RealEstat.id (Jakarta) – Penelitian menunjukkan, penyebaran virus dan bakteri, termasuk virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, dapat terjadi melalui aerosol di udara. Bahkan menurut WHO, transmisi COVID-19 dalam bentuk aerosol atau partikel halus bisa bertahan di dalam ruangan yang tidak memiliki ventilasi udara memadai.
Hal inilah yang diangkat Signify dalam diskusi virtual bertajuk: “Perlindungan Gelombang Lanjutan: Desinfeksi Udara dalam Ruang dengan UV-C untuk Mengurangi Risiko Transmisi Virus & Bakteri melalui Udara”. Diskusi ini menghadirkan ahli di bidang epidemiologi, yakni Dicky Budiman dan praktisi pengelola bangunan, Deddy El Rashid.
Baca Juga: Gunakan Lampu UV-C Philips, Sejumlah Teater di Belanda Kembali Dibuka
Dalam kata sambutannya, Dedy Bagus Pramono, Country Leader Signify Indonesia menyampaikan bahwa Signify terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan akan pentingnya menjaga kualitas udara sebagai perlindungan tambahan bagi masyarakat, tidak saja di masa pandemi, namun juga setelah pandemi berlalu.
Selama lebih dari 35 tahun, jelasnya, Signify telah menjadi yang terdepan dalam teknologi UV, dan memiliki rekam jejak yang terbukti atas inovasi dan keahlian aplikasi yang kuat dalam lampu UV-C.
"Pandemi ini memacu kami untuk membawa berbagai aplikasi pencahayaan berteknologi UV-C sebagai solusi yang dapat membantu menangani penyebaran virus, bakteri dan berbagai mikroorganisme pembawa penyakit lainnya. Penggunaan teknologi UV-C dapat turut berperan dalam mempercepat pulihnya kehidupan dan aktivitas masyarakat serta membantu mendorong perekonomian," ujar Dedy Bagus Pramono.
Baca Juga: Innovative Bionalysis Ungkap Efektivitas Sinar UV-C Signify Terhadap Udara di Ruangan
Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health, Griffith University Australia, Dicky Budiman dalam paparannya mengatakan, pandemi ini bukanlah yang pertama maupun terakhir.
Umumnya, pandemi yang menjadi masalah besar bagi manusia itu berupa penyakit yang ditularkan melalui udara. Dengan demikian, pencegahan transmisi penyakit melalui udara sangat penting, tidak hanya terkait COVID-19 saat ini, tapi juga ke depannya.
"Teknologi dapat membantu manusia keluar dari situasi krisis seperti sekarang ini, dan menjaga kualitas udara tetap jernih dan sehat supaya terhindar dari berbagai macam potensi penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan jamur," tutur Dicky.
Baca Juga: Pencahayaan UV-C Bantu Tingkatkan Rasa Aman Pekerja Kantoran
Dia menjelaskan, potensi penularan di dalam ruangan terutama yang tidak memiliki ventilasi memadai, sangat besar. Meskipun ruangannya besar, tetapi sirkulasi udara harus dihitung dengan cermat. Sebagai gambaran, droplet yang dihasilkan orang bersin atau batuk bisa terbawa udara hingga sejauh 9 meter.
Ventilasi yang tidak memadai dalam ruangan tertutup dapat menyebabkan virus dan bakteri bertahan lebih lama di udara, sehingga saat seseorang masuk atau berjalan melewati ruang tersebut dan menghirup udaranya, mereka bisa terinfeksi.
"Oleh karena itu, kita perlu memastikan ventilasi dan sirkulasi udara bersih yang memadai, apalagi di ruang-ruang publik tertutup seperti perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah makan, hingga rumah ibadah di mana ada banyak orang beraktivitas," jelasnya.
Empat Aplikasi UV-C dalam Gedung
Sementara itu, Deddy El Rashid, Praktisi Pengelola Bangunan yang juga menjabat sebagai Sekjen BOMA Indonesia dan BOG ASHRAE Indonesia menyatakan, penting bagi kita untuk memiliki pedoman yang baru terkait infrastruktur bangunan dalam era adaptasi kebiasaan baru ini.
