akhir Desember 2021, rata-rata sewa dasar dalam Rupiah adalah Rp175.100 per meter persegi per bulan, atau menurun 9,1% secara tahunan (YoY). Sedangkan dalam Dolar AS, rata-rata sewa sebesar USD12,3 per meter persegi per bulan, atau turun 9,6% (YoY). Sementara itu, biaya pelayanan (service charge) relatif tidak berubah selama kuartal IV 2021.

Cushman & Wakefield Indonesia memprediksi, dengan terus membaiknya pasar perkantoran di kawasan CBD Jakarta seiring dengan membaiknya kinerja ekonomi negara, tren net take-up yang positif diperkirakan akan terus berlanjut di kuartal-kuartal mendatang.

Pasar sewa, akan tetap stagnan karena kekosongan akan tetap tinggi, karena penyelesaian proyek perkantoran besar di daerah Sudirman, Thamrin dan Kuningan pada tahun 2022—yang mungkin tidak diikuti oleh naiknya tingkat permintaan.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)