Prinsip Keberlanjutan Pengaruhi Fit Out Ruang Perkantoran di Asia Pasifik

Seiring pemulihan ekonomi, terjadi lonjakan signifikan biaya fit out perkantoran di Asia Pasifik, terutama di kota yang bergantung pada tenaga kerja asing.

Foto: Pixabay.com
Foto: Pixabay.com

RealEstat.id (Jakarta) – Penyesuaian dengan kenormalan baru pasca-pandemi membuat biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk mendesain dan membangun ruang kerja (fit out) perkantoran di seluruh wilayah Asia Pasifik meningkat 10,8% secara tahunan.

Biaya fit out perkantoran di Asia Pasifik saat ini berkisar USD1.109 per meter persegi, demikian hasil riset terbaru konsultan properti global JLL dalam laporan bertajuk "Asia Pacific Fit Out Cost Guide 2021/2022".

JLL mencatat, kenaikan harga di sebagian besar pasar merupakan implikasi langsung dari pandemi, seperti gangguan rantai pasokan, kurangnya tenaga kerja, ketersediaan bahan, dan kenaikan harga bahan baku.

Baca Juga: Optimisme Pasar Perkantoran Asia Pasifik Pasca-Pandemi

“Seiring pemulihan sektor ekonomi, kami melihat lonjakan yang signifikan pada biaya fit out perkantoran di wilayah ini, terutama di kota-kota yang sangat bergantung pada tenaga kerja asing dan bahan impor,” papar Martin HingeExecutive Managing Director, Project Development Services JLL Asia Pasifik.

Penelitian JLL memperlihatkan, biaya fit out bervariasi antara satu pasar dengan pasar lainnya, mulai dari USD1.902 per meter persegi di Tokyo yang merupakan pasar termahal di Asia Pasifik, hingga USD669 per meter persegi di Ahmedabad, India.

Dalam 12 bulan ke depan, JLL memperkirakan adanya kenaikan harga fit out, terutama di beberapa pasar di China, India, dan Asia Tenggara.

“Dengan belum berakhirnya pembatasan penempatan tenaga kerja dan keharusan mencari bahan alternatif yang berpotensi lebih mahal, kenaikan harga mungkin masih akan berlanjut di seluruh wilayah. Namun, beberapa tanda pemulihan mulai nampak seiring dengan meningkatnya tingkat vaksinasi dan dimulainya perjalanan antar wilayah. Hal ini bisa saja menutup kekurangan ahli dan tenaga kerja di pasar tertentu,” kata Hinge.

Baca Juga: Riset JLL: Fasilitas Kantor Jadi Prioritas Utama Karyawan di Era New Normal

Kendati ada kenaikan biaya, desain perkantoran akan tetap menjadi fokus utama banyak perusahaan pada tahun depan, menurut laporan tersebut, para pebisnis telah mengalokasikan investasi yang lebih banyak di tiga aspek utama pada tahun depan, yaitu teknologi dan peralatan audio visual, fasilitas elektronik dan mekanis, misalnya sensor dan filtrasi, serta fitur-fitur hijau seperti taman di atap, tanaman di dalam ruang, dan penghematan air.

Lebih lanjut, Martin Hinge menuturkan, membangun sebuah kantor dengan prinsip keberlanjutan menciptakan nilai yang nyata bagi korporasi. Hal ini tidak hanya untuk menurunkan biaya operasional melalui efisiensi energi, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan kondusif untuk memenangi persaingan.

“Seiring berkembangnya kantor menjadi tempat kolaborasi untuk menciptakan ide-ide baru, perusahaan mulai menerapkan model kerja hybrid dengan menghadirkan pengalaman virtual dan fisik yang mulus bagi karyawan mereka. Kita juga bisa memprediksi komitmen baru untuk pengeluaran keberlanjutan, bersamaan dengan evolusi kantor yang terus-menerus, untuk meningkatkan pengalaman karyawan secara keseluruhan,” pungkas Hinge.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

SKYE Suites Hotel Green Square, Sydney (Foto: Dok. Crown Group)
SKYE Suites Hotel Green Square, Sydney (Foto: Dok. Crown Group)
ONE Macquarie Park (Foto: Dok. ONE Global Capital)
ONE Macquarie Park (Foto: Dok. ONE Global Capital)
Shanghai, China (Foto: Dok. Pixabay.com)
Shanghai, China (Foto: Dok. Pixabay.com)
Apartemen MUZE di Penang International Commercial City. (Foto: Dok. Hunza Properties)
Apartemen MUZE di Penang International Commercial City. (Foto: Dok. Hunza Properties)