"Salah satunya adalah dengan melengkapi alat desinfeksi udara yang aman, efektif dan andal untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruang dan mengurangi resiko penyebaran penyakit melalui udara, seperti COVID-19,” urai Deddy El Rashid.
Dia memaparkan, untuk bangunan profesional, ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menekan risiko penyebaran penyakit melalui udara, yaitu mengontrol sumber virus sebelum masuk ke gedung, memaksimalkan ventilasi udara, dan memasang alat pemurni atau desinfeksi udara.
Baca Juga: Signify Rilis Philips UV-C untuk Kebutuhan Rumah dan Profesional
“Salah satu teknologi yang paling efektif untuk mendesinfeksi baik udara maupun permukaan adalah dengan sinar UV-C. Terutama pada pada panjang gelombang 253,7 nm atau 254 nm, sinar UV-C diketahui paling efektif dalam menonaktifkan segela jenis bakteri dan virus. Karenanya UV-C disebut juga sebagai GUV (Germicidal Ultraviolet) atau UVGI (Ultraviolet Germicidal Irradiation),” tuturnya.
Menurut Deddy El Rashid, ada empat aplikasi UV-C yang dapat diterapkan di gedung-gedung profesional, yaitu untuk desinfeksi udara di atas ruangan (upper air), desinfeksi udara pada permukaan koil pendingin, desinfeksi pada saluran udara dan desinfeksi permukaan dalam ruangan.
“Dari keempat aplikasi tersebut, yang mudah dan efektif dilakukan adalah memasang UV-C air disinfection, khususnya jenis UV-C upper air. Jenis luminer ini dipasang pada ketinggian tertentu, dengan desain sedemikian rupa dan mengacu pada Pedoman NIOSH perihal radiasi yang aman, sehingga memungkinkan sistem ini untuk mendesinfeksi udara yang bersirkulasi di dalam ruangan secara terus-menerus, tanpa membahayakan orang sedang beraktivitas di bawahnya," urainya.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Penghuni Rumah dengan Box Disinfeksi UV-C
Ventilasi mekanis dan/atau konveksi alami, lanjut Deddy, akan mensirkulasi udara yang telah didesinfeksi kembali ke bagian bawah ruang. Perangkat UV-C Upper Air tersebut telah dlengkapi juga dengan pelindung dan optik pada luminer yang sesuai dengan Pedoman Keselamatan dan dirancang untuk mencegah paparan yang berbahaya terhadap radiasi UV-C bagi orang-orang yang berada di bawahnya.
Lebih lanjut Deddy juga menjelaskan mengenai Equivalent Air Changes Per Hour (eACH), atau “Penyesuaian Pertukaran Udara Setara per Jam” yang merupakan kemampuan pengelola bangunan dalam mengantisipasi kontrol asupan udara untuk mengendalikan mikroorganisme di udara dengan metode lain, seperti penggunaan UV-C Upper Air untuk mendesinfeksi udara, dan HEPA filter yang berfungsi untuk menyaring udara.
Baca Juga: Signify Rilis Lampu Meja Desinfeksi UV-C untuk Pasar Indonesia
Kedua metode ini jika diaplikasikan pada tingkat tertentu dapat mengantikan ventilasi mekanis. Jadi, bila ACH diukur berdasarkan banyaknya udara dari luar yang masuk ke dalam untuk melarutkan partikel yang berpotensi berbahaya di dalam ruangan, eACH merupakan penyesuaian setara yang didapatkan melalui alat bantu, misalnya dengan kombinasi penggunaan UV-C ruang atas dan HEPA filter.
"Bagi bangunan yang sulit untuk menambahkan ventilasi guna memperbanyak aliran udara luar yang masuk, UV-C ruang atas dapat membantu mencapai eACH yang memadai,” pungkasnya.