RealEstat.id (Jakarta) – Pandemi merupakan periode yang menantang bagi sebagian besar pasar properti di Jabodetabek. Namun demikian, konsultan properti JLL Indonesia mencatat, beberapa sektor terbukti tangguh di tengah pandemi khususnya pergudangan logistik, pusat data (data center), dan rumah tapak.
"Ketiga sektor ini berpotensi untuk terus menjadi daya tarik bagi investor lokal dan asing,” tutur James Allan, Country Head JLL Indonesia dalam acara JLL Media Briefing Q4 2021 yang dihelat secara daring, Rabu (26/1/2022).
Vivin Harsanto, Head of Advisory JLL Indonesia memaparkan, minat pasar terhadap rumah tapak terbukti masih cukup tinggi. Hal ini terlihat dari respon positif pasar terhadap produk-produk baru yang diluncurkan oleh pengembang.
Baca Juga: Pasar Properti Jabodetabek Masih Tertekan, Kecuali Tiga Sub-sektor Ini
Program pemerintah seperti insentif PPN dan relaksasi LTV, disertai dengan berbagai promosi dan penawaran cara pembayaran yang fleksibel oleh pengembang, menurutnya, turut mendorong tingginya penjualan rumah tapak. Beberapa kawasan perumahan yang sebelumnya tidak aktif pun ikut berkontribusi dalam memasarkan produk-produk mereka.
"Kawasan perumahan dengan fasilitas lengkap dan sudah berkembang menjadi daya tarik pembeli. Kelanjutan insentif PPN untuk pasar properti diharapkan dapat meningkatkan sentimen positif di sektor perumahan, terutama di Jabodetabek,” kata Vivin Harsanto.
Di sektor hunian vertikal, secara umum, penjualan apartemen masih terpantau lemah di sepanjang tahun 2021, terutama untuk proyek kelas atas. Kondisi pasar yang belum pulih juga ditandai dengan minimnya pasokan apartemen baru yang diluncurkan pada tahun ini.
Baca Juga: Potensi Sosial Ekonomi Indonesia Dukung Pertumbuhan Sektor Data Center
"Pengembang masih fokus terhadap aktivitas penjualan proyek eksisting dengan melanjutkan kegiatan promosi untuk menarik konsumen,” ungkap Yunus Karim, Head of Research JLL Indonesia pada kesempatan yang sama.
Yunus menjelaskan, dampak negatif pandemi masih terasa di sektor perkantoran sepanjang tahun 2021. Hal ini menyebabkan tingkat hunian perkantoran tertekan di angka 73% untuk kawasan CBD dan 74% untuk kawasan Non-CBD.
"Beberapa gedung yang diperkirakan akan selesai dibangun mengalami penundaan sehingga hanya ada tambahan sebesar 76 ribu meter persegi untuk kawasan CBD dan 38 ribu meter persegi di kawasan Non-CBD," terang Yunus Karim.
Baca Juga: Beberapa Subsektor Properti Bertahan di Masa Pandemi, Apa Saja?
Sementara itu, Head of Office Leasing JLL Indonesia, Angela Wibawa mengatakan, aktivitas sektor perkantoran di Kuartal IV 2021 terlihat mengalami sedikit peningkatan yang didominasi oleh sektor teknologi. Akan tetapi, banyaknya jumlah pasokan ruang perkantoran yang tersedia dan terbatasnya permintaan, membuat harga sewa tetap tertekan.
"Para perusahaan masih melakukan upaya untuk meminimalisasi biaya dan tren pengurangan luas perkantoran juga masih terjadi. Secara umum, tingkat hunian gedung perkantoran Grade A masih tertekan di angka 66%," tutur Angela.
Di sektor ritel, Yunus menjelaskan, permintaan di tahun 2021 didorong oleh para peritel yang melakukan ekspansi di pusat perbelanjaan yang baru mulai beroperasi. Industri makanan dan minuman masih menjadi penyewa yang paling aktif dalam melakukan ekspansi, diikuti oleh penyewa fast fashion.
"Tingkat hunian pusat perbelanjaan relatif stabil meskipun terdapat pasokan baru. Di tahun 2022, pasokan pusat perbelanjaan baru diperkirakan bertambah sebesar 150 ribu meter persegi," katanya.
Baca Juga: Konsumen Rumah Jabodebek-Banten Incar Segmen yang Lebih Rendah
Memaparkan sektor industri dan logistik, Farazia Basarah, Head of Logistics and Industrial JLL Indonesia mengatakan, tidak ada pasokan baru yang selesai dibangun di akhir tahun 2021. Beberapa proyek masih dalam proses konstruksi dan direncanakan akan mulai beroperasi di pertengahan tahun 2022.
Pada Kuartal IV 2021, permintaan positif masih didominasi oleh penyedia jasa logistik yang terus berekspansi sehingga membuat membuat tingkat hunian ruang gudang modern di Jabodetabek meningkat ke angka 94%.
"Sebagai salah satu penyewa ruang pergudangan modern di Jabodetabek, perusahaan e-commerce terlihat bekerja sama dengan penyedia jasa logistik berkontribusi dalam penggunaan gudang sebagai pusat distribusi dan ruang transit," pungkasnya.