RealEstat.id (Jakarta) – Dalam The Wealth Report yang dirilis belum lama ini, Knight Frank memprediksi akan terjadi lonjakan permintaan ruang untuk data center di Indonesia pada 2025 mendatang, khususnya dari perusahaan-perusahaan teknologi dan informatika.
Data center diperkirakan akan terkonsentrasi di lokasi-lokasi yang dekat dengan kawasan industri hingga kampus, atau hub teknologi yang erat dengan riset dan pengembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence).
"Pada 2023, dominasi permintaan ruang data center cukup signifikan terlihat area Jabodetabek, atau mencapai hingga 33% dari penyerapan pasar," demikian infomasi yang dinukil dari The Wealth Report.
Tren ini juga telah bertahan dalam tiga tahun terakhir, sekaligus mengindikasikan pertumbuhan yang terjaga dari infrastruktur data di dalam kawasan-kawasan industri di Jabodetabek.
Baca Juga: Jabodetabek dan Batam Pimpin Ekspansi Data Center di Indonesia: Riset Colliers
Menurut Laporan Asia-Pacific Data Centres 2023, merebaknya AI (Artificial Intelligence) tahun ini telah mengirim gelombang kejut ke seluruh pasar data center global, dengan tingkat penyerapan yang menyentuh rekor dan peningkatan kuantum yang dilaporkan di Amerika Serikat dengan Eropa dan Asia diperkirakan akan segera menyusul.
Indikasi-indikasi awal adalah pasar-pasar seperti Johor, Mumbai, dan Jakarta yang akan diuntungkan dari semakin berkembangnya AI (Artificial Intelligence) dengan dukungan biaya tanah dan energi yang relatif masih terjangkau.
Meski demikian, para operator harus secara proaktif mengkoordinasikan pendekatan-pendekatan mereka dalam melobi perusahaan untuk meningkatkan produksi energi, karena diperlukan produksi energi hingga bergiga-giga wat dan distribusinya di seluruh pasar data center utama untuk memenuhi permintaan ini.
Dengan diadopsinya teknologi cloud yang terus meningkat di wilayah Asia Pasifik, permintaan jasa untuk data center semakin melonjak.
Baca Juga: Suplai Data Center Asia Pasifik Tumbuh 300%, Jakarta Nomor Dua
Pasar-pasar tingkat kedua, dengan dukungan pemerintah, perubahan-perubahan regulasi, dan insentif pajak semakin mendukung berkembangnya wilayah-wilayah teknologi cloud baru, meningkatkan persaingan para operator data center untuk mengkapitalisasi ketidakseimbangan antara persediaan dan permintaan yang ada.
Penyerapan yang kuat terus tercatat di sebagian besar pasar tingkat pertama karena perusahaan-perusahaan yang masih berkomitmen untuk memiliki hosting komputasi virtualnya, baik pada platform China atau Amerika Serikat.
Walaupun tingkat penggunaan data Indonesia saat ini masih rendah, di bawah 1 watt per kapita dibandingkan 10-100 watts per kapita di negara-negara Asia lainnya, Indonesia menunjukkan potensi pertumbuhan yang substansial.
Hal ini terbukti dari penyerapan ruang data center yang tinggi di area-area Jabodetabek, dan menjadikan penyerapan data center sebagai yang paling aktif dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Siapkan Lahan 300 Hektare, Kota Deltamas Kembangkan Zona Industri Khusus Data Center
The Wealth Report juga menggarisbawahi daya tarik investasi di sektor industri dan ritel, seperti diindikasikan dalam survei perilaku pasar. Sejalan dengan temuan tersebut, ekspansi kawasan-kawasan industri mencatat pertumbuhan yang stabil di kisaran 2% selama tiga tahun terakhir di Greater Jakarta, mengalahkan tantangan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.
Potensi dari investasi ini juga tidak luput dari individu-individu berpengaruh, atau yang umumnya dikenal sebagai “crazy rich”, yang lekat mengawasi sektor-sektor menjanjikan seperti real estate.
Menurut the Wealth Report, populasi Ultra High Net Worth Individuals (UHNWI) dan individu High Net Worth (HNWI) di Indonesia diperkirakan akan melampaui pertumbuhan populasi global, yaitu akan meningkat dari 28% menjadi 34% dalam lima tahun ke depan. Hal ini mencerminkan semakin meningkatnya daya tarik investasi di sektor properti bagi para elit berpengaruh Indonesia.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News