RealEstat.id (Jakarta) - Untuk membangkitkan sektor pariwisata Indonesia pasca-pandemi, perlu dilakukan evaluasi, termasuk menyelesaikan fasilitas publik sebagai pendukung. Salah satu fasilitas pendukung sektor pariwisata nasional yang vital adalah toilet yang bersih, higienis, dan nyaman.
Dalam menyiapkan daerah tujuan wisata yang potensial, ada persyaratan 3A yang perlu dipenuhi: pertama, akses pencapaian menuju ke lokasi destinasi wisata yang harus mudah. Kedua, atraksi yang menarik di lokasi wisata tersebut. Ketiga, amenity berupa fasilitas penunjang kebutuhan pelancong di lokasi wisata, seperti penginapan, tempat makan dan belanja souvenir khas, serta toilet yang sehat dan bersih.
Baca Juga: Penutup Dudukan Toilet Milik Bassis The Rolling Stones Jadi yang Termahal di Dunia
Menparekraf, Sandiaga Salahudin Uno mengatakan, fasilitas toilet publik sering menjadi titik lemah dari sebuah kawasan pariwisata nasional, baik yang dibangun khusus, maupun yang menyatu dengan fasilitas lainnya.
"Kesulitan mendapatkan lokasi yang mudah dijangkau dan desain toilet yang belum memenuhi syarat, sering mengurangi upaya memajukan pariwisata, karena toilet masih dianggap sebagai soal yang sepele," tutur Sandiaga Uno saat menjadi keynote speaker dalam seminar online bertajuk "Fasilitas Publik dan Image Pariwisata" yang diselenggarakan Kenari Djaja dan ATI (Asosiasi Toilet Indonesia), Rabu (10/3/2021).
Seminar yang dipandu Heru Wicaksono, pendiri Majalah Asrinesia ini, menghadirkan pembicara pakar desain interior yang juga Ketua Umum ATI (Asosiasi Toilet Indonesia) Naning Adiwoso; Ahli Teknologi Kesehatan yang juga Kabid Water and Sanitation ATI, Nani S. Firmansyah; dan ahli pengelolaan dan perawatan instalasi fasilitas publik, Ridha Artinto.
Baca Juga: Trik Mudah Bersihkan Kloset Duduk di Kamar Mandi Agar Kinclong
Seminar virtual ini diikuti lebih dari 400 peserta dari kalangan arsitek, desainer interior, mahasiswa Jurusan Arsitektur & Desain Interior, pengusaha hotel dan restoran, pengelola kawasan rekreasi dan pariwisata dan pengambil kebijakan pembangunan di daerah, serta masyarakat pemerhati pariwisata.
Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), imbuh Sandiaga Uno, telah memberi perhatian khusus pada fasilitas toilet, mengingat pengaruhnya sangat besar pada reputasi dan citra Pariwisata Indonesia.
Sandi—demikian Sandiaga akrab disapa—mengatakan, akan memperbaiki keberadaan toilet bagi wisatawan yang lebih memenuhi syarat dan membentuk Satgas Toilet di lima destinasi super prioritas pariwisata nasional. Bahkan dia menyatakan diri sebagai CTO (Chief Toilet Officer) dan mengajak peserta seminar menjadi "Deputy Chief Toilet Officer" untuk memastikan kualitas toilet.
Baca Juga: Cara Memperbaiki Bak Kamar Mandi Keramik yang Bocor
“Toilet adalah simbol pelayanan, pengabdian, dan penanda peradaban modern. Tanpa toilet yang bersih dan baik, maka runtuh persepsi pelayanan, runtuh keindahan Danau Toba dan keagungan Candi Borobudur. Toilet adalah indikator pariwisata, sehingga harus layak, terpenuhi kebutuhan air dan kebersihannya sesuai standar tamu mancanegara,” kata Menparekraf Sandiaga.
Lebih lanjut, Sandi menekankan keberadaan toilet yang bersih dan baik menjadi tugas bersama. Gerakan Toilet Bersih bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan toilet sebagai beranda depan pariwisata nasional.
Fasilitas dan Aksesori Toilet
Pada kesempatan tersebut Ketua Umum ATI, Naning Adiwoso menyampaikan mengenai harapan dan apa yang dimaksud dengan fasilitas publik sebagai penunjang daya tarik pariwisata.
Naning mengingatkan pentingnya toilet bagi kawasan wisata nasional yang harus perfect, karena begitu banyak kendala yang dihadapi pengelola dan termasuk upaya mengubah mindset penggunanya.
"Toilet merupakan kebutuhan semua orang dan menjadi bagian dari servis sebuah kawasan wisata. Bila impresi pertama seorang wisatawan toiletnya kotor, maka mereka akan langsung menilai manajemen kawasan tersebut jelek," kata mantan Ketua Green Building Council Indonesia (GBCI) ini.
Baca Juga: Seperti Apa Rumah dan Lingkungan Ideal di Mata Para Arsitek?
