Optimisme Pasar Perkantoran Asia Pasifik Pasca-Pandemi

Meskipun kekosongan ruang perkantoran di regional Asia Pasifik meningkat, namun hanya terjadi secara terbatas, karena penawaran yang melebihi permintaan.

Foto: Pixabay.com
Foto: Pixabay.com

RealEstat.id (Jakarta) - Menurut laporan terbaru Cushman & Wakefield bertajuk “Catch '22 - Asia Pacific Commercial Real Estate Outlook 2022”, pasar perkantoran Asia Pasifik telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa dan menjadi satu-satunya kawasan yang mencatatkan penyerapan bersih positif selama berapa kuartal berturut-turut sejak awal pandemi.

Meskipun kekosongan ruang perkantoran di regional Asia Pasifik meningkat, namun hanya terjadi secara terbatas. Hal ini terutama didorong oleh penawaran yang melebihi permintaan, yang pada akhirnya hanya memberikan sedikit tekanan kepada harga sewa.

Baca Juga: Ekonomi Asia Pasifik Pulih di 2022, Lampu Hijau Bagi Investor Properti

Prospek kawasan ini sama optimisnya dengan permintaan kantor selama tahun 2021 yang diperkirakan mencapai 5,1 juta m2. Angka ini adalah 77% di atas level pada tahun 2020 meskipun sebagian besar wilayah memasuki kembali lockdown yang berkepanjangan ketika varian Delta muncul, dan juga karena rekor permintaan di pasar Tier 1 di China daratan.

Melihat ke tahun 2022, permintaan diperkirakan akan meningkat lebih lanjut menjadi 6,7 juta m2—mencerminkan pemulihan yang lebih kuat di seluruh wilayah—sebelum kembali ke tingkat pra- pandemi sekitar 7,7 juta m2 pada tahun 2023.

Kendati penerapan kondisi kerja yang fleksibel kemungkinan akan lebih luas diadopsi di seluruh kawasan, dampaknya terhadap permintaan diperkirakan akan relatif diredam karena keinginan karyawan untuk bekerja secara fleksibel lebih rendah di Asia Pasifik daripada di AS dan Eropa. Ke depan, proyeksi pertumbuhan lapangan kerja dan “kembali ke kantor” secara bertahap—kemungkinan akan mengimbangi hambatan yang berasal dari penerapan kondisi kerja jarak jauh.

Baca Juga: Tahan Inflasi, Properti Jadi Penggerak Investasi di Asia Pasifik

Meskipun tingkat kekosongan regional diperkirakan akan meningkat menjadi 18% pada tahun 2023, hal ini menyamarkan fakta bahwa banyak pasar di seluruh wilayah memasuki periode pasokan yang terbatas selama dua tahun ke depan. Sebaliknya, angka regional sangat dipengaruhi oleh pasar India yang menyumbang 50% dari peningkatan kekosongan hingga 2023.

Di tingkat sub-regional, permintaan kantor diperkirakan akan meningkat di sebagian besar negara pada tahun 2022. Selain itu, banyak negara yang diperkirakan menerima jumlah pasokan baru di bawah rata-rata.

Dengan permintaan yang pulih dan pasokan yang relatif teredam, harga sewa diperkirakan akan mencapai titik terendah pada akhir 2021 hingga awal 2022, sekitar 12 bulan lebih awal dari yang diperkirakan pada awal tahun ini. Singapura, Seoul, Bengaluru, dan Pune memiliki prospek pertumbuhan harga sewa terkuat.

Baca Juga:  Investasi Properti Asia Pasifik Naik 30% di 3 Kuartal Pertama 2021

Sementara itu, pasar perkantoran Jakarta diproyeksikan masih dalam kondisi kelebihan pasokan selama tahun 2022 karena adanya pasokan baru sekitar 195.000 m2 tetapi tidak diimbangi dengan adanya pemulihan dan permintaan baru yang sepadan selama tahun 2022.

Tarif sewa diperkirakan akan tetap di bawah tekanan selama 2022, sementara serviced charge kemungkinan akan meningkat setelah 2 tahun tidak mengalami penyesuaian karena situasi pandemi.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

SKYE Suites Hotel Green Square, Sydney (Foto: Dok. Crown Group)
SKYE Suites Hotel Green Square, Sydney (Foto: Dok. Crown Group)
ONE Macquarie Park (Foto: Dok. ONE Global Capital)
ONE Macquarie Park (Foto: Dok. ONE Global Capital)
Shanghai, China (Foto: Dok. Pixabay.com)
Shanghai, China (Foto: Dok. Pixabay.com)
Apartemen MUZE di Penang International Commercial City. (Foto: Dok. Hunza Properties)
Apartemen MUZE di Penang International Commercial City. (Foto: Dok. Hunza Properties)