Indonesia Jadi Negara Pilihan Miliarder Australia dan Korea Selatan untuk Membeli Rumah

Indonesia tercatat memiliki harga residensial yang menarik sebagai target investasi prime property, di mana harga hunian premium sudah kembali menguat di 2022.

Rumah mewah seharga Rp50 miliar di Layton, Navapark, BSD City. (Foto: dok. Sinar Mas Land)
Rumah mewah seharga Rp50 miliar di Layton, Navapark, BSD City. (Foto: dok. Sinar Mas Land)

RealEstat.id (Jakarta) – Tiga kota di Asia Pasifik, yakni Hong Kong, Singapura, dan Sydney masih menjadi tujuan investasi utama bagi miliarder dan orang-orang super kaya di dunia.

Pasalnya, pada tahun 2022, transaksi properti ultra-prime—di atas USD25 juta atau sekitar Rp386 miliar—di ketiga kota ini lebih baik dibanding kota-kota lain di dunia.

Menurut The Wealth Report edisi terbaru, di tiga kota ini terjadi sebanyak 345 transaksi penjualan untuk properti super-prime—di atas USD10 juta, atau sekitar Rp154 miliar—dan 53 transaksi untuk properti ultra-prime di atas USD25 juta.

Baca Juga: Jumlah miliarder di Indonesia Naik 63% dalam 5 Tahun ke Depan

Christine Li, Head of Research Knight Frank Asia Pasifik mengatakan, tahun 2023 menjadi titik balik yang sangat penting bagi sektor properti di kawasan Asia Pasifik, di mana tahun ini menjadi tahun perubahan permacrisis—yang menurut kamus Bahasa Inggris Collins adalah periode ketidakstabilan dan ketidakamanan yang berkepanjangan.

Dia menerangkan, di tahun 2023, sebanyak 45% miliarder alias High Net Worth Individuals (HNWIs) di kawasan Asia Pasifik diperkirakan akan mengalami peningkatan kekayaan dibanding tahun 2022, yang hanya sebesar 25%.

"Optimisme ini didorong oleh perbaikan nilai aset, keyakinan akan adanya perubahan nilai, dan juga harapan akan membaiknya situasi ekonomi di kawasan Asia Pasifik," kata Christine Li.

Baca Juga: Survei: Inilah Investasi Properti yang Menarik Bagi Para 'Crazy Rich'

Di lain pihak, pencabutan kebijaksanaan Zero-Covid di China juga memperkuat prospek pasar perumahan di kawasan Asia Pasifik ini.

Meskipun ada tekanan inflasi, efek positifnya akan lebih besar akibat pertambahan arus perdagangan dan supply chain yang lebih efisien seiring dengan waktu.

"Dengan normalisasi arus modal, kami percaya kalau para investor akan mendaur kesempatan di kondisi pasar yang masih lemah sekarang ini,” tutur Christine Li.

Selanjutnya, menurut laporan The Wealth Report Knight Frank, Indonesia masuk sebagai salah satu dari 100 negara yang memiliki pertumbuhan positif untuk harga hunian premium, di mana kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut di tahun ini.  

Baca Juga: Tiga Alasan Mengapa Investasi Properti Bisa Bikin Kaya Raya

Indonesia juga tercatat memiliki harga residensial yang menarik sebagai target investasi prime property. Laporan juga mencatat bahwa di tahun 2022, harga hunian premium di Indonesia sudah kembali menguat.

Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia mengatakan, pertumbuhan harga hunian premium di Indonesia saat pandemi memang sempat terkoreksi, namun di tahun 2022 harga kembali menguat.

"Hal ini menunjukkan adanya ketertarikan para investor untuk berbelanja di pasar premium residensial Indonesia. Menariknya, laporan The Wealth Report ini juga menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu dari 10 negara pilihan bagi para UHNWIs di Australia dan Korea Selatan untuk membeli rumah,” terang Syarifah Syaukat.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)