RealEstat.id (Jakarta) - Harga apartemen di area CBD (central business district) Jakarta terpantau sedikit mengalami kenaikan pada Kuartal II-2020. Hal ini didorong oleh penjualan unit-unit apartemen kelas atas yang dilakukan oleh pembeli end-user sebelum Pandemi COVID-19 di Januari dan Februari.
Demikian hasil riset yang dirilis konsultan properti Cushman & Wakefield. Laporan bertajuk MarketBeat tersebut menyajikan analisa aktivitas ekonomi dan real estat komersial setiap kuartal yang mencakup jumlah pasokan, permintaan, dan tren harga di tingkat pasar dan sub-pasar.
Baca Juga: Wajah Muram Pasar Apartemen Jabodetabek Dihantam Wabah COVID-19
"Namun secara umum, tidak ada pergerakan harga pada pasar apartemen di Jakarta dan sekitarnya. Sementara peluncuran proyek pra-penjualan (pre-sales) baru, hanya akan berlanjut lagi saat penyebaran COVID-19 sudah terlihat lebih terkontrol dan ekonomi sudah kembali bangkit atau stabil,” Lini Djafar, Executive Director Cushman & Wakefield Indonesia.
Tak Ada Peluncuran Proyek Baru
Menurut Lini Djafar, konstruksi 4.369 unit hunian vertikal yang terdapat di sembilan proyek apartemen di Jakarta telah selesai di kuartal II-2020. Dengan demikian, total pasokan yang telah menyelesaikan konstruksi di 2020—hingga kuartal ini—menjadi 7.735 unit, atau turun 56% secara tahunan (YoY) dibandingkan 17.504 total unit yang terselesaikan di tahun 2019 hingga kuartal II-2019.
Baca Juga: Tips Menata Dekorasi Apartemen Minimalis Agar Semakin Luas
Setelah relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta yang dilakukan pemerintah di pertengahan Juni sebagai transisi ke masa new normal, beberapa proyek mulai melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas konstruksi, walau dengan pekerja yang masih terbatas, untuk mengikuti jadwal serah terima tepat waktu.
"Total pasokan pra-penjualan apartemen di Jakarta tetap di angka 184.167 unit, karena tidak adanya peluncuran proyek baru di kuartal ini. Beberapa pengembang masih menunda penawaran proyek-proyek baru mereka, sementara beberapa juga melakukan tes pasar dengan menawarkan skema nomor urut pemesanan (NUP) untuk proyek mendatang," kata Lini.
Tingkat Serapan Unit Apartemen Turun
Tingkat serapan bersih unit apartemen di Jakarta pada Kuartal II-2020 tercatat sebanyak 3.318 unit, lebih rendah 12,6% dari kuartal sebelumnya. Serapan ini berasal dari penjualan yang dilakukan pada Januari dan Februari, sebelum masa pandemi COVID-19.
Tertolong oleh berkurangnya pasokan pra-penjualan, tingkat pra-penjualan sedikit membaik di kuartal ini dari 61,1% ke 61,3%. Pengembang mulai membuka kembali kantor pemasaran dan lokasi proyek mereka (dengan mengikuti protokol kesehatan) kepada para calon pembeli. Untuk mendorong penjualan, pengembang menawarkan kemudahan cara bayar dengan cicilan down payment (DP) yang lebih lama.
Baca Juga: 6 Tips Mudah Mendesain Apartemen Kecil Tipe Studio
Tingkat kekosongan rata-rata apartemen masih belum mengalami perubahan yang besar pada 49,7%. Beberapa penghuni ekspatriat yang kembali ke negara asalnya di kuartal lalu telah berangsur kembali ke Indonesia untuk kembali bekerja di kantornya yang mulai dibuka.
Di sisi lain, para pelajar yang menghuni unit apartemen masih belum kembali dikarenakan sekolah dan universitas yang masih tutup, yang diperkirakan akan bertahan hingga awal tahun depan. Protokol kesehatan dasar seperti pengecekan suhu tubuh, penyediaan hand sanitizer, dan disinfeksi area publik terlihat di apartemen yang beroperasi.
Baca Juga: Mengapa Generasi Milenial Harus Tinggal di Hunian Vertikal?
Selain itu, beberapa proyek masih tetap membatasi akses dan pengunjung, juga menutup beberapa fasilitas komunal di lapangan dan melarang aktivitas fit-out unit untuk mengurangi resiko penyebaran COVID-19.
Pergerakan Harga
Cushman & Wakefield mencatat, harga rata-rata apartemen Jakarta dan sekitarnya masih menunjukkan pertumbuhan tahunan (YoY) sebesar 2,9% pada akhir Kuartal II 2020, walau masih lebih rendah dari pertumbuhan tahunan di kuartal pertama (3,4%).
Harga unit di area CBD mengalami sedikit peningkatan, yakni sebanyak 0,2% secara kuartalan (qtq) menjadi Rp53.900.000 per meter persegi, sementara tidak ada pergerakan harga yang tercatat baik di lokasi primer maupun sekunder.