Pandemi, Harga Properti Australia Justru Naik Melebihi Prediksi

Dalam 18 bulan terakhir, harga rumah tapak di Australia naik 4% – 12% lebih tinggi dari prediksi awal, sementara harga unit apartemen naik lebih tinggi 13%.

Sydney, Australia (Foto: RealEstat.id)
Sydney, Australia (Foto: RealEstat.id)

RealEstat.id (Jakarta) – Hasil riset yang dikeluarkan KPMG Economics—sebuah jaringan jasa profesional multinasional—memperlihatkan, kenaikan harga properti Australia telah melebihi perkiraan sebelumnya, bahkan bila pandemi Covid-19 tidak terjadi.

Laporan tersebut mencatat, sebagian besar kota di Negeri Kanguru ini mengalami kenaikan di 2020. Akan tetapi, suku bunga yang sangat rendah dan dukungan pemerintah Australia untuk pasar properti selama pandemi memberi pasar nafas tambahan—dan mendongkrak harga properti hingga ratusan ribu dolar.

Berkantor pusat di Amstelveen, Belanda, KPMG merupakan salah satu dari empat organisasi akuntansi terbesar di Dunia. KPMG beroperasi di 147 negara dengan lebih dari 219.000 pegawai, memiliki tiga layanan utama, yakni audit keuangan, pajak, dan konsultasi.

Baca Juga: 2021, Harga Hunian di Australia Diprediksi Naik 17%

Menurut laporan bertajuk "The Impact of COVID on Australia’s Residential Property Market" selama 18 bulan terakhir, dibandingkan dengan skenario tanpa COVID-19, mereka menemukan bahwa secara nasional, harga rumah sekarang antara 4% hingga 12% lebih tinggi dari prediksi awal. Sedangkan, harga unit apartemen naik hingga 13% lebih tinggi dibandingkan kondisi normal tanpa pandemi.

Dalam skenario “normal” di 2020, respons kebijakan pandemi, seperti mendorong suku bunga turun menjadi 0,1% dan memperkenalkan program HomeBuilder, tidak akan terjadi.

KPMG melihat, tanpa adanya pandemi, harga rumah di Sydney diperkirakan naik 13% hingga mencapai AUD1.119.000 pada Desember 2023, namun saat ini justru malah naik 26% menjadi AUD1.244.000.

Awalnya harga rumah tapak di Brisbane diperkirakan akan naik 9% menjadi AUD601.000, tapi ternyata kenaikannya bakal menjadi 20% dan menyentuh angka AUD661.000.

Baca Juga: Crown Group: Terkait Kredit Properti, Perbankan Indonesia Bisa Tiru Australia

Sementara itu, harga hunian di Melbourne diprediksi akan meningkat 19% menjadi AUD905.000, namun yang terjadi adalahmalah naik 24% menjadi AUD940.000. Bahkan Darwin—satu-satunya kota di mana harga rumah diperkirakan akan turun—malah akan mengalami kenaikan harga AUD31.000.

"Penurunan suku bunga KPR, penghematan akibat tidak berwisata, dukungan pendapatan yang besar dari pemerintah, khususnya dukungan pasar perumahan, telah menyebabkan harga properti di Australia naik secara dramatis dalam enam hingga sembilan bulan terakhir, melewati prediksi peningkatan harga bila pandemi tidak terjadi," jelas Brendan Rynne, kepala ekonom KPMG Australia.

Lebih lanjut dia menambahkan, ada faktor negatif jangka panjang seperti kenaikan suku bunga KPR dan pertumbuhan populasi yang lebih rendah— sekitar satu juta orang pada akhir dekade ini dibandingkan dengan perkiraan pra-pandemi—akan memoderasi laju pertumbuhan ekonomi. Ini akan menyebabkan harga properti naik.

“Pasokan juga berperan. Analisis kami tentang pemberian izin pemerintah akan tempat tinggal di kota-kota besar menunjukkan bahwa pasokan hunian di Melbourne dan Sydney akan lebih sedikit, masing-masing 25.000 dan 20.000, dibanding bila pandemi tidak terjadi,” tuturnya.

