Tantangan dan Peluang Bisnis Perkantoran Pasca Pandemi COVID-19

Meski perusahaan menerapkan protokol kesehatan pada karyawan, perubahan wajah properti perkantoran tetap tidak dapat terhindarkan pasca pandemi COVID-19.

Pandemi COVID-19 dapat menyebabkan perluasan ruang kantor, karena perusahaan berusaha meningkatkan jarak fisik antar karyawan. (Foto: Pixabay)
Pandemi COVID-19 dapat menyebabkan perluasan ruang kantor, karena perusahaan berusaha meningkatkan jarak fisik antar karyawan. (Foto: Pixabay)

RealEstat.id (Jakarta) – Menyusul kebijakan lockdown yang diberlakukan pemerintah dan pengaturan kerja dari rumah (work from home) akibat pandemi COVID-19, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik meninjau kembali strategi properti komersial dan perkantoran mereka.

Menurut data yang dimiliki JLL, konsultan properti yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat, aktivitas sewa perkantoran secara global menurun 22% dibanding kuartal pertama 2019 setelah banyak transaksi yang dibatalkan atau ditunda. Namun aktivitas sewa perkantoran di Asia Pasifik hanya turun 9% dibanding kuartal pertama 2019 dan naik 14% secara tahunan. Kondisi ini belum berdampak pada tingkat kekosongan di Asia Pasifik, yang stagnan pada level 10,9% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Baca Juga: Panduan Membuka Kembali Kantor Pasca-PSBB dan Wabah COVID-19

“Di Jakarta, dampak paling signifikan dari COVID-19 dalam transaksi baru untuk sewa perkantoran, kemungkinan akan terjadi pada Q2 2020 karena peraturan pemerintah memastikan bahwa sebagian besar bisnis terus berjalan dengan kerja-dari-rumah. Namun, kami mengharapkan permintaan ruang kantor akan kembali meningkat setelah krisis terburuk berlalu. COVID-19 telah membuktikan bahwa banyak perusahaan dapat bekerja dari rumah tetapi juga menggarisbawahi perlunya ruang kantor fisik. Dalam beberapa hal, COVID-19 telah mempercepat perubahan pada tempat kerja," kata James Taylor, Head of Research JLL Indonesia dalam siaran pers yang diterima RealEstat.id.

Sementara itu, Anthony Couse, CEO, JLL Asia Pasifik mengatakan, situasi saat ini menimbulkan gangguan dan tantangan untuk bisnis perkantoran. Cara orang melihat dan menggunakan perkantoran untuk perusahaan akan berubah pasca pandemi COVID-19.

"Namun, kita berharap perkantoran akan tetap menjadi bagian utama dari strategi kerja para pebisnis di Asia Pasifik dalam jangka menengah hingga panjang,” kata Anthony Couse.

Baca Juga: Strategi Pengembang, Investor, dan Penyewa Ruang Perkantoran saat Wabah COVID-19

Pada saat perusahaan memprioritaskan kesehatan dan keselamatan karyawan dengan menerapkan jarak sosial saat kembali masuk ke tempat kerja, perubahan pada properti perkantoran tetap tidak akan terhindarkan pasca COVID-19. Menurut riset JLL, para CEO sedang menguji kembali strategi dan mungkin mempertimbangkan kalibrasi ulang jumlah ruang yang didedikasikan untuk ruang kantor tradisional setelah masa sewa habis, atau bahkan lebih cepat.

Kendati situasi sedang tidak menguntungkan, konsultan real estat global ini meyakini bahwa perkantoran masih diperlukan. Bahkan dalam beberapa pertimbangan, pandemi ini dapat menyebabkan perluasan ruang kantor, karena perusahaan berusaha meningkatkan jarak fisik antar karyawan.

Konfigurasi kantor saat ini dapat dimodifikasi dengan meningkatkan kebutuhan akan ruang tambahan. Dengan melakukan hal itu, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk memanfaatkan flexible space dari operator pihak ketiga, di samping implementasi kerja jarak jauh yang berkelanjutan untuk beberapa karyawan.

