Membaik Sejak Pandemi, Sektor Hospitality di Bali Bakal Didominasi Kelas Atas

Masifnya sektor pariwisata pasca-pandemi mendorong industri perhotelan di Bali, di mana wisatawan mancanegara asal Australia dan India paling dominan.

Kawasan wisata Tanah Lot, Bali. (Foto: realestat.id)
Kawasan wisata Tanah Lot, Bali. (Foto: realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) – Industri perhotelan (hospitality) di Bali sepanjang Kuartal I 2024 mendapat pasokan 457 kamar baru yang merupakan hasil renovasi dari salah satu hotel bintang 5 di kawasan Sanur.

Suplai baru ini menjadikan total pasokan kamar hotel di Bali menjadi 58.854 unit. Sementara, pasokan mendatang di Bali justru didominasi oleh hotel bintang 5. Demikian hasil riset yang dilakukan Colliers Indonesia.

Perusahaan konsultan properti ini juga menyebut, tingkat keterisian (okupansi) hotel di Bali terus membaik sejak pandemi 2020. Kawasan Kuta, Legian, Seminyak, dan Canggu masih menjadi pilihan menginap para wisatawan.

Baca Juga: Didukung Aktivitas MICE, Okupansi Perhotelan Jakarta dan Bali Meningkat

"Namun, terjadi peningkatan tingkat hunian di daerah Ubud yang secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa sebaran wisatawan semakin luas," jelas Ferry SalantoHead of Research Colliers Indonesia.

Sementara itu, imbuhnya kawasan Nusa Dua masih menjadi pusat kegiatan MICE (meetings, incentives, conferences and exhibitions), khususnya yang berkala internasional. 

"Di Kuartal I 2024, khususnya di bulan Maret, pasar domestik agak sedikit menurun, namun mulai meningkat saat libur lebaran," tutur Ferry.

Di sisi lain, jumlah kedatangan wisatawan asing dan domestik ke Bali terus meningkat, seiring dengan meningkatnya kegiatan offline.

Baca Juga: Bagaimana Proyeksi Industri Perhotelan Indonesia di Tahun 2024? Simak Riset Colliers Berikut Ini

Hal ini berdampak pada angka keterisian rata-rata (Average Occupancy Rate/AOR) maupun tarif harian rata-rata (Average Daily Rate/ADR) yang ikut meningkat. 

"Diperkirakan tingkat harga rata-rata masih akan meningkat seiring dengan naiknya angka kunjungan wisatawan ke Bali," jelas Ferry Salanto, menambahkan. 

Dia mengungkapkan, wisatawan asal India selama dua tahun terakhir ini terus meningkat. Di sisi lain, jumlah wisatawan asal China pasca-pandemi masih sangat sedikit.

"Hal ini membuat India menjadi pangsa pasar sektor hospitality mancanegara terbesar kedua setelah Australia di Bali," paparnya.

Baca Juga: Kinerja Sektor Perhotelan di Jakarta, Surabaya, dan Bali Makin Menjanjikan, Ini Indikatornya

OXO The Residences Bali OXO Group Indonesia realestat.id dok
OXO The Residences (Foto: Dok. OXO Group Indonesia)

OXO Group Tangkap Peluang Lewat Konsep Neo-Luxury Living

Senada dengan riset Colliers Indonesia, Johannes Weissenbaeck, Founder dan CEO  OXO Group Indonesia, perusahaan pengembangan dan manajemen properti butik yang berbasis di Bali, menjelaskan bahwa masifnya sektor pariwisata mendorong industri perhotelan (hospitality) di Pulau Dewata.

Kendati demikian, Johannes Weissenbaeck menyebut, kawasan pariwisata Pulau Dewata tidak lagi didominasi oleh area-area yang sudah terkenal, seperti Kuta, Ubud, Sanur, Seminyak, Canggu, dan Uluwatu.

"Saat ini, kawasan parisiwata Bali telah merambah ke bagian barat mengarah ke utara Bali, termasuk daerah Seseh, Kedungu, Cemagi, dan Tabanan," tuturnya.

Baca Juga: Resmi Diperkenalkan, OXO The Residences Digadang Jadi Standar Baru Properti Bali

Johannes mengatakan, Bali tengah mengalami perubahan lanskap industri properti, di mana tren Neo-Luxury Living telah menciptakan celah pasar baru, bahkan di industri properti Indonesia.

"Dan kekuatan utama OXO Group Indonesia adalah kami bisa mengikuti tren pasar baru tersebut,” katanya, yakin.

Menurut Jo—sapaan akrab Johannes Weissenbaeck—Neo Luxury Living mengusung prinsip-prinsip kebebasan yang diaktualisasi secara finansial, maupun cara menikmati pengalaman hidup.

"Neo Luxury Living yang kami tawarkan, memandang kemewahan tidak lagi dibatasi oleh material bahan bangunan yang digunakan—misalnya marmer—namun lebih kepada value, desain, kepraktisan, experience, dan gaya hidup berkelanjutan," katanya.

Baca Juga: Kolaborasi OXO Group dan Alexis Dornier Hadirkan Hunian Berkonsep Neo Luxury di Bali

Konsep Neo Luxury Living inilah yang diejawantahkan OXO Group Indonesia dengan mengembangkan proyek teranyar: OXO The Residences.

Bahkan, Johannes meyakini bahwa OXO The Residences akan menjadi game changer yang menciptakan standar baru dalam industri properti di Bali.

Pria asal Austria ini menjelaskan, OXO The Residences dibangun dengan nilai proyek Rp500 miliar dan akan menampilkan 40-an unit vila bergaya neo luxury di atas lahan seluas 2 hektare yang dilengkapi dengan fasilitas komunal bagi para penghuni.

Dengan luas bangunan mulai 182 m2 hingga 286 m2, OXO The Residences bakal memikat konsumen lokal maupun internasional dengan harga mulai dari Rp7,5 miliar.

Baca Juga: Tren Investasi Properti di Bali Bergeser, OXO Group Indonesia Tangkap Peluang

“Satu hal yang pasti, lokasi proyek hunian terbaru ini terletak tepat di depan Nuanu City, sebuah proyek di Tabanan yang digadang akan menjadi The Next Big Thing di Bali setelah Canggu dalam 2 – 3 tahun ke depan,” imbuhnya.

Johannes Weissenbaeck, mengatakan, tahun 2024 ini merupakan momentum untuk menaikkan level perusahaan guna mencapai tujuan utama mereka menjadi World-class Boutique Developer.

Dengan slogan From Bali to The World, OXO Group Indonesia bertekad menjadi pemain utama di industri properti internasional.

"Semangatnya, bahwa setiap proyek hunian yang kami kerjakan harus berstandar internasional dan bisa diterima, bukan hanya untuk pasar domestik, namun juga pasar global,” pungkas Johannes.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)