Pasar Properti 2021 Masih Tidak Stabil dan Penuh Tantangan

Pasar properti di 2021 masih sangat tidak stabil. Pengembang harus dapat membaca dinamika pasar lebih baik, karena kondisi pasar masih sangat rentan.

Pasar properti di era new normal.
Pasar properti di era new normal.

RealEstat.id (Jakarta) – Industri properti menjadi salah satu korban hantaman pandemi Covid-19 sepanjang 2020. Kendati demikian, sektor riil ini ternyata masih dapat bertahan, meskipun tingkat penjualan turun cukup signifikan. Lantas, bagaimana prediksi pasar properti di 2021 ini?

Indonesia Property Watch (IPW) mencatat, penjualan pasar perumahan sepanjang tahun 2020 di Jabodebek-Banten—yang menjadi benchmark perumahan nasional—menurun drastis sebesar 31,8% dibanding penjualan tahun 2019. Ini merupakan tingkat penjualan terendah sejak siklus properti mengalami perlambatan di 2013 silam.

Penjualan rumah di segmen harga di bawah Rp300 juta mengalami tekanan terbesar dengan penurunan sebesar -42,9% sepanjang 2020, diikuti segmen di atas Rp2 miliar yang terkoreksi -41,1%.

Baca Juga: Tinjauan Pasar Properti 2020 dan Potensi Besar di 2021

Sedangkan di segmen harga menengah Rp301 juta – Rp500 juta dan segmen Rp501 juta - Rp1 miliar juga turun masing-masing -34,2% dan -25,6%. Sementara itu ada hal yang menarik, dimana penjualan segmen harga rumah Rp1 miliar – Rp2 miliar mengalami kenaikan 12,5%.

Segmen pasar terus bergeser yang lebih rendah dan menjadikan pasar rumah di segmen menengah menjadi cukup besar sampai kisaran Rp2 miliar. Sebagian pasar menengah relatif tidak melakukan pembelian rumah dan terpaksa menunda pembeliannya. Sementara itu di segmen bawah dengan kondisi saat ini relatif kehabisan daya beli untuk membeli segmen rumah di bawah Rp300 jutaan.

Seperti yang diperkirakan sebelumnya oleh Indonesia Property Watch, meskipun pasar menengah bawah tertekan, namun pasar properti di Tanah Air masih cukup baik, karena ditopang potensi daya beli pasar, meskipun masih diwarnai penundaan pembelian. Golongan masyarakat menengah sampai atas diperkirakan menjadi ‘penyelamat’ di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian saat ini.

Baca Juga: 2021, Perhotelan di Jakarta, Surabaya, dan Bali Menggeliat Lagi?

Memasuki 2021, sebagian pengembang optimistis mampu membukukan penjualan yang lebih baik dibandingkan 2020. Meskipun demikian, perlu diperhatikan beberapa hal terkait faktor yang saat ini sangat memengaruhi penjualan ke depan.

Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch mengatakan, pasar properti 2021 masih sangat tidak stabil. Para pengembang harus dapat membaca dinamika pasar lebih baik lagi karena kondisi pasar masih sangat rentan. Tidak ada yang dapat memperkirakan dengan tepat, kapan properti naik karena ini bukan statistik ekonomi yang dapat diperhitungkan. 

"Celah pasar di segmen tertentu masih sangat berpeluang meskipun masih dibayangi risiko pasar terkait beberapa faktor yang akan sangat memengaruhi pasar, antara lain penerapan kebijakan PSBB, harapan vaksin, dan skenario pemulihan ekonomi Indonesia ke depan, serta kondisi ekonomi global ke depan,” jelas Ali Tranghanda.

PSBB dan Penjualan Online
Berdasarkan analisis yang dilakukan Indonesia Property Watch, pergerakan penjualan perumahan saat ini sangat dipengaruhi penerapan kebijakan PSBB. Di saat terjadi pengetatan PSBB, pasar perumahan mengalami penurunan penjualan yang signifikan.

Meskipun para pengembang tetap melakukan adaptasi ke sistem pemasaran digital, namun hal ini relatif belum dapat menjamin meningkatnya transaksi saat itu. Pasalnya, karakter pasar properti yang tidak dapat seluruhnya diserahkan melalui mekanisme online.

Minat pasar akan tertunda dan diperkirakan akan direalisasikan ketika pelonggaran PSBB dilakukan. Untuk itu, kebijakan PSBB akan sangat berpengaruh pada pergerakan siklus penjualan.

Baca Juga: Vaksin COVID-19, Peluang Bagi Fasilitas Logistik Penyimpanan Dingin

Masih tingginya peningkatan kasus Covid-19 memungkinkan kebijakan PSBB yang lebih ketat lagi, yang akan memukul pasar perumahan. Disiplin masyarakat masih sangat rendah, belum lagi bila diperhatikan ada beberapa perayaan besar sepanjang tahun 2021 mulai Imlek di bulan Februari sampai Idul Fitri di bulan Mei dengan waktu libur yang cukup banyak diperkirakan akan berpotensi untuk menjadi klaster baru bila masyarakat tidak ketat menerapkan protokol kesehatan.

Di sisi lain, distribusi vaksin menjadi harapan saat ini untuk dapat memberikan optimisme membaiknya pasar properti di 2021. Dengan uji klinis vaksin saat ini relatif sudah cukup efektif meskipun diperkirakan beberapa ahli masih akan disempurnakan ke depan.

Melihat dari jangka waktu pemberian vaksin sampai satu tahun ke depan, maka diperkirakan efektivitas vaksin baru akan terlihat di pertengahan tahun 2021. Jangan sampai pemberian vaksin ini membuat masyarakat lengah sehingga efektivitas vaksin tidak dapat mengejar optimisme yang berlebihan dari masyarakat sehingga melepaskan protokol kesehatan.

Pasar Properti 2021 Masih Menantang
ASEAN Development Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mendekati 5% di tahun 2021. Prediksi ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai menguat di kuartal II dan kuartal III 2021.

Secara umum fundamental ekonomi nasional relatif masih cukup baik, apalagi dibandingkan negara tetangga lainnya. Meskipun demikian perlu kita ketahui bahwa satu-satunya yang menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa pandemi ini adalah konsumsi pemerintah yang tinggi termasuk bantuan tunai untuk bantuan lainnya untuk mempertahankan daya beli masyarakat. Tentunya hal ini menjadi tidak sehat untuk perekonomian ke depan.

Pemulihan ekonomi masyarakat golongan menengah bawah akan memakan waktu yang cukup lama dan dikhawatirkan akan membuat pasar perumahan di segmen ini relatif masih tertekan. Sebaliknya harapan masyarakat golongan menengah atas relatif masih terjaga dan akan meramaikan pasar properti di saat pandemi mulai mereda.

Baca Juga: Pengembang Diminta Bantu Pemulihan Ekonomi Nasional

"Dengan beberapa faktor risiko dan kondisi penuh ketidakpastian tentunya kita masih berharap banyak pasar properti akan tumbuh di tahun 2021," kata Ali.

Menurutnya, pasar properti di 2021 akan sangat menantang bagi para pelaku pasar properti nasional. Namun saat pandemi mereda, pasar properti akan naik secara eksponensial karena potensi permintaan yang tertunda masih sangat besar. Dan itu baru terlihat paling tidak di semester II 2021.

"Dengan penurunan yang cukup dalam pada tahun 2020, secara umum harusnya pasar properti akan lebih baik pada tahun 2021 dengan kenaikan berkisar 10% sampai 15%, bila tidak ada kejadian luar biasa yang berdampak negatif bagi pasar properti itu sendiri,” tuturnya.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)