RealEstat.id (Jakarta) – Di awal 2022 ini, pasar properti Tanah Air terus memperlihatkan tanda pemulihan yang cukup progresif. Hal ini terlihat dari geliat pasar rumah second yang dicatat dalam Flash Report edisi Februari 2022.
Hasil riset internal Rumah123.com ini menunjukkan beberapa fakta menarik dari pasar rumah second yang diambil dengan menggunakan sampel kota-kota besar di Tanah Indonesia.
Hal utama yang perlu digarisbawahi dari pasar properti rumah seken di bulan Februari 2022 adalah angka suplai yang terus naik secara konstan dalam enam bulan terakhir.
Baca Juga: Pasokan Rumah Seken Melambung, Harga Tahunan Naik 3,5%
Secara tahunan (year-on-year/YoY), dari Februari 2021 hingga Februari 2022, rumah second semua kota di Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) tercatat mengalami kenaikan harga. Depok mengalami peningkatan harga tertinggi, yakni 7,7%. Diikuti Tangerang (6,1%), Bekasi (5,3%), Jakarta (3,1%), dan Bogor (3,0%).
Di Jabodetabek, secara bulanan, Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bekasi masing-masing menunjukkan kenaikan harga sebesar 0,3%, 0,4%, 0,1% dan 1,2%. Sementara harga rumah seken di Bogor turun sebesar -0,2%.
Sedangkan, kota-kota besar lain di Pulau Jawa, yakni Bandung, Surabaya, dan Semarang, secara bulanan (month-on-month), memperlihatkan pertumbuhan harga masing-masing sebesar 0,5%, 0,9% dan 0,9% berurutan. Di sisi lain, harga rumah seken di Yogyakarta dan Surakarta turun sebesar -2,1% dan -0,5%.
Baca Juga: Rumah Seken di Dua Kawasan Ini Paling Banyak Dicari di 2021
Terkait jumlah permintaan untuk rumah, Rumah123.com mencatat, lokasi paling populer adalah di Tangerang, dengan persentase 14,8% dari total listing enquiries tipe properti landed house di Indonesia dalam bulan tersebut. Lokasi paling popular kedua adalah Jakarta Barat dengan pangsa pasar 11,0%, diikuti oleh Jakarta Selatan sebesar 10,0%.
Secara bulanan, kota dengan peningkatan proporsi permintaan konsumen terbesar pada Februari 2022 adalah Tangerang Selatan sebesar 1,0%, diikuti oleh Bekasi dengan pencapaian 0,6%.
Sementara, secara bulanan, proporsi penurunan permintaan terbesar adalah di Jakarta Selatan dengan penurunan sebesar -1,1%, diikuti oleh Jakarta Pusat dan Surabaya dengan penurunan -0,5% berturutan.