Dia juga menerangkan persyaratan membangun fasilitas toilet untuk umum yang memenuhi syarat di kawasan rekreasi dan wisata. Menurutnya, selain area kubikal (kloset), toilet juga harus dilengkapi dengan area wastafel yang menyediakan berbagai aksesori, seperti cermin, keran cuci tangan, dispenser sabun, dan pengering tangan.
"Hal yang tak kalah penting adalah fasilitas toilet bagi penyandang disabilitas dan toilet family. Untuk toilet disabilitas, gunakan pintu geser minimal satu meter, lantai harus rata dan tidak mengilap, ketinggian kloset 43 sampai 45 centimeter, perlu juga disediakan alarm di samping kloset serta lampu di atas pintu," paparnya.
Salah Kaprah Pemakaian Tisu
Ahli Teknologi Kesehatan, Nani S. Firmansyah, menekankan pentingnya menghemat sumber daya air. Sebagian besar permukaan bumi memang tertutupi air, namun sebanyak 97,5% adalah air lain, sementara air tawar hanya 2,5%.
"Pada 2030, diperkirakan kebutuhan air akan melebihi 40% dari air yang bisa disediakan. Itu sebabnya air merupakan sumber daya yang sangat berharga," katanya.
Baca Juga: Adaptasi Arsitektur Hijau Pada Bangunan dan Lingkungan Perkotaan
Nani juga menjelaskan jenis-jenis tisu, yakni tisu toilet, tisu napkin, tisu wajah, tisu towel, tisu dapur, dan tisu basah. Masing-masing tisu memiliki jenis serat, ketebalan, dan daya larut dalam air yang berbeda.
"Masyarakat kita sering salah penggunaan tisu. Sering kali tisu untuk toilet dipakai sebagai tisu makan atau tisu towel dipakai sebagai tisu toilet. Penggunaan tisu tower yang tebal setelah buang air, misalnya, bisa membuat saluran toilet mampet," terangnya.
Tiga Masalah Toilet Publik
Sementara itu, Ridha Artinto yang ahli dalam pengelolaan public toilet mengatakan, buang hajat merupakan kebutuhan penting yang tidak dapat didelegasikan. Dengan demikian, toilet harus nyaman, aman, dan sehat.
"Toilet adalah awal dari kesehatan manusia. Meskipun hanya berukuran 2 x 1 meter, namun bisa menimbulkan seribu satu masalah, terutama masalah kesehatam, baik kesehatan bagi diri kita sendiri, maupun bagi lingkungan sekitar," jelasnya.
Ridha mengungkapkan tiga masalah utama yang sering ditemui pada toilet umum, yaitu: desain, pengguna, serta pembersihan dan perawatan. Desain sangat penting karena bila toilet salah desain—misalnya toilet gelap—maka pengguna bisa kehilangan rasa aman.
Baca Juga: Arsitektur dan Desain di Era 4.0, Peluang atau Tantangan?
"Dari sisi kenyamanan, di toilet juga ada ukuran dan bentuk tertentu—seperti kloset atau wastafel—yang penggunaannya disesuaikan dengan jenis kelamin, usia, dan bagi penyandang disabilitas," katanya.
Pengguna menjadi masalah terberat, karena dipengaruhi budaya, pendidikan, dan tingkat pemahaman. Pengguna toilet umum harus disadarkan bahwa setelah mereka, akan ada banyak orang yang akan menggunakan toilet tersebut. Dengan demikian mereka sebisa mungkin tidak akan "meninggalkan jejak" di toilet.
"Terkait pembersihan dan perawatan, tidak perlu berpikir terlalu jauh. Bila pemberisan dilakukan secara berkala setiap hari, maka kebersihan akan terjaga dan kerusakan di toilet akan dapat dimonitor. Dengan demikian, toilet akan berumur panjang," jelasnya.
Pentingnya Fasilitas Pariwisata
Co-Founder dan Presiden Direktur PT Kenari Djaja Prima, Hendra B Sjarifudin mengatakan, seminar ini diharapkan bisa membuka mata semua pihak untuk peduli kepada fasilitas penunjang dunia pariwisata yang menyerap kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
“Kenari Djaja bersama Asosiasi Toilet Indonesia sangat senang dapat mengadakan seminar yang mendukung kondisi pariwisata Indonesia yang tengah terpuruk, dan harus kita bangun lagi secara bersama-sama,” ujar Hendra B Sjarifudin.
Baca Juga: Kiat Arsitek dan Dunia Arsitektur di Masa Pandemi
Kenari Djaja yang bergerak di bidang kunci dan kelengkapan pintu, tambah Hendra B Sjarifudin, terus mengikuti perkembangan desain arsitektur dan interior termasuk fasilitas Amenity pariwisata seperti Hotel, Villa, restoran, tempat perbelanjaan dan properti lainnya.
“Sehingga kami harus terus menyesuaikan produk kami dengan tuntutan teknologi yang kian canggih,” tutur Hendra B Sjarifudin.