Industri Material Tanah Air Siap Lepas Landas Pancapandemi

Sektor properti yang dinilai tangguh di masa pandemi, dipercaya akan mendorong pertumbuhan 174 industri pendukung, termasuk industri material bangunan.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, saat membuka Urban Forum Virtual Event 2021 “Menyambut Geliat Industri Material Pascapandemi”, Selasa (27/7/2021).
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, saat membuka Urban Forum Virtual Event 2021 “Menyambut Geliat Industri Material Pascapandemi”, Selasa (27/7/2021).

RealEstat.id (Jakarta) – Sektor industri manufaktur dan properti Tanah Air dinilai tangguh menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta para pelaku industri untuk tetap optimistis meski di masa sulit seperti sekarang ini. Demikian penuturan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Urban Forum Virtual Event 2021 “Menyambut Geliat Industri Material Pascapandemi”, Selasa (27/7/2021).

Dalam diskusi online yang dibesut Urbancity.id tersebut, Menperin mengatakan, selain stabilitas makro ekonomi, optimisme tersebut juga merujuk pada performa kinerja industri manufaktur yang terbilang mengilap di Kuartal II 2021 ini. Hal ini terlihat dari berkontribusi sektor industri sebesar 78,80% terhadap ekspor atau USD81 miliar dari total ekspor nasional sebesar USD102 miliar pada Januari – Juni 2021.

Baca Juga: Potensi Tinggi, Ini 8 Alasan Properti Harus Dapat Stimulus dari Pemerintah!

“Kontribusi sebesar itulah pemicu lahirnya surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar USD8,22 miliar. Hemat saya, prestasi ini sangat membanggakan karena diraih di tengah-tengah kondisi sulit, pandemi Covid-19 gelombang kedua,” jelas Agus Gumiwang Kartasasmita.

Sementara, lanjutnya, pada Kuartal I 2021 kinerja industri pengolahan non migas masih mengalami kontrasksi sebesar 0,71%. Namun begitu, perlambatannya masih lebih baik jika dibandingkang dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi hingga 0,74%.

“Saya punya keyakinan tinggi, di semester II-2021 industri manufaktur sudah bisa masuk ke teritori positif, meski pada pertengahan Juni kita kembali mengalami turbulensi ekonomi akibat pandemi varian delta, dengan wave yang sangat luar biasa,” tuturnya.

Baca Juga: Multiplier Effect Sektor Perumahan Diyakini Bantu Pemulihan Ekonomi Nasional

Agus juga mengingatkan agar para pelaku industri lebih mematuhi Surat Edaran Kemenperin No. 3/2021 tentang Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri pada Masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19. Bahkan pihaknya tidak segan untuk menjatuhkan sanksi tegas kepada pelaku industri yang tidak menjalankan ketentuan tersebut.

Siapa saja pelaku industri yang tidak menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin sesuai kebijakan pemerintah dalam surat edaran Kemenperin, maka akan dapat sanksi mulai dari administratif, pembekuan oprasional hingga mencabut izin operasional dan mobilitas kegiatan industri (IOMKI).

"Seperti diketahui, sejak Maret 2020 hingga Juni 2021, Kemenperin telah menutup sebanyak 400 perusahaan berizin IOMKI. Mari kita sama-sama buktikan bahwa industri bukan cluster penyebaran Covid-19. Kita lakukan apa tertuang dalam surat edaran tersebut dan bantu saya untuk tidak menjatuhkan sanksi, karena saya akan bertindak tegas,” ajaknya.

Dampak Positif Penghapusan PPN
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (ASAKI), Edy Suyanto mengapresasi kebijakan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas pembelian rumah tapak dan rumah susun. Menurut dia, kebijakan tersebut berdampak langsung bagi industri keramik Tanah Air karena ASAKI merupakan mitra stategis industri properti.