Tidak Semua Bisa Terapkan WFH
Meskipun percobaan work from home (WFH) terlihat berhasil secara global, permintaan perkantoran pasca pandemi COVID-19 akan terus meningkat di Asia Pasifik. Pandemi ini telah mengubah persepsi tentang efektivitas kerja jarak jauh, tetapi belum menghadirkan solusi jangka panjang yang berkelanjutan atau optimal bagi semua perusahaan.

Di Asia Pasifik, para milenial menghadapi kesulitan dengan ukuran apartemen yang lebih kecil, tinggal di ruang bersama, masalah konektivitas internet atau mengerjakan tugas rumah sembari bekerja.

Baca Juga: Pasar Perkantoran Konvensional Bergeser Jadi Lebih Compact Akibat COVID-19

Sementara kerja jarak jauh digadang-gadang telah memberikan lebih banyak fleksibilitas dan keseimbangan hidup bagi karyawan, kantor memainkan peran sentral dalam menciptakan ruang bagi mereka untuk berkolaborasi, berinteraksi dan berkumpul dengan nilai-nilai kebersamaan, meningkatkan moral karyawan serta produktivitas. 

“Berbagai perusahaan kini berada di kondisi yang bergerak semakin cepat di mana inovasi adalah kunci untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan. Perusahaan yang sukses, bangga memiliki ruang berkolaborasi yang dapat mendorong keunggulan dan inovasi,” tutur Anthony Couse menambahkan. 

Penataan Desain dan Flexible Space
Seiring bertambahnya kebutuhan perusahaan, perkantoran mau tidak mau terdampak oleh perubahan utama, yaitu penataan ulang ruang kantor. Fokusnya adalah mewujudkan penggunaan tempat yang paling maksimum dan efisien untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

“Perkantoran, seperti yang kita tahu, akan berkembang. Kenyataannya, kami telah mengamati bahwa klien semakin menaruh perhatian lebih terhadap sustainabilitas, kelayakan, dan teknologi. Beberapa sudah mulai menerapkan upgrade dan fitur-fitur ramah lingkungan sejalan dengan komitmen membangun kepercayaan dan memastikan ruang sesuai dengan tujuannya. Pemilik dan penanam modal yang bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mempertimbangkan rencana pengembangan jangka panjang dan mendesain atau merombak ulang fasilitas mereka akan mendapatkan manfaat yang besar,” ujar Couse.  

Baca Juga: Strategi Promosi Pengembang Properti saat Wabah COVID-19

Di sisi lain, sektor flexible space dan ruang kerja bersama masih akan prospektif dalam jangka pendek karena sebagian dari sektor ini menawarkan alternatif yang menarik untuk mewujudkan rencana ekspansi jangka pendek dan menengah bagi para perusahaan yang mencari tambahan ruang.

Memiliki rencana bisnis yang fleksibel akan selaras dengan tujuan perusahaan tertentu dalam situasi saat ini, terutama yang terkait dengan pengeluaran modal. Namun, perusahaan-perusahaan harus teliti dalam memilih penyedia flexible space yang kuat, mengingat proyeksi terkait konsolidasi dalam industri.

Sementara itu, beberapa perusahaan telah memasukkan flexible space sebagai bagian dari portofolio kantor mereka untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik.

“COVID-19 sepertinya akan mempercepat evolusi kantor karena sebagian besar tenaga kerja bersiap untuk masuk kembali. Pada akhirnya, orang-orang masih akan menjadi pengguna real estat. Kami pikir kantor akan tetap menjadi pusat kehidupan bisnis sehari-hari mereka. Ke depannya, kami percaya bahwa sektor ini adalah sektor yang tangguh yang akan terus menarik minat dan kepercayaan investor jangka panjang,” tutup Couse menyimpulkan.  

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)