Tiga Kawasan Prospektif untuk Investasi Properti di 2022

Meski minat terhadap properti kelas menengah atas di pusat kota masih tinggi, namun sebagian konsumen lebih memilih properti di kawasan suburban.

Cluster Llanos, Bukit Cimanggu City Bogor (Foto: Dok. Gapura Prima)
Cluster Llanos, Bukit Cimanggu City Bogor (Foto: Dok. Gapura Prima)

RealEstat.id (Jakarta) - Selain faktor harga, infrastruktur transportasi, kelengkapan fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas pendidikan masih akan menjadi daya tarik utama bagi konsumen properti. Hal ini yang membuat sebuah kawasan prospektif sebagai lokasi investasi properti, terutama di 2022 ini.

Tahun ini, minat terhadap properti kelas menengah atas di pusat kota masih terbilang tinggi. Kendati demikian, sebagian konsumen masih akan mencari properti di kawasan-kawasan penyangga (suburban). Demikian informasi yang dinukil dari riset bertajuk Property Market Outlook 2022 yang dirilis Rumah.com.

Baca Juga: Survei: Rumah Menengah Atas dan Ramah Lingkungan Diminati Konsumen

"Berdasarkan data-data tersebut, Rumah.com menganalisis sejumlah kawasan prospektif yang diperkirakan akan menjadi incaran konsumen properti di 2022," tutur Marine NovitaCountry Manager Rumah.com.

Berikut ini adalah tiga kawasan paling prospektif sebagai lokasi investasi properti di 2022

Tangerang
Kecamatan Cipondoh dan Karang Tengah menjadi dua kawasan investasi properti yang paling prospektif di Kota Tangerang pada tahun 2022. Data Rumah.com menunjukkan, pada Kuartal III 2021, harga properti di Cipondoh naik 29% secara tahunan (YoY), sementara Karang Tengah mencatat kenaikan harga 41% (YoY).

"Berdasarkan analisis Rumah.com, kedua wilayah ini memiliki fasilitas umum yang lengkap dan beragam pilihan akses transportasi umum dan pribadi," imbuh Marine Novita.

Baca Juga: Ini Dia, Faktor-faktor Pendukung Sektor Properti Indonesia di 2022

Cipondoh memiliki akses KRL Commuter Line dan KA Bandara di Stasiun Batuceper serta akses tol Cengkareng-Batuceper-Kunciran. Letaknya yang tepat bersebelahan dengan Jakarta Barat sangat menguntungkan. Beragam fasilitas umum seperti mal, pusat perbelanjaan, dan fasilitas kesehatan kelas menengah atas dapat diakses penghuni di area ini dengan mudah.

Selain itu, Cipondoh juga memiliki kawasan reservasi dan kawasan hijau di Setu Cipondoh sehingga sangat ideal bagi pencari properti yang ingin hunian dekat ibu kota dengan kualitas udara dan lingkungan hidup yang baik. 

Baca Juga: Soroti 7 Isu Strategis, Ini Rekomendasi The HUD Institute Terkait Perkotaan dan Perumahan Rakyat

Sedangkan Kecamatan Karang Tengah terhubung dengan tol Jakarta-Tangerang-Merak. Terdapat tiga rumah sakit besar di area ini, salah satunya Mandaya Royal Puri Hospital yang merupakan RS tipe B dengan pelayanan kelas internasional.

Karang Tengah juga bertetangga langsung dengan Jakarta Barat sehingga penghuninya dapat dimanjakan oleh fasilitas umum yang lengkap. Selain itu, kebijakan insentif BPHTB yang dikeluarkan Pemerintah Kota Tangerang menambah daya tarik kedua area ini.

Bogor
Kota Bogor cukup mencuri perhatian konsumen di tahun 2021. Pasalnya, peningkatan jumlah pencarian properti di wilayah ini melalui situs Rumah.com paling signifikan selama tiga kuartal pertama 2021. Bahkan ketika tren pencarian mengalami penurunan pada Kuartal III 2021, Kota Bogor justru mencatatkan kenaikan sebesar 21,84% secara kuartalan (QoQ). 

"Harga properti Kota Bogor yang cenderung lebih stabil tampaknya menarik minat konsumen di tengah pandemi COVID-19. Fasilitas yang cukup lengkap dengan akses transportasi yang terjangkau juga menjadi keunggulan Kota Bogor," jelas Marine lebih lanjut.

Baca Juga: Pasar Rumah Sekunder: Pasokan Bertambah, Harga Melandai

Rumah sakit, mal, pusat perbelanjaan, serta taman hiburan dapat dijangkau dengan mudah dari pusat kota. Kawasan hijau seperti taman dan hutan kota tersebar di banyak titik.

Bepergian di Kota Bogor juga kini makin nyaman dengan adanya tol Bogor Outer Ring Road (BORR) maupun bus yang akhir-akhir ini sedang diperbanyak untuk menggantikan angkot. Kereta api pun dapat diakses melalui Stasiun Bogor, Bogor Paledang, dan Batutulis.

Gresik
Kabupaten Gresik, Jawa Timur, berkembang menjadi kawasan paling prospektif di wilayah Metropolitan Surabaya atau Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Wilayah Gresik yang belum terlalu padat ketimbang Surabaya atau Sidoarjo cukup menarik minat konsumen.

Wilayah yang menghadap Selat Madura dan Laut Jawa ini memiliki potensi untuk menjadi sunrise property didorong oleh perkembangan infrastruktur dan industri di dalamnya. Saat ini, median harga di Gresik berada pada kisaran Rp6,4 jutaan, lebih murah ketimbang Sidoarjo maupun Bangkalan yang turut menjadi pusat industri di Gerbangkertosusila.

Baca Juga: Tahan Inflasi, Properti Jadi Penggerak Investasi di Asia Pasifik

"Indeks harga properti di Gresik secara kuartalan juga sedang bertumbuh sebesar 4,53% pada kuartal kedua 2021 lalu. Angka ini lebih signifikan ketimbang wilayah lain di Gerbangkertosusila," terangnya. 

Selain itu, Kabupaten Gresik kini dilintasi tiga ruas tol yang terhubung dengan Trans Jawa, yakni tol Surabaya-Gresik, Surabaya-Mojokerto, dan Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM). Kemudahan akses transportasi darat mempercepat perkembangan wilayah ini, khususnya bagi industri properti dan manufaktur. 

Sejumlah kawasan industri besar seperti Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) tengah dikembangkan di Gresik. Sementara, sejumlah kota mandiri dengan fasilitas lengkap seperti Gresik Kota Baru (GKB) dan Gem City berkembang tak jauh dari akses tol.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)