RealEstat.id (Jakarta) – Investasi hotel di Asia Pasifik diprediksi mencapai angka USD10,1 miliar selama 2023, atau turun -14% dibanding tahun sebelumnya akibat berbagai faktor eksternal.
Menukil laporan bertajuk 'Hotel Investment Highlights Asia Pacific' yang dirilis Hotels & Hospitality Group JLL baru-baru ini, penurunan transaksi dan volume investasi ini disebabkan oleh tekanan kenaikan suku bunga, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi global.
Data dan analisis dari JLL menunjukkan bahwa sebagian besar metrik utama mengalami penurunan pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.
Hingga Oktober 2023, total volume investasi hotel di Asia Pasifik yang tercatat oleh JLL mencapai USD5,9 miliar, atau turun secara signifikan dari USD9,8 miliar pada periode yang sama tahun 2022.
Baca Juga: Didukung Aktivitas MICE, Okupansi Perhotelan Jakarta dan Bali Meningkat
Rata-rata harga per kunci atau kamar juga lebih rendah selama 2023 hingga saat ini, yaitu USD291.600 dibandingkan dengan USD368.900 pada tahun 2022.
JLL mencatat, sebanyak 130 transaksi hotel di 13 pasar di Asia Pasifik, turun dari 168 kesepakatan selama periode yang sama pada tahun 2022. Selain itu, jumlah kunci hotel yang ditransaksikan hingga tahun 2023 mencapai 24.800, turun dari 27.990 pada periode yang sama pada tahun 2022.
Kinerja bisnis pasar ini menjadi bukti tambahan dari kepercayaan investor dalam jangka panjang terhadap sektor perhotelan.
Hingga September 2023, pendapatan per kamar yang tersedia (RevPAR) pulih mencapai 95% dari level sebelum pandemi, dengan banyak pasar jauh melampaui angka ini dan mencetak rekor baru RevPAR, dan dengan tarif harian rata-rata (ADR) mencapai tingkat tertinggi baru.
Baca Juga: Kinerja Sektor Perhotelan di Jakarta, Surabaya, dan Bali Makin Menjanjikan, Ini Indikatornya
Pasar hotel di Jepang telah menunjukkan performa yang kuat sepanjang tahun ini dengan Pendapatan Per Kamar Tersedia (RevPAR) melebihi tingkat sebelum pandemi dan volume transaksi melampaui USD2,2 miliar.
Pasar hotel mewah dan resor juga mengalami kebangkitan dengan peningkatan sekitar 30% hingga 40% dalam tingkat harga harian rata-rata (ADR) dibandingkan dengan tahun 2019, mendorong JLL untuk memproyeksikan transaksi senilai USD2,9 miliar di Jepang untuk setahun penuh.
Jacintha Tabalujan Herzog, Kepala Divisi Capital Markets JLL Indonesia mengatakan, tingkat hunian hotel di kota-kota besar di Indonesia terus meningkat dan menunjukkan tren kenaikan yang menghasilkan RevPar hotel lebih baik dari sebelum masa pandemi.
Dua transaksi penjualan hotel berbintang di Jakarta pada tahun 2023 dapat memberikan indikasi pemulihan industri perhotelan di Indonesia. Sebagai tambahan, kinerja hotel di Bali dilaporkan membaik walaupun kedatangan kembali grup wisatawan dari negara China belum terjadi.”
Baca Juga: 2023, Pasar Hotel Jakarta Mulai Pulih, Namun Ada Risiko Mengancam
Aktivitas investasi tercatat lebih rendah di Australia dan Selandia Baru, meskipun ada pertumbuhan ADR yang kuat dan pemulihan okupansi yang stabil di kota-kota besar.
Hingga akhir tahun ini, JLL memperkirakan volume investasi sebesar USD960 juta dan memproyeksikan aktivitas pada tahun 2023 akan mencapai lebih dari USD1,7 miliar.
Pembukaan kembali Hong Kong lebih banyak mencerminkan pemulihan stabil di sektor hotel, dengan jumlah pengunjung saat ini melebihi tahun 2019 dan RevPAR di segmen mewah sama dengan tingkat sebelum pandemi.
JLL yakin bahwa transaksi di Hong Kong akan mencapai USD900 juta pada akhir tahun 2023 karena kekhawatiran mengenai tarif akan mengimbangi kembalinya wisatawan ke wilayah tersebut.
Baca Juga: 2023, Volume Investasi Properti Asia Pasifik Diprediksi Turun 10%, Perhotelan Justru Naik 6%
Performa operasional hotel di Singapura cukup baik, dengan RevPAR naik 13% dibandingkan tahun 2019, namun pasar hotel ini termasuk yang jarang diperdagangkan di Asia Pasifik.
Meskipun penutupan ParkRoyal di Jalan Kitchener, yang merupakan transaksi aset tunggal terbesar di Singapura, volume transaksi diperkirakan akan menurun 45% pada tahun 2023 menjadi USD500 juta karena aset tetap dalam kendali yang ketat.
Maladewa adalah salah satu pasar pertama yang pulih setelah pandemi, dan pariwisata naik 14% sejauh ini di tahun ini. Setelah tahun transaksi yang kuat pada tahun 2022, proyeksi volume investasi sekarang mencapai USD95 juta untuk tahun 2023, mengalami penurunan 54%, namun masih terdapat beberapa transaksi dalam proses.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News