RealEstat.id (Jakarta) - Pengembang properti PT Intiland Development Tbk (DILD) berhasil membukukan marketing sales Rp500 miliar di Kuartal I tahun 2022. Angka ini meningkat 61% dibandingkan perolehan Kuartal I tahun 2021 sebesar Rp310 miliar.
Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk menjelaskan, meningkatkan kinerja penjualan Perseroan disebabkan oleh sejumlah faktor. Pertama, faktor pasar properti yang mulai membaik, sementara faktor lainnya adalah meningkatnya penjualan dari segmen perumahan dan kawasan industri.
“Secara umum pasar properti berangsur-angsur membaik. Keyakinan masyararakat sudah mulai pulih dan kembali melakukan pembelian. Sentimen pasar tumbuh positif,” jelas Archied Noto Pradono dalam siaran pers yang diterima RealEstat.id, Rabu (17/4/2022).
Baca Juga: Intiland Rilis Aurora, Area Komersial Berkonsep SOHO di Graha Natura Surabaya
Archied menilai, kondisi pasar properti di tiga bulan pertama tahun ini lebih kondusif dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penjualan produk properti dalam tren meningkat, seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen yang ingin memanfaatkan sejumlah insentif kebijakan Pemerintah.
Segmen pengembangan perumahan Intiland mencatatkan kontribusi marketing sales terbesar senilai Rp254 miliar atau 51% dari keseluruhan. Kontributor berikutnya berasal dari penjualan di segmen kawasan industri senilai Rp190 miliar atau memberikan kontribusi 38%. Sementara segmen pengembangan mixed-use & high rise memberikan kontribusi 11% dengan membukukan marketing sales Rp57 miliar.
Berdasarkan lokasi pengembangannya, proyek-proyek Intiland di Surabaya memberikan kontribusi marketing sales Rp319 miliar atau 64%. Sementara sisanya berasal dari penjualan proyek-proyek di Jakarta dan sekitarnya senilai Rp182 miliar atau 36%.
Baca Juga: Jalin Sinergi, Blibli dan Intiland Hadirkan Fasilitas Bisnis dan Olahraga di Surabaya
Archied mengungkapkan kinerja penjualan lahan industri di Kuartal I tahun ini cukup baik. Dua pengembangan kawasan industri Intiland, yakni Ngoro Industrial Park di Mojokerto, Jawa Timur dan Batang Industrial Park di Jawa Tengah mencatatkan lonjakan marketing sales sebesar 139% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja penjualan positif juga ditunjukan sejumlah proyek perumahan seperti Serenia Hills di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan Graha Natura dan Amesta Living yang berlokasi di Surabaya.
“Kinerja penjualan secara umum masih on track dan Intiland terus berupaya mencapai target marketing sales tahun ini sebesar Rp2,4 triliun. Kontribusi terbesar diperkirakan dari penjualan segmen perumahan,” kata Archied lebih lanjut.
Intiland telah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk meningkatkan marketing sales tahun ini. Selain mendorong penjualan unit-unit inventori, terutama dari produk-produk siap huni, Perseroan juga merencanakan sejumlah pengembangan klaster dan produk baru di proyek-proyek berjalan, khususnya pada segmen pengembangan kawasan perumahan.
Baca Juga: Cetak Pemimpin Masa Depan, Program I AM Intiland Young Leaders Diluncurkan
Selain itu, Perseroan juga terus berupaya mendorong peningkatan penjualan lahan industri dan produk pergudangan. Perseroan mencermati kebutuhan terhadap lahan industri dan properti pergudangan meningkat cukup pesat belakangan ini.
Khusus untuk produk pergudangan, saat ini Peseroan fokus pada penjualan produk pergudangan dari Aeropolis Technopark di Tangerang. Di kawasan ini, Perseroan memiliki sejumlah portofolio produk pergudangan berbagai tipe sesuai kebutuhan pasar.
“Seharusnya sektor properti tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Tahun ini bisa menjadi titik balik dan momentum bagi pasar properti untuk kembali tumbuh secara stabil,” ujarnya lebih lanjut.
Kinerja Kawasan Industri Meningkat Signifikan
Intiland juga melaporkan pencapaian kinerja keuangan sepanjang tahun 2021. Berdasarkan laporan keuangan tahunan yang berakhir 31 Desember 2021, pendapatan usaha dari pengembangan kawasan industri mengalami lonjakan yang signifikan yaitu 1.285% yaitu dari Rp36,7 miliar di tahun 2020 menjadi Rp508,6 miliar di tahun 2021.
