Arsitektur Instalasi Bambu: Beragam Gaya, Ramah Lingkungan, dan Tahan Lama

Keindahan arsitektur instalasi bambu tidak terlepas dari pengetahuan seputar kekuatan material bambu untuk pembangunan yang kokoh dan aman.

Arsitektur instalasi bambu (Foto: Dok. Pon Purajatnika)
Arsitektur instalasi bambu (Foto: Dok. Pon Purajatnika)

RealEstat.id (Jakarta) - Material bambu menjadi warna tersendiri bagi arsitektur tradisional Nusantara. Tak hanya unik, arsitektur instalasi bambu juga memiliki nilai jual dari sisi pariwisata dan menarik minat banyak orang untuk menerapkannya pada berbagai fungsi arsitektur baru.

Bambu secara tradisi sudah menjadi bagian kehidupan rakyat dari material bangunan hunian, konstruksi jembatan, pengaman lingkungan, perlengkapan rumah tangga, alat kesenian dan banyak lagi. Karakter bambu sebagai bahan berongga beruas-ruas, bersifat lentur dan memiliki kekuatan tarik yang mengagumkan.

Baca Juga: Mengupas Konsep Desain Arsitektur Bambu dalam Bangunan Modern

Pengetahuan ini sangat penting bagi pelaku pembangunan dalam menggunakan bambu pada karyanya agar tidak mudah rusak. Demikian penuturan Budi A. Sukada, arsitek, pengamat, dan pemerhati berbagai konsep desain arsitektur saat memandu dalam seminar daring bertajuk "Arsitektur Instalasi Bambu", kamis (22/4/2021).

Seminar yang diselenggarakan Kenari Djaja dan Majalah Asrinesia ini sukses menarik minat 650 peserta yang terdiri dari kalangan profesional, arsitek, ahli struktur, mahasiswa jurusan arsitektur dan teknik sipil, serta pelaku pembangunan dan ahli bambu di Indonesia.

Baca Juga: Arsitektur Tradisional Bali: Antara Seni, Filosofi, dan Modernisasi

Berpedoman pada konstruksi bambu yang menciptakan bentuk atap khas bangunan tradisional Nusantara, menginspirasi ahli bambu dan arsitek melakukan terobosan merancang intalasi bambu menjadi suatu karya arsitektur yang menarik.

"Bambu sebagai tanaman tropis tidak kehilangan karakteristiknya ketika dipadukan dengan material seperti logam, kaca dan beton. Karya arsitektur intalasi bambu mampu menarik perhatian dan akan mewarnai beberapa destinasi pariwisata di Indonesia mendatang," kata Budi A. Sukada.

Cara Menebang dan Memproses Bambu
Keahlian mengolah bambu sebagai elemen bangunan dengan konsep desainnya yang spesial disampaikan Pon S. Purajatnika, praktisi arsitek yang telah 30 tahun menekuni dan menggunakan bambu dalam karya-karyanya.

Mengangkat topik Aplikasi Bahan Baku Bambu dalam Arsitektur, Pon S. Purajatnika menjelaskan, di Tanah Air ada banyak jenis bambu, di mana setiap jenis mempunyai tekstur, warna, dan efek visual yang berbeda-beda. Selain itu, umur bangunan bambu tergantung tata cara dan perlakuan sesuai adat/ilmu pengetahuan.

Baca Juga: Seperti Apa Rumah dan Lingkungan Ideal di Mata Para Arsitek?

"Bambu memiliki sifat fisik dan mekanik yang bisa dihitung, namun cara memproses bambu harus tepat. Salah proses awal, akan salah seterusnya. Dan cara menebang bambu adalah kuncinya," tutur Pon.

Lebih lanjut, Pon mengatakan, ada sembilan hal yang perlu diperhatikan dalam menebang bambu: (1) bambu yang layak tebang memiliki ciri daun bambu mulai menguning, (2) warna batang mulai pucat, (3) tumbuh akar dari bawah antara enam hingga 10 ruas, (4) batang keluar jamur, (5) pilih batang bambu yang lurus dan tidak cacat, (6) bambu tidak ditebang saat bulan purnama, di saat kadar gula bambu tinggi, (7) bambu jangan ditebang saat musim hujan, (8) tebang bambu antara jam 11.00 - 14.00 saat batang kering, (9) batang bambu jangan dibanting saat pemindahan/transportasi.

Setelah proses penebangan, imbuhnya, yang harus diperhatikan adalah treatment agar batang bambu awet. Inti proses treatment ini adalah memasukkan pengawet ke dalam batang bambu dan mengeluarkan zat gula, sehingga bambu awet dan tahan rayap.

Baca Juga: Adaptasi Arsitektur Hijau Pada Bangunan dan Lingkungan Perkotaan

"Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak yang menggunakan pengawet kimia, namun saya menggunakan mengawet alami dari ubi gadung dan biji nimba. Kedua bahan ini di-blender dan dimasukkan ke air untuk perendaman bambu," jelas Pon.

