Kinerja Sektor Perkantoran CBD Jakarta di Titik Nadir!

Sektor e-commerce, fintech, dan e-logistics menjadi sumber aktivitas pasar perkantoran CBD Jakarta, di mana sebagian besar karyawannya bekerja di rumah.

Kawasan perkantoran CBD Jakarta. (Foto: RealEstat.id)
Kawasan perkantoran CBD Jakarta. (Foto: RealEstat.id)

RealEstat.id (Jakarta) - Tingkat hunian dan serapan bersih ruang perkantoran di CBD (Central Business District) Jakarta mencapai rekor terendah pada kuartal ini, dengan aktivitas penyewaan ruang kantor melambat untuk yang kedua kalinya dalam waktu kurang dari satu bulan. Demikian laporan bertajuk MarketBeat Kuartal III 2020 yang dirilis Cushman & Wakefield Indonesia.

Menurut konsultan properti yang berkantor pusat di Chicago, Amerika Serikat tersebut, kondisi tersebut membuat pasar perkantoran CBD Jakarta seakan terhenti. Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi terus memberikan tantangan kepada para pemilik bangunan di Jakarta, dengan harga sewa tetap berada di bawah tekanan di hadapan permintaan yang sedikit.

Baca Juga: Ruang Perkantoran Jakarta: Pasokan Tertunda, Permintaan Terhenti

"Sektor e-commerce, fintech, dan e-logistics masih menjadi satu-satunya sumber aktivitas pasar dan dengan sebagian besar tenaga kerja yang masih berada di rumah, belum terlihat adanya arah yang jelas dalam jangka panjang mengenai kebutuhan ruang atau preferensi kerja untuk industri seperti perbankan, asuransi, dan institusi finansial, dikarenakan mereka masih mengevaluasi arah dalam masa pandemi ini,” jelas Nonny Subeno, Executive Director Commercial Cushman & Wakefield Indonesia.

Satu Proyek Dipasarkan, Permintaan Stagnan
Laporan Cushman & Wakefield menyebut, RDTX Place, proyek seluas 98.500 meter persegi yang berlokasi di Jl. Prof. DR. Satrio memasuki pasar perkantoran dalam kuartal III 2020. Dengan masuknya proyek ini, total pasokan kumulatif pasar perkantoran CBD Jakarta kini berjumlah 7,03 juta meter persegi.

"Tidak ada pasokan baru yang diperkirakan akan masuk sebelum akhir 2020, sebagai dampak dari pandemi yang membuat penyelesaian beberapa proyek tertunda hingga tahun depan," kata Nonny Subeno menambahkan.

Baca Juga: Babak Baru Bisnis Perkantoran Sewa di Tengah Pandemi Covid-19

Dengan dampak negatif dari COVID-19 yang memengaruhi seluruh sektor bisnis, beberapa aktivitas downsizing (perampingan atau efisiensi ruang kantor), relokasi, bahkan penutupan ruang kantor terlihat di banyak bangunan di CBD, terutama pada perkantoran Grade B dan C.

Tingkat serapan bersih tercatat negatif 41.600 meter persegi dalam kuartal 3 ini, menjadikan reduksi Year-To-Date hunian perkantoran ke 54.000 meter persegi. Tingkat hunian rata-rata pada pasar perkantoran CBD menurun ke 72,6% pada akhir September 2020 dan memungkinkan untuk terus menurun pada bulan-bulan akhir di tahun ini.

Baca Juga: Tips Menyewa Ruang Kantor Sesuai Kebutuhan dan Tanpa Masalah Legalitas

Beberapa tanda perbaikan kondisi pasar sempat muncul pada Juli dan Agustus (dengan bertambahnya inquiry dan meningkatnya aktivitas inspeksi bangunan) sebagai dampak dari pelonggaran pembatasan operasional kantor oleh Pemerintah. Namun, kondisi ini hanya berlangsung singkat dengan adanya pengetatan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada September, yang menyebabkan hampir tidak adanya transaksi pada September.

"Meski demikian, terdapat dua kesepakatan transaksi penting yang berlangsung pada kuartal ketiga: relokasi seluas 5.000 meter persegi oleh sebuah perusahaan minyak dan gas, juga transaksi ruang seluas 3.000 meter persegi oleh bisnis e-commerce," jelasnya.

Harga Sewa Terkoreksi
Harga sewa Rupiah terus mengalami penurunan pada kuartal ketiga, sejalan dengan meningkatnya kekosongan ruang pada pasar perkantoran. Pada akhir September, harga sewa gross rata-rata perkantoran CBD berada pada Rp282.100,00 per meter persegi per bulan (penurunan sebesar 5,7% YoY). Dalam Dolar AS, angka tersebut berada di USD18,96 per meter persegi per bulan, turun sebesar 10,2% (YoY).

Dengan perkiraan perkembangan ekonomi yang menurun (sekitar -2%), tren terhadap lokasi perkantoran dengan biaya yang lebih rendah, downsizing ruang perkantoran, dan potensi penutupan operasional kantor yang lebih banyak pada pasar perkantoran CBD diperkirakan akan masih terjadi dalam jangka pendek.

Baca Juga: Pasar Perkantoran Konvensional Bergeser Jadi Lebih Compact Akibat COVID-19

Di samping itu, harga sewa gross akan tetap berada di bawah tekanan dengan lemahnya permintaan dan tingginya kekosongan ruang. Pemilik bangunan akan tetap menghadapi permintaan penundaan pembayaran sewa atau service charge dan penangguhan sewa atau negosiasi ulang mengenai pembayaran sewa dari para penyewa ruang perkantoran.

"Beberapa rencana sebelumnya mengenai relokasi dan/atau ekspansi ruang kantor terlihat akan tetap mengalami penundaan, paling tidak hingga kuartal I 2021 atau hingga situasi pandemi menjadi stabil," pungkas Nonny.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)
Kawasan SCBD Jakarta (Foto: realestat.id)