Segmen lain yang mengalami peningkatan adalah pengembangan perumahan sebesar 59% dari Rp432,8 miliar di tahun 2020 menjadi Rp688,3 miliar di tahun 2021. Segmen pengembangan mixed use & high rise mengalami penurunan 58% dari Rp1,8 triliun menjadi Rp772,4 miliar.
“Pendapatan usaha dari segmen kawasan industri naik signifikan terutama disebabkan adanya penjualan lahan industri di Batang Industrial Park dan produk pergudangan Aeropolis Techno Park,” ungkap Archied.
Baca Juga: Tingkatkan Kinerja Penjualan, Ini Proyek Andalan Intiland di 2022
Sementara penurunan di segmen pengembangan mixed use & high rise dikarenakan di tahun 2020 sudah terdapat pengakuan penjualan yang cukup besar dari kondominium Graha Golf, The Rosebay dan Spazio Tower yang sudah serah terima kepada pembeli.
Dia menilai, kondisi sektor properti secara umum belum terlalu kondusif sepanjang tahun 2021. Sejumlah insentif kebijakan yang diluncurkan Pemerintah ke sektor properti berhasil mendorong peningkatan penjualan terutama di sektor perumahan, namun belum sepenuhnya memberikan imbas di semua segmen pengembangan properti terutama penjualan apartemen.
“Segmen perumahan terbukti paling besar mendapatkan manfaat dari berbagai insentif yang diluncurkan. Namun untuk produk properti high-rise seperti apartemen, pengaruhnya belum signifikan dan tidak serta merta mendorong pembelian maupun investasi,” tutur Archied lebih lanjut.
Baca Juga: Penjualan Tahap Pertama Sukses, Amesta Living Andalkan 3 Tipe Rumah
Secara total, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,63 triliun. Segmen pengembangan mixed use & high rise tercatat memberikan kontribusi paling besar senilai Rp772,4 miliar atau 29,4% dari keseluruhan. Kontributor pendapatan usaha berikutnya bersumber dari segmen kawasan perumahan senilai Rp688,3 miliar atau 26,2%. Disusul dari segmen pengembangan kawasan industri yang memberikan kontribusi 19,3% atau sebesar Rp508,6 miliar.
Perseroan mencatatkan perolehan laba kotor Rp1,03 triliun dan laba usaha sebesar Rp665,9 miliar atau masing-masing mengalami penurunan 13% dan 14%. Sementara jumlah laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp12,2 miliar atau lebih rendah dibandingkan perolehan tahun 2020 yang mencapai Rp76,8 miliar.
Recurring Income Meningkat
Ditinjau dari jenisnya, pendapatan usaha dari pengembangan atau development income memberikan kontribusi Rp1,97 triliun atau 75% dari keseluruhan. Sisanya berasal dari pendapatan berkelanjutan atau recurring income sebesar Rp659,3 miliar atau 25% dari keseluruhan.
Menurut Archied, Perseroan berhasil memperkuat kontribusi yang bersumber dari recurring income. Di tahun 2021, Perseroan mencatatkan kenaikan sebesar 12% dibandingkan tahun sebelumnya, yang bersumber dari perkantoran sewa, pengelolaan sarana olah raga, dan penyewaan fasilitas di kawasan industri.
Baca Juga: Poins Bakal Jadi Hub dan Meeting Point Baru di Jakarta Selatan
Archied menjelaskan tahun ini merupakan momentum bagi Perseroan untuk pemulihan kinerja usaha. Sejumlah upaya strategis disiapkan untuk mengantisipasi membaiknya kondisi pasar properti dan kembali tumbuhnya minat beli dan investasi masyarakat.
Fokus utama Perseroan tahun ini adalah meningkatkan penjualan, khususnya dari produk inventori atau stok unit di sejumlah proyek perumahan dan apartemen. Perseroan juga terus memperkuat penetrasi penjualan lahan industri. Perseroan juga mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure sekitar Rp1 triliun yang akan digunakan untuk penyelesaian konstruksi beberapa proyek yang sedang berjalan.
Perseroan juga menjajaki peluang-peluang kerjasama pengembangan proyek, baik secara langsung maupun dengan menggandeng mitra strategis. Pengembangan dan peluncuran proyek baru tetap menjadi salah satu strategi pertumbuhan usaha, namun dijalankan dengan sangat hati-hati dan mencermati ceruk, potensi, dan daya serap pasar.