Seperti Apa Rumah dan Lingkungan Ideal di Mata Para Arsitek?

Rumah ideal tak hanya berada di lokasi prospektif sebagai investasi, tetapi juga memiliki lingkungan ideal, yang membikin penghuni betah tinggal di sana.

Seminar daring "Ideal Home – Inovasi Arsitektur" (Foto: RealEstat.id)
Seminar daring "Ideal Home – Inovasi Arsitektur" (Foto: RealEstat.id)

RealEstat.id (Jakarta) - Rumah ideal atau ideal home merupakan dambaan semua orang. Selain lokasi, bentuk arsitektur, dan fasilitas, lingkungan sekitar yang nyaman juga menjadi idaman. Hal inilah yang diangkat pada seminar daring yang dihelat Kenari Djaja dengan Majalah Asrinesia, Rabu (20/1/2021).

Seminar karya properti bertajuk "Ideal Home – Inovasi Arsitektur" ini ingin menampilkan keistimewaan karya hunian di kawasan yang dirancang sebagai lingkungan yang baik, lengkap, dan menarik. Acara seminar dipandu oleh Moderator Heru Wicaksono, Arsitek dari Universitas Kristen Indonesia yang juga pendiri Majalah Asrinesia.

Baca Juga: Adaptasi Arsitektur Hijau Pada Bangunan dan Lingkungan Perkotaan

Pada kesempatan ini, hadir tiga arsitek dari Perguruan Tinggi berbeda yang dengan pengalaman masing-masing dalam membangun unit rumah tinggal atau pemukiman.

Ryan Brasali, seorang dari Arsitek Universitas Katolik Parahyangan yang juga Direktur Kota Baru Parahyangan (KBP) menjelaskan, konsep kawasan dan desain hunian perumahan yang berada di Padalarang, Jawa Barat tersebut, sehingga menarik ditawarkan.

Menurutnya, sebelum mengembangkan sebuah kawasan, harus dipisahkan terelebih dahulu pembagian wilayah, misalnya lahan hunian, komersial, fasilitas, dan infrastruktur. Setelah itu, dibuat konsep pengembangan. Di Kota Baru Parahyangan sendiri, konsep pengembangan dikaitkan dengan budaya, sejarah, dan kultur pendidikan setempat.

Baca Juga: Kampung Pecinan: Keindahan yang Tergerus Roda Ekonomi

"Misalnya, gerbang KBP kami buat sebagai science center yang dikunjungi—terutama oleh pelajar—sebanyak 200 ribu orang dan mendatangkan income sekitar Rp2 miliar per tahun, sebelum pandemi. Saya rasa ini adalah satu-satunya gerbang perumahan di Indonesia yang mendatangkan penghasilan," jelas Ryan Brasali.

Untuk fasilitas, di awal pembangunan, KBP melakukan kerjasama dengan beberapa pihak agar perumahan tersebut memiliki fasilitas pendukung. Misalnya, menghibahkan sebagian lahan untuk dibangun rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan di kawasan tersebut.

Di sisi hunian, KBP juga mengembangkan perumahan yang menyasar kalangan senior, dengan menawarkan rumah bergaya kolonial Bandung Tempo Doeloe. Di sisi lain, KBP juga menawarkan rumah untuk generasi milenial yang compact dengan sistem smart home hingga solar panel.

Baca Juga: Pandemi Membuat Hunian di Perkotaan Lebih Humanis

"Tiga hal yang harus diperhatikan pengembang saat mengembangkan sebuah perumahan adalah unsur ekonomi, sosial, dan lingkungan. Semua ini bisa membuat penghuni happy tinggal di sana," katanya.

Di samping itu, imbuh Ryan, keterlibatan pengembang dalam menciptakan lingkungan bertetangga yang guyub—dengan mengadakan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan—akan membuat perumahan tersebut memiliki loyal customer. Dia mencontohkan, Kota Baru Parahyangan yang dihuni oleh lintas generasi.

"Good Design is Good Business"
Sementara itu, Relan Masato, Arsitek dari Universitas Trisakti menyampaikan pengalaman membangun hunian di kawasan realestat, tidak terbatas hanya pada rumah tapak atau landed house, tetapi juga dalam bentuk bangunan bertingkat (high rise building). Co-Founder KREA Architects ini menyoroti seputar keseimbangan (equilibrium) dan desain di dunia real estat.

"Good design is good business," kata Relan Masato, menyitir Thomas Watson, mantan CEO IBM.

Baca Juga: Arsitektur dan Desain di Era 4.0, Peluang atau Tantangan?

