Harga Stagnan, Developer Apartemen Jabodetabek Tawarkan Aneka Promo

Meski pasokan baru sangat terbatas, rata-rata pertumbuhan harga apartemen di Jabodetabek pada Kuartal III 2021 tercatat hanya sebesar 0,2%.

Pembangunan Cisauk Point (Foto: Adhi Commuter Properti)
Pembangunan Cisauk Point (Foto: Adhi Commuter Properti)

RealEstat.id (Jakarta) - Menyusul periode-periode sebelumnya selama masa pandemi, pasokan baru apartemen di Jabodetabek masih rendah. Selama Kuartal III 2021, tercatat sekitar 7.689 unit apartemen dari 14 proyek rampung dikerjakan. Angka ini meningkat 43% dibandingkan periode secara kuartal (QoQ).

Kendati demikian, dibandingkan dengan kuartal yang sama di 2020, total pasokan yang diselesaikan -18% lebih rendah dari total unit yang diselesaikan pada kuartal tersebut. Demikian informasi yang dinukil dari riset Marketbeat yang dirilis Cushman & Wakefield Indonesia.

Menyusul gelombang kedua pandemi awal Juli lalu, Pemerintah memberlakukan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

"Hal ini menyebabkan konstruksi beberapa proyek apartemen ditunda dan jadwal serah terima mundur hingga 2022," jelas  Arief RahardjoDirector Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia dalam laporan tersebut.

Baca Juga: Akhir 2021, Permintaan Apartemen di Jakarta Diprediksi Meningkat

Cushman & Wakefield Indonesia menyebut, hanya tiga proyek yang diluncurkan ke pasar selama Kuartal III 2021 yang ditinjau, yaitu Tower Kensington di BSD Sky House, Tower Amethyst di Cisauk Point, dan Terrace Diamond Tower, dengan jumlah 2.451 unit. Dengan demikian, total pasokan apartemen di Jabodetabek menjadi 152.005 unit.

Sebagian besar pengembang masih dalam posisi “wait and see” untuk meluncurkan proyek baru, menunggu penurunan kasus baru COVID-19. Saat ini, mereka lebih fokus pada pemasaran unit pasokan yang tersedia, memanfaatkan peluang dari penerapan aturan pemerintah untuk membebaskan pajak pertambahan nilai atas unit hunian ready stock.

"Dua dari proyek yang baru diluncurkan tersebut sebenarnya merupakan tahap pengembangan selanjutnya dari proyek yang sudah ada, karena tahap pengembangan sebelumnya sudah hampir habis terjual," terang Arief Rahardjo. 

Baca Juga: Apartemen Jakarta: Pasokan Tipis, Harga Nyaris Bergeming

Sementara itu, tingkat serapan bersih sebanyak 3.760 unit tercatat selama Kuartal III 2021 yang berasal dari proyek yang telah selesai maupun proyek yang sedang dikembangkan. Capaian tersebut meningkat dua kali lipat dari serapan bersih di kuartal sebelumnya, sebesar 1.844 unit (+103,9% QoQ).

Riset Cushman & Wakefield menyebut, sebagian besar transaksi terjadi di proyek-proyek yang sudah tersedia dan tingkat penjualannya tetap stabil (QoQ) di 93,6%, sedikit meningkat (0,3%) dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu.

Di sisi lain, tingkat pra-penjualan turun -0,8% dari 60,6% di Kuartal II 2021 menjadi 59,8% pada akhir kuartal, sedangkan rata-rata kekosongan pasar meningkat 2,53% dari 50,9% pada kuartal II 2021 menjadi 52,2%.

"Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh berakhirnya kontrak sewa tanpa kontrak baru karena banyak penyewa ekspatriat yang kembali ke negaranya," tutur Arief. 

Baca Juga: Pasokan Rendah, Harga Apartemen di Jabodetabek Stagnan

Rata-rata pertumbuhan harga apartemen di Jabodetabek pada Kuartal III 2021 tercatat sebesar 0,2% (QoQ), mencapai Rp43.400.000 per meter persegi. Pertumbuhan yang lambat menunjukkan bahwa pasar belum pulih dari efek COVID-19.

Proyek-proyek yang hampir selesai terus menawarkan promosi untuk mendongkrak penjualan seperti paket berperabotan lengkap, potongan biaya pemesanan, dan jaminan sewa sebagai tambahan insentif pembebasan PPN dari pemerintah.

"Akibatnya, tidak terlihat kenaikan harga yang signifikan di pasar, sementara harga di pasar sekunder juga terlihat sangat kompetitif," tutup Arief. 

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)