RealEstat.id (Jakarta) - Pandemi Covid-19 yang hampir setahun terakhir melanda dunia telah banyak memengaruhi gaya hidup dan konsep perancangan arsitektur, terutama di perkotaan. Salah satunya terkait desain bangunan hunian dan rumah tinggal.
Pandemi memaksa rumah berubah fungsi, dari "sekadar" tempat beristirahat dan bercengkrama dengan keluarga, menjadi tempat melakukan kegiatan sehari-hari mulai bekerja (WFH), menjadi tempat usaha, belajar sekolah, dan lain-lain.
Hal tersebut dikupas dalam seminar daring bertajuk "Konsep Baru Hunian di Kota" yang diselenggarakan oleh Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara (BINUS) dengan Kenari Djaja. Webinar yang mengangkat tema "Towards a New Urban House in Pandemic Era" in diharapkan dapat menyebarkan informasi dan pemikiran para arsitek tentang konsep baru perancangan hunian agar para penghuni dapat beradaptasi dengan kondisi pandemi dan pasca pandemi.
Baca Juga: Arsitektur dan Desain di Era 4.0, Peluang atau Tantangan?
Seminar ini diikuti sekitar 660 peserta yang terdiri dari para arsitek milenial, mahasiswa jurusan arsitektur dan desain interior, serta masyarakat pemerhati dunia arsitektur. Diskusi yang dipandu moderator Yanita Milla Ardiani—aktivis dan dosen arsitektur Universitas Bina Nusantara—mengedepankan ‘konsep baru’ hunian yang perlu dipahami masyarakat dalam merancang rumah tinggal yang baik, indah, dan sehat.
Denny Setiawan yang kaya pengalaman dalam kegiatan profesinya sebagai arsitek dan Pengurus di Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), menampilkan beberapa contoh desain rumah pasca pandemi hasil workshop para arsitek se-Asia di forum internasional Arcasia yang diikutinya.
Sedangkan Hezby Ryandi banyak melahirkan ide kreatif merancang bangunan rumah tinggal yang sehat, di antaranya contoh penerapan konsep-konsep yang adaptable pada rancangan rumah pasca pandemi yang rangkum Grup Arsitek Delution.
Konsep Hunian Lebih Humanis
Beberapa pemikiran baru tentang bagaimana mendesain adaptasi hunian di perkotaan disampaikan oleh arsitek Denny Setiawan, seorang pendidik yang juga praktisi arsitektur dari Studio Denny Setiawan.
Dalam pemaparannya, Denny menjelaskan, arsitektur sebelum pandemi lebih banyak berbicara mengenai simbol. Namun setelah pandemi, kehidupan, cara dan gaya hidup berubah drastis, dan lebih mengedepankan kesehatan penghuni.
Baca Juga: Kiat Arsitek dan Dunia Arsitektur di Masa Pandemi
"Saat ini bukan rumah mewah dan megah yang diinginkan, tetapi rumah yang bisa mengakomodasi kegiatan para penghuni, seperti belajar, bekerja, dan berolah raga. Rumah sekarang jadi lebih humanis," katanya.
Rumah-rumah saat ini, imbuh Denny, juga sangat mementingkan tiga hal, yakni pembagian ruang, serta pencahayaan dan menghawaan alami. Meski rumah berdiri di atas lahan terbatas, bisa diantisipasi dengan membuat wind tunnel, light tunnel, dan taman mungil.
"Until now, the best vaccine against Covid-19 is made by architects—hingga saat ini, vaksin terbaik melawan Covid-19 dibuat oleh para arsitek," kata Denny menutup pemaparannya.
A New Paradigm
Sementara itu, Hezby Ryandi, praktisi arsitektur dan desain interior dari Delution menjelaskan, bentuk rumah dan ruang-ruang di dalamnya. Menurutnya, sebuah paradigma baru (a new paradigm) perlu dipahami oleh para arsitek dalam merancang rumah tinggal di masa pandemi dan pasca pandemi.
Beberapa kebiasaan yang harus dilakukan di rumah selama pandemi antara lain: hidup bersih dan sehat, bekerja dan belajar di rumah, melakukan hobi, bersosialisasi, berolah raga, bercocok tanah, beribadah, makan dan memasak, serta beristirahat.
Baca Juga: Catat: Arsitektur dan Desain Tradisional Indonesia Berkelas Dunia!
"Selama pandemi, penghuni rumah harus melakukan kegiatan ini 24/7. Dengan demikian, desain hunian yang diinginkan tidak hanya fungsional, tetapi juga memberi efek pada perubahan dan pada gilirannya memecahkan masalah (dalam hal ini terkait kesehatan saat pandemi-red)," kata Hezby.
Menurutnya, ada enam hal yang harus menjadi perhatian para arsitek dalam merancang hunian selama pandemi: layout ruang yang dapat beradaptasi, ruang luar rumah yang multifungsi dan terintegrasi, keberadaan home office, jalur masuk rumah yang dilengkapi fungsi sanitasi, ventilasi silang dan cahaya alami, dan ruang tambahan sesuai permintaan penghuni.
"Jadi, dalam merancang hunian, yang menjadi prioritas adalah manfaat," ujarnya.
Kontribusi Pada Masyarakat
Direktur Kenari Djaja, Hendry Sjarifudin, dalam kata sambutan pembukaan seminar menyatakan gembira lantaran banyak arsitek muda yang peduli pada kehidupan masyarakat di rumah tinggalnya yang disinyalir sebagai salah satu cluster penularan covid-19.
"Pemikiran dan ide kratif Arsitek ini akan sangat membantu dalam turut menekan pandemi yang merugikan kegiatan pembangunan," katanya.
Baca Juga: Mengupas Konsep Desain Arsitektur Bambu dalam Bangunan Modern
Pada kesempatan yang sama, Ketua Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara (BINUS), Nina Nurdiani menyambut baik kerjasama antara dunia akademis dengan industri yang diwakili produk Kenari Djaja.
"Melalui pengalaman para alumninya, Jurusan Arsitektur BINUS yang berusia 23 tahun telah berkontribusi nyata kepada profesi dan arsitektur yang besar manfaatnya bagi masyarakat luas," pungkasnya.