Baca Juga: Crown Group: Pemilik Apartemen di Australia Tetap Pegang Sertifikat Fisik

Sementara itu, Prisca Edwards, Direktur Penjualan Crown Group—pengembang properti yang bermarkas di Sydney—mengatakan, harga hunian di Sydney terus menggelembung, sebagai akibat langsung dari pandemi COVID-19.

Sesuai dengan hasil riset yang menunjukkan kesenjangan harga 66% antara rumah tapak dan apartemen, imbuhnya, Crown Group melihat peminat baru apartemen umumnya konsumen lokal yang ingin meningkatkan kualitas kehidupan mereka jika lockdown terus berlanjut.

"Sepanjang lockdown terakhir di Sydney, kami melihat permintaan yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Melihat tren yang berkelanjutan, saya tidak akan terkejut bila harga segera naik,” tutur Prisca Edwards.

Baca Juga: Iwan Sunito: Pandemi Ubah Persepsi Desain Rumah dan Apartemen

Senada dengan penjelasan tersebut, Direktur Penjualan dan Pemasaran Crown Group Indonesia, Tyas Sudaryomo, mengungkapkan bahwa seperti halnya pisau, pandemi Covid-19 ini memiliki dua sisi yang saling bertentangan.

“Kita tidak menutup mata bahwa kerusakan yang dihasilkan oleh pandemi ini sangatlah luar biasa terutama jika dilihat dari varian baru yang lebih menular. Namun di sisi lain, pandemi yang telah berjalan sekitar satu setengah tahun ini menciptakan kebiasaan baru terutama dalam hal keuangan, baik di sisi pemerintah, maupun swasta dan rumah tangga,” urai Tyas Sudaryomo.

Menurutnya, kombinasi dari stimulan dan kebijakan bunga rendah pemerintah, ditambah pengeluaran rumah tangga yang jauh lebih selektif, jumlah populasi yang rendah karena penurunan angka imigrasi turut mempengaruhi kondisi pasar properti khususnya di Australia. Ditambah kebutuhan masyarakat domestik saat ini akan tempat tinggal yang memiliki konsep biofilik akan terus memberi bahan “aditif” kepada pasar.

Baca Juga: Tyas Sudaryomo: Crown Group Indonesia Bidik Tiga Segmen Pembeli Properti

“Pertumbuhan harga rumah tapak secara alami juga akan ikut mengerek harga unit apartemen. Belum lagi dari kalangan investor yang melihat bahwa saat ini adalah waktu terbaik untuk melakukan investasi," katanya.

Alumnus University of Sydney ini menjelaskan, meski Australia sedang menghadapi gelombang kedua pandemi Covid-19, namun Tyas berkeyakinan bahwa pasar properti Austalia akan lebih siap.

“Mengingat pengalaman dan keberhasilan Negara Kanguru ini dalam menangani gelombang pertama pandemi, saya memiliki keyakinan bahwa pasar properti di Australia kali ini akan lebih tahan banting,” tutup Tyas.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Forest Dining & Media Room di Kondominium Nava Grove, Singapura (Foto: Istimewa)
Forest Dining & Media Room di Kondominium Nava Grove, Singapura (Foto: Istimewa)
Pasca akuisisi, The Grand Eastlakes akan di-rebranding menjadi One Global Centre. (Foto: Istimewa)
Pasca akuisisi, The Grand Eastlakes akan di-rebranding menjadi One Global Centre. (Foto: Istimewa)
Kingdom Center Tower sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia dan menjadi bangunan ikonik di Arab Saudi. (Sumber: Architec Magazine)
Kingdom Center Tower sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia dan menjadi bangunan ikonik di Arab Saudi. (Sumber: Architec Magazine)
The Grand yang akan berganti nama menjadi One Global Centre. (Foto: dok. One Global Capital)
The Grand yang akan berganti nama menjadi One Global Centre. (Foto: dok. One Global Capital)