Selain dengan cara perendaman yang memakan waktu 14 hari, bahan pengawet juga bisa dipompa ke dalam ruas bambu. Untuk bambu berukuran kecil, bisa dilakukan dengan cara merebusnya di air yang telah dicampur pengawet. Cara ini hanya memerlukan waktu beberapa jam saja.

"Terkait pengeringan, bambu tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Setelah itu, lakukan pembersihan kulit bambu dari kotoran dan jamur, dengan disikat satu per satu," pungkasnya.

Engineered Bamboo Product
Keandalan dan keindahan arsitektur instalasi bambu tidak terlepas dari pengetahuan tentang kekuatan material khususnya bambu untuk pembangunan yang aman dan kuat. Informasi ini akan disampaikan ahli bahan bangunan Inggar Sephtia Irawati, peneliti dari UGM yang mendalami karakter tanaman bambu.

Dia menjelaskan, pemakaian bambu masih terbatas pada jembatan, social building, dan bangunan resor. Padahal potensi bambu sangat besar, dengan umur bangunan yang panjang, bambu bisa ditebang hanya pada usia 3 - 5 tahun. Bandingkan dengan kayu yang baru bisa ditebang di umur 15 tahun.

Selain itu, bambu juga bisa ditebang tanpa menghabisi seluruh rumpun. Saat bambu tua ditebang, rumpun bambu muda masih mampu mengikat air, sehingga lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: Kampung Pecinan: Keindahan yang Tergerus Roda Ekonomi

"Sebaliknya, bambu juga memiliki beberapa kelemahan, yakni bentuknya yang  tidak prismatif, memiliki ruas yang jaraknya tidak sama, sehingga saat disambung memiliki celah," kata Inggar Septhia Irawati.

Untuk itu dibuatlah engineered bamboo product, yaitu bambu yang diolah dan di-press sehingga dapat berbentu balok seperti kayu. Saat ini, imbuhnya, produsen engineered bamboo product terbesar di dunia adalah China. Bahkan produknya telah di ekspor ke negara-negara di Eropa.

"Ada dua macam produk, yakni bamboo scrimber atau strand woven bamboo, dan laminated bamboo. Kami telah mulai memproduksi laminated bamboo. Semula produk ini terkendala pada perekatan yang kurang kuat. Padahal, pada produk ini perekat harus lebih kuat dibanding bambu. Namun, belakangan perekatan produk kami sudah baik," kata Inggar.

Baca Juga: Catat: Arsitektur dan Desain Tradisional Indonesia Berkelas Dunia!

Ketika Bambu Bermain dengan Gaya
Keindahan arsitektur instalasi bambu  ini diperkaya oleh beberapa karya bambu hasil penelitian Andry Widyowijatnoko, seorang akademisi ITB yang karya instalasi bambunya mendapat penghargaan arsitektur menyampaikan topik Ketika bambu bermain dengan gaya, yang banyak memberi inspirasi pada arsitektur modern.

Menurutnya, arsitektur tradisional telah menggunakan bambu sebagai bagian arsitektur bangunan dengan sangat baik. Bambu umumnya dipakai sebagai elemen tekan (compression) dan pembengkokan (bending).

Masyarakat tradisional menggunakan elemen pasak untuk mencegah pergeseran horisonal pada bambu, sementara elemen tali dipakai untuk mencegah pergeseran vertikal. Pemakaian kedua elemen ini terbilang efektif, karena bambu memiliki penampang yang bundar.

"Kemudian, pada aplikasi arsitektur modern, penggunaan pasak dan tali untuk efek compression dan bending digantikan dengan pemakaian mur dan baut. Secara teknologi memang tidak terlalu jauh, namun efek bentuk yang dapat dihasilkan luar biasa," papar Andry Widyowijatnoko.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Ilustrasi untuk makanan kucing Royal Canin yang bagus. (Mypets)
Ilustrasi untuk makanan kucing Royal Canin yang bagus. (Mypets)
Sinar Mas Land sukses menghadirkan Festival Dolanan Khatulistiwa 2024 yang diselenggarakan pada 30 November - 1 Desember 2024 di Kampung Dolanan Khatulistiwa, Kelurahan Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan. (Foto: Istimewa)
Sinar Mas Land sukses menghadirkan Festival Dolanan Khatulistiwa 2024 yang diselenggarakan pada 30 November - 1 Desember 2024 di Kampung Dolanan Khatulistiwa, Kelurahan Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan. (Foto: Istimewa)
Tren desain interior rumah tahun 2025 akan diwarnai penggunaan warna-warna natural. (Sumber: Shutterstock/ka_idris)
Tren desain interior rumah tahun 2025 akan diwarnai penggunaan warna-warna natural. (Sumber: Shutterstock/ka_idris)