Tahan Inflasi, Properti Jadi Penggerak Investasi di Asia Pasifik

Penggerak utama pasar investasi di Asia Pasifik antara lain suku bunga yang sangat rendah dan properti sebagai investasi yang relatif aman terhadap inflasi.

Foto: Diolah dari Pixabay.com
Foto: Diolah dari Pixabay.com

RealEstat.id (Jakarta) - Meskipun pasar investasi di Asia Pasifik tidak kebal terhadap dampak negatif pandemi, namun sektor ini relatif lebih cepat untuk pulih. Volume investasi pada tahun 2022 diperkirakan akan menyamai tingkat rekor yang terlihat pada tahun 2019 sekitar USD180 miliar. Demikian informasi yang dinukil dari laporan Cushman & Wakefield bertajuk “Catch '22 - Asia Pacific Commercial Real Estate Outlook 2022”.

Cushman & Wakefield mencatat, penggerak utama pasar investasi di Asia Pasifik antara lain suku bunga yang masih sangat rendah meskipun ada sedikit peningkatan pada tahun lalu, properti sebagai investasi yang relatif aman terhadap inflasi, rekor jumlah dana mengendap yang tidak tersalurkan dan penyebaran modal yang intensif oleh para investor.

Baca Juga: Ekonomi Asia Pasifik Pulih di 2022, Lampu Hijau Bagi Investor Properti

"Meskipun kami memperkirakan pasar investasi akan tetap sangat aktif, fokus yang lebih besar pada aset industri mungkin akan mengurangi volume transaksi rata-rata, sehingga aktivitas transaksi yang lebih aktif mungkin tidak menghasilkan volume keseluruhan yang lebih tinggi. Sisi positifnya, total nilai transaksi mungkin melebihi perkiraan USD180 miliar jika aset berkualitas tinggi atau portofolio besar masuk ke dalam pasar," jelas Dominic Brown, Kepala Insight & Analisis, Cushman & Wakefield Asia Pasifik..

Kelas aset baru yang muncul seperti data centers, multifamily, dan life sciences juga telah menarik perhatian para investor yang mencari return yang lebih tinggi dan/atau volatilitas yang lebih rendah.

Semua kelas aset ini memiliki prospek pertumbuhan yang kuat dan menawarkan manfaat diversifikasi yang baik, namun dalam hal nilai total investasi sektor ini agak khusus dan oleh karenanya memberikan kesempatan terbatas untuk diversifikasi penanaman modal secara efisien. Meski demikian, kelas aset ini diharapkan nantinya akan semakin diminati oleh para investor.

Baca Juga: Investasi Properti Asia Pasifik Naik 30% di 3 Kuartal Pertama 2021

Dalam pantauan Cushman & Wakefield, pengembang di sektor pasar properti industri di Jabodetabek saat ini masih melakukan pendekatan wait and see akibat ketidakpastian pandemi. Sementara permintaan di data center terus meningkat.

Dari sisi pasokan, pasokan baru seluas 240.000 m2 diproyeksikan masuk ke pasar pergudangan pada 2022, menyusul permintaan yang relatif stabil bahkan di masa pandemi. Harga tanah industri maupun harga sewa gudang diperkirakan akan tetap stabil dalam dua tahun ke depan.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)