Tangerang Berjaya, Begini Prospek Pasar Perumahan Tapak Jabodetabek di 2024

Segmen menengah tetap menjadi pendorong utama permintaan perumahan tapak di Jabodetabek, menyumbang sekitar 33,8% dari total permintaan.

Foto: Dok. Kementerian PUPR
Foto: Dok. Kementerian PUPR

RealEstat.id (Jakarta) – Terjadi peningkatan konsisten dalam kepercayaan pasar terhadap produk residensial berupa perumahan tapak di Jabodetabek sepanjang paruh kedua tahun 2023. Demikian hasil riset yang dirilis Konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia.

Segmen menengah tetap menjadi pendorong utama permintaan perumahan tapak di Jabodetabek, menyumbang sekitar 33,8% dari total permintaan, sementara segmen atas mengikuti dengan kontribusi sebesar 26,5% dari total unit yang terjual selama Semester II 2023.

Dapat diperhatikan bahwa sebagian besar permintaan ini berasal dari end-user (78% dari para pembeli), yang mencakup kombinasi pemilik rumah baru dan keluarga yang lebih mapan yang mencari tempat tinggal lebih besar untuk memenuhi kebutuhan mereka yang berkembang.

Baca Juga: Pasokan Perumahan Tapak Naik 2,6% di 2024: Survei Cushman & Wakefield

"Rata-rata tingkat penyerapan bulanan sebanyak 27,4 unit per perumahan tercatat dalam paruh kedua tahun 2023, mencerminkan kenaikan tahun ke tahun sebesar 26,4%," jelas Arief RahardjoDirector of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia.

Angka ini setara dengan nilai penyerapan rata-rata sebesar Rp55,3 miliar per perumahan per bulan, atau naik 37% dari tahun sebelumnya yang menunjukkan peningkatan daya beli pasar yang menguntungkan untuk produk residensial berupa perumahan tapak.

Nilai transaksi rata-rata per unit berada sekitar Rp2,02 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 8,4% dibandingkan dengan paruh kedua tahun 2022.

Tangerang mencatat tingkat penyerapan rata-rata per perumahan tertinggi, mencapai rata-rata 40 unit per bulan, sementara Bekasi mengikuti dengan 20,5 unit per bulan.

Baca Juga: Ini Dia, Empat Tren Pasar Rumah Tapak di Jabodetabek: Riset Leads Property

Pada akhir November 2023, pemerintah memberikan insentif berupa pembebasan PPN penuh untuk pembelian rumah baru di bawah Rp5 miliar dengan nilai pajak maksimum sebesar Rp2 miliar, yang berlaku hingga Juni 2024.

Mulai Juli hingga Desember 2024, insentif PPN akan dikurangi menjadi diskon PPN sebesar 50%. Selain itu, pada November 2023, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 7% guna mengelola inflasi di tahun 2024.

Pengembang menganggap kenaikan ini cukup moderat, tanpa berdampak besar pada Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Baca Juga: Prospek Rumah Tapak di Jabodetabek Tahun 2023, Bekasi Kuasai Pasokan

Suku bunga KPR utama yang ditawarkan oleh bank-bank relatif stabil sepanjang tahun 2023. Banyak bank juga telah melonggarkan regulasi KPR mereka, dan pengembang secara proaktif memperkenalkan opsi pembayaran yang kompetitif seperti program angsuran uang muka dan KPR ekspress.

KPR tetap menjadi metode pembayaran favorit pada paruh kedua tahun 2023, mencakup 73% dari transaksi, diikuti oleh pembayaran angsuran tunai sebesar 18%, dan pembayaran tunai keras sebesar 10%.

Tangerang Sumbang Pasokan Baru Tertinggi

Meskipun pasokan kumulatif perumahan tapak tetap stabil sepanjang tahun 2023, pertumbuhan pasokan yang signifikan terlihat pada semester kedua dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2023. Sebanyak 9.019 unit diperkenalkan ke pasar, meliputi wilayah Jabodetabek dan Karawang.

Tangerang terus mendominasi pasokan baru, menyumbang sebagian besar sebesar 65%, dengan perumahan baru seperti CitraGarden Bintaro dan Park Serpong, diikuti oleh wilayah Bogor-Depok dengan persentase gabungan sebesar 14%.

Baca Juga: Permintaan Perumahan Kelas Atas Meningkat di Semester I 2023: Survei Cushman & Wakefield

Unit segmen atas tetap menjadi mayoritas pasokan baru selama semester ulasan sebesar 27,5% dari total pasokan, sementara segmen menengah mengikuti dengan persentase sebesar 25,9%. Keyakinan pengembang dalam menawarkan rumah mewah yang teramati pada semester sebelumnya masih berlanjut, mencerminkan optimisme pasar.

Harga tanah rata-rata di Jabodetabek mencapai sekitar Rp12.438.119 per meter persegi per bulan per Desember 2023, menunjukkan kenaikan tahun ke tahun sebesar 1,6%. Berbagai kemajuan infrastruktur transportasi teramati berdampak pada kenaikan harga tanah di sekitar koridor yang terdampak.

Prospek Pasar Perumahan Tapak Jabodetabek

Pasar perumahan tapak di seluruh Jabodetabek diharapkan akan mengalami peningkatan pada tahun 2024. Beberapa pengembang sedang bersiap untuk meluncurkan produk-produk baru dalam tahun yang akan datang.

Mayoritas pasokan diperkirakan akan berasal dari rumah segmen menengah, ditujukan untuk kaum milenial dan keluarga muda, serta rumah segmen atas, ditujukan untuk keluarga yang lebih matang.

Baca Juga: Ekonomi Global Mengkhawatirkan, Pasar Perumahan Tapak Tetap Stabil di 2023

Inflasi yang mempengaruhi biaya konstruksi dan kemajuan infrastruktur yang berkelanjutan di Jabodetabek, termasuk proyek-proyek seperti MRT, LRT, dan perluasan jalan tol yang menyebabkan kenaikan harga tanah, diperkirakan akan lebih meningkatkan harga jual rata-rata rumah pada tahun 2024.

Meskipun demikian, para pengembang diharapkan tetap aktif meluncurkan produk-produk baru sebagai respons terhadap permintaan yang terus berlanjut.

Meskipun terdapat optimisme pasar dan pemerintah menawarkan berbagai insentif untuk meningkatkan permintaan, pengembang akan terus menawarkan berbagai strategi promosi untuk mendorong penjualan.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Alvin Andronicus, Chief Marketing Officer EleVee Condominium (kiri) bersama Darmadi Darmawangsa, Presiden Direktur ERA Indonesia di depan maket Elevee Condonimium. (Foto: Realestat.id)
Alvin Andronicus, Chief Marketing Officer EleVee Condominium (kiri) bersama Darmadi Darmawangsa, Presiden Direktur ERA Indonesia di depan maket Elevee Condonimium. (Foto: Realestat.id)
Ruang Kantor (Foto: Dok. Freepik.com)
Ruang Kantor (Foto: Dok. Freepik.com)
Foto: Dok. Pixabay
Foto: Dok. Pixabay