Dalam membangun sebuah proyek properti, imbuhnya, harus ada keseimbangan dan komunikasi yang baik antara pengembang dengan arsitek yang mendesain. Dalam istilahnya: menyamakan bahasa.

"Sebisa mungkin, desain dan semua kalkulasi yang dilakukan si arsitek juga menguntungkan bagi pengembang. Misalnya dengan menciptakan unique selling point dari desain yang dikreasikan. Jadi, arsitektur yang baik menguntungkan klien (developer) dan bertanggung jawab terhadap end user dan lingkungan," tutur Relan.

Rumah dan Lingkungan Ideal
Pada kesempatan yang sama, Suroso Ariel AJ, Arsitek dari Universitas Tarumanagara mengatakan, nilai sebuah properti bergantung pada beberapa aspek, seperti desain, tata letak, fasilitas, budaya, dan lain-lain.

Dia memberi contoh, besi yang dijadikan paku akan dinilai dari beratnya, namun besi yang dijadikan benda seni, akan lebih berharga karena tidak lagi dinilai dari beratnya. Demikian pula properti yang nilai dasarnya tanah/lahan.

Baca Juga: Kiat Arsitek dan Dunia Arsitektur di Masa Pandemi

Pendiri ImageQreator ini juga menyoroti seputar rumah ideal dan lingkungan ideal bagi end user. Menurutnya, rumah ideal mencakup tiga hal: rumah yang memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang sesuai dengan anggaran, rumah aman dan sehat, serta mewakili nilai estetika dan identitas pemilik.

"Di sisi lain, lingkungan ideal harus memenuhi kemudahan akses bagi penghuni ke lokasi beraktivitas, memiliki fasilitas lengkap (kesehatan, pendidikan, dan berbelanja), memiliki kualitas lingkungan yang baik (kualitas udara dan air yang baik, bebas bencana, dan asri), serta lingkungan sosial yang baik (aman dan komunitas sekitar yang akrab)," papar Suroso.

Jadi Inspirasi dan Motivasi
Founder dan President Director PT Kenari Djaja, Hendra B Sjarifudin dalam sambutannya mengatakan, Kenari Djaja sangat mendukung seminar ini karena kebutuhan hunian terus berkembang dengan kualitas desain yang semakin canggih.

"Kami tentu sangat berkepentingan dengan menyediakan kebutuhan kunci dan perlengkapan lainnya yang lebih berkualitas sehingga menjamin keselamatan konsumen," ungkap Hendra B. Sjarifudin.

Baca Juga: Cetak Rekor Lagi, Kenari Djaja Raih Dua Penghargaan MURI

Hendra menyampaikan karya hunian yang inovatif dan inspiratif, modern, menjadi topik bahasan pemerhati arsitektur pada seminar properti yang melibatkan tiga arsitek berpengalaman membangun hunian di lingkungan realestat.

"Apa yang disampaikan oleh ketiga arsitek piawai melalui pengalamannya ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peserta mahasiswa jurusan arsitektur, inspirasi dan inovasinya bagi arsitek muda yang bergerak di bidang properti," pungkasnya.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Keindahan arsitektur dari bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda, Villa  Yuliana di Sulawesi Selatan. (Sumber: Lion Mag)
Keindahan arsitektur dari bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda, Villa Yuliana di Sulawesi Selatan. (Sumber: Lion Mag)
Car Free Day (CFD) di Jalan Sudirman, Jakarta (Foto: Dok. Realestat.id)
Car Free Day (CFD) di Jalan Sudirman, Jakarta (Foto: Dok. Realestat.id)
Ilustraso alasan kenapa bangunan Belanda kuat dan kokoh. (Sumber: CNN Indonesia)
Ilustraso alasan kenapa bangunan Belanda kuat dan kokoh. (Sumber: CNN Indonesia)
Dari kiri ke kanan: Dian Asmahani (Chief of Corporate Sales & Marketing Group Sinar Mas Land) bersama dengan Monik William (Deputy Group CEO Township Development Sinar Mas Land), Jerry Thomas (Owner Cofilab) dan Felicia Chitra (Head of Program Rafa Dance) secara simbolis meresmikan Grand Opening The Hub di kawasan Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa, 12 November 2024.
Dari kiri ke kanan: Dian Asmahani (Chief of Corporate Sales & Marketing Group Sinar Mas Land) bersama dengan Monik William (Deputy Group CEO Township Development Sinar Mas Land), Jerry Thomas (Owner Cofilab) dan Felicia Chitra (Head of Program Rafa Dance) secara simbolis meresmikan Grand Opening The Hub di kawasan Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa, 12 November 2024.