JLL: Tips Membuka Kembali Ruang Perkantoran di Era 'New Normal'

Perkantoran di era new normal akan fokus melakukan desain ulang dan desentralisasi untuk melindungi bisnis dan karyawan mereka dalam jangka panjang.

Perkantoran harus beradaptasi dengan era new normal. (Foto: Pixabay)
Perkantoran harus beradaptasi dengan era new normal. (Foto: Pixabay)

RealEstat.id (Jakarta) – Menyusul era "New Normal" yang dicanangkan banyak negara guna "berdamai" dengan pandemi COVID-19, banyak perusahaan di Asia Pasifik bersiap membuka kembali perkantoran mereka dengan mempertimbangkan portofolio real estat yang sesuai dengan situasi kenormalan baru tersebut.

Menurut survei yang dilakukan JLL, lebih dari 80% kliennya telah mulai mencari alternatif untuk menjaga roda bisnis mereka tetap berputar dengan melakukan beberapa modifikasi tertentu pada kantor mereka.

Baca Juga: Tantangan dan Peluang Bisnis Perkantoran Pasca Pandemi COVID-19

Melalui laporan terbaru bertajuk 'Guide for Workplace Design Considerations' konsultan properti ini menjelaskan sejumlah prioritas jangka pendek hingga jangka panjang, termasuk solusi perencanaan ruang, pengalaman yang didukung teknologi dan fungsi operasional yang membantu perusahaan menavigasi proses kembali ke kantor.

Panduan ini juga menyoroti bagaimana perusahaan dapat menilai kembali ruang kantor mereka dengan skenario desentralisasi atau mendesain ulang sehingga dapat melindungi bisnis dan karyawan mereka dalam jangka panjang.

Baca Juga: Panduan Membuka Kembali Kantor Pasca-PSBB dan Wabah COVID-19

Martin Hinge, Executive Managing Director, Project & Development Services JLL Asia Pasifik mengatakan, aktivitas kembali ke kantor akan menjadi langkah bertahap dengan proses multi-fase yang kemungkinan akan berevolusi ketika ekonomi terbuka kembali.

"Ketika orang-orang kembali ke kantor, prioritas nomor satu klien kami adalah memastikan bahwa mereka kembali ke lingkungan yang aman dan sehat,” kata Martin Hinge dalam siaran pers yang diterima RealEstat.id.

Menurutnya, panduan ini juga membahas tentang menyiapkan ruang kerja pribadi yang tertutup, merancang ruang bersama dan ruang terbuka dengan label dan pemisah ruang, atau bahkan memasang teknologi thermal imaging di lobi gedung dan area resepsionis.

Baca Juga: Strategi Pengembang, Investor, dan Penyewa Ruang Perkantoran saat Wabah COVID-19

Sementara itu, Gonzalo Portellano, Head of Portfolio Design JLL Asia Pasifik menuturkan, dalam jangka pendek, perusahaan perlu memiliki cara untuk mengadaptasi tempat kerja dengan cepat, untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan karyawan.

"Meski demikian, dalam jangka panjang, para pemimpin bisnis akan dihadapi dengan pengambilan keputusan mengenai penggunaan ruang kerja mereka yang bertentangan dengan prinsip pembatasan sosial yang mungkin diperlukan untuk jangka waktu lebih lanjut,” kata Gonzalo Portellano.

Menurut panduan tersebut, untuk jangka panjangnya organisasi-organisasi harus memiliki perencanaan dan cara memaksimalkan ruang kantor supaya bisa menghemat pengeluaran. Panduan itu juga menerangkan bahwa tempat kerja yang terdesentralisasi akan lebih berkembang karena dapat mempermudah karyawan bekerja dari manapun, mengurangi waktu perjalanan ke kantor, dan meningkatkan kenyamanan karyawan.

Baca Juga: Pasar Perkantoran Konvensional Bergeser Jadi Lebih Compact Akibat COVID-19

Portellano menambahkan, perusahaan bisa mulai memindahkan pekerjaan dari kantor pusat ke tempat-tempat kerja yang lebih kecil dan lebih memadai di sekitar kota. Tempat kerja yang dilengkapi dengan teknologi yang diperlukan ini dapat ditemukan di area yang memiliki infrastruktur yang baik, konektivitas transportasi umum, dan yang menawarkan harga sewa yang lebih rendah.

“Di masa mendatang, kami mengantisipasi bahwa perusahaan akan mengambil langkah berani berkaitan dengan transformasi kantor, baik dengan desentralisasi atau desain yang berjarak. Evolusi kantor tidak lagi tentang bagaimana orang menempati ruang tetapi bagaimana orang menggunakan dan berinteraksi dengan ruang," pungkas Portellano.

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)