RealEstat.id (Jakarta) – Di tengah siklus suku bunga yang mengetat dan ketidakpastian ekonomi global, investasi properti komersial di Asia Pasifik pada 2022 lalu tercatat turun sebesar 27% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Menurut data dan analisis dari konsultan real estat global JLL, investasi langsung di sektor properti komersial Asia Pasifik mencapai USD129 miliar pada 2022, sesuai dengan prediksi JLL.
Stuart Crow, CEO Capital Markets JLL Asia Pasifik mengatakan, aktivitas investasi di kuartal keempat mengalami penurunan sebesar 41% di seluruh Asia Pasifik.
Baca Juga: Diprediksi Meningkat, Persaingan Aset Properti di Asia Pasifik Jadi Tantangan Bagi Investor
Kendati demikian, pergerakan modal sebesar USD30,7 miliar pada periode Oktober-Desember menunjukkan kenaikan sebesar 12% secara kuartalan (quarter to quarter/qtq), yang memperkuat keyakinan bahwa perlambatan akan mereda di 2023.
“Investor mengatur ulang strategi penanaman modal jangka pendek pada tahun 2022 dengan tetap berkomitmen pada prospek jangka panjang pasar real estat Asia Pasifik," tutur Stuart Crow.
Menurutnya, penentuan harga akan terus menjadi prioritas bagi investor di tahun 2023 dan akan memengaruhi strategi penanaman modal di paruh pertama tahun ini, seiring semakin ketatnya perbedaan harga penjualan dan pembelian (bid-ask).
Baca Juga: Prinsip Keberlanjutan Pengaruhi Fit Out Ruang Perkantoran di Asia Pasifik
"Kabar baiknya, faktor-faktor termasuk pembukaan kembali China, pemulihan di Jepang, dan keyakinan bahwa Asia Pasifik akan menjadi kawasan yang paling tidak terdampak oleh perlambatan ekonomi global, menjadi pertanda baik untuk dimulainya kembali aktivitas investasi di paruh kedua tahun ini,” ucap Stuart Crow.
JLL mencatat, Singapura muncul sebagai pasar dengan kinerja terbaik di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2022 dengan kenaikan total nilai investasi properti komersial sebesar 53% secara tahunan.
Singapura berhasil menarik investasi langsung senilai USD14,2 miliar, yang didukung oleh kuatnya aktivitas pasar pada semester pertama dan transaksi portofolio ritel yang cukup besar di bulan Desember.
Baca Juga: Optimisme Pasar Perkantoran Asia Pasifik Pasca-Pandemi
Sementara itu, daya tarik Hong Kong meningkat pasca-melonggarnya pembatasan Covid-19. Meskipun dengan nilai investasi setahun penuh sebesar USD7,7 miliar, total nilai investasi pada tahun lalu menurun dari tahun ke tahun sebesar 24%.
Korea Selatan adalah pasar investasi paling aktif di 2022 dengan transaksi mencapai USD26,2 miliar, meskipun telah mengalami penurunan 11% secara tahunan.
Di lain sisi, China, didorong oleh peningkatan aktivitas di kuartal keempat, menarik investasi sebesar USD24,8 miliar, turun 37% secara tahunan.
Kelanjutan rebound di kuartal keempat meningkatkan volume investasi di Jepang menjadi USD24,7 miliar, turun 40% dari tahun 2021.
Baca Juga: 2023, Volume Investasi Properti Asia Pasifik Diprediksi Turun 10%, Perhotelan Justru Naik 6%
Australia, bergulat dengan ketidaksinambungan antara ekspektasi pembeli dan penjual, mencatatkan penurunan investasi sebesar 38% secara tahunan menjadi USD20,9 miliar.
Di sisi lain, sektor perhotelan merupakan kelas aset dengan kinerja terbaik di Asia Pasifik pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini didukung dengan dimulainya kembali perjalanan bisnis dan pariwisata, modal yang mengalir ke sektor ini mencapai USD10,1 miliar, atau naik 7% secara tahunan.
Perkantoran, tetap menjadi kelas aset yang paling banyak diperdagangkan di kawasan ini, menarik investasi sebesar USD60,5 miliar, meskipun turun 18,7% secara tahunan seiring kian selektifnya investor dalam memilih aset primer dan sekunder.
Baca Juga: Suplai Data Center Asia Pasifik Tumbuh 300%, Jakarta Nomor Dua
Transaksi logistik dan industri turun 46% secara tahunan dengan arus modal sebesar USD25,9 miliar. Volume investasi real estat ritel di kawasan ini mencapai USD23 miliar pada 2022, atau turun sebesar 39% secara tahunan.
Pamela Ambler, Head of Investor Intelligence JLL Asia Pasifik mengungkapkan, sinyal pemulihan di kuartal keempat menunjukkan optimisme di tengah pasar investasi yang menantang di 2022 dan mengakhiri penurunan sepanjang tahun.
"Kami mengharapkan titik terang pada fundamental yang kuat di sejumlah pasar perkantoran, ritel bernilai tambah, dan pembelian berulang dan berkesempatan di pasar yang lebih mapan di kawasan ini untuk membantu mendorong aliran transaksi pada 2023,” tutup Pamela Ambler.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News