“Dampak penghapusan PPN yang  memberikan dampak pertumbuhan sebesar 15% - 20% terhadap sektor properti ini secara langsung berdampak positif pada para anggota ASAKI,” ujar Edy Suyanto.

Industri Keramik Tanah Air, sambungnya, selalu masuk lima besar produsen keramik dunia sampai tahun 2014, namun saat ini berada di posisi ke-7. Hal ini menyusul  adanya kenaikan harga gas yang mencapai 50% ditahun 2014, otomatis daya saing dan utilisasi. Faktor lain, adalah banjirnya produk keramik impor dari China dan India yang melakukan praktik dumping.

“Gas merupakan komponen biaya produksi yang mencapai 30%. Ini yang menyebabkan stagnan selama lima tahun belakangan. ASAKI berterima kasih kepada Kemenperin atas upaya menururkan harga gas dari USD17 menjadi USD6 per MMBTU. Dengan penurunan harga gas ini, industri keramik nasional mulai rebound,” katanya.

Baca Juga: Relaksasi PPN Efektif, Penjualan Rumah Ready Stock Naik 323,5%

Pada kesempatan yang sama, Asosiasi Asosiasi Produsen Cat Indonesia (APCI) mengakui industri cat dalam negeri saat ini masih mampu men-supply hampir semua kebutuhan sektor properti, infrastuktur, migas, marine, dan industri material lainnya. Bahkan, sejumlah merek cat lokal telah mampu menembus pasar ekspor.

“Dari data Tabel I-O 2016 yang berhasil kami olah, terdapat 185 subsektor industri yang butuh cat, tinta cetak, dan vernis. Sayangnya, untuk bahan baku lak sebesar 18,43% masih impor,” terang Ketua Umum APCI, Kris Rianto Adidarma.

Dijelaskan, bahan baku cat memang masih ada yang 100% impor, antara lain Resin Epoxy Import 100% Polyurethane Harderner. Sementara bahan cat yang menggunkan sumber bahan baku lokal adalah Resin Waterbased Lokal 90%, Resin Alkyd Lokal 90%, Resin Unsaturated Polyester Lokal 50% dan Extender  Lokal di atas 80%.

“Kita berharap bagaimana pemerintah bisa membatu industri kimia hilir ini agar kita tidak tergantung pada produk impor,” kata Kris Rianto Adidarma.

Urban Forum Virtual Event 2021

Dorong Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Kondisi yang sama dialami industri roll forming. Ketua Umum Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI) Nicolas Kesuma menyoroti banjirnya produk roll forming impor. Namun dirinya berupaya sekuat tenaga untuk meredam peredarannya melalui penerapan Sertifikat Nasional Indonesia (SNI) 8399 – 2017 bagi seluruh pelaku industri material baja ringan yang berbisnis di Indonesia.

“Kami berharap, penerapan ini sifatnya wajib, bukan sekedar himbauan. Sebab, cukup banyak kita dengar kejadian atap baja ringan rubuh lantaran standarisasi produknya tidak sesuai SNI yang telah teruji punya kualitas lebih kokoh. Ini menjadi ranah Kementerian Perdagangan RI yang berhak mengaturnya,” tutur Nicolas Kesuma.

ARFI juga mengapresiasi kebijakan pemerintah terkait TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). Menurut Nicolas, kebijakan ini membuat industri lokal bisa lebih bersaing.

“Dengan adanya penetapan TKDN, kami sebagai produsen yang menyuplai ke kontrusi dan projek nasional dapat memberikan nilai lebih. Dalam proyek – proyek pemerintah yang cukup besar nilainya sering kali ditanyakan asal usul barang, berapa besar TKDN nya,” imbuhnya.

Baca Juga: Potensi Kawasan Industri di Luar Jabodetabek

Pernyataan yang sama disampaikan pelaku industri cat yang juga Direktur PT Propan Raya ICC, Yuwono Imanto. Karena itu, pihaknya terus mendorong peningkatan komposisi bahan baku lokal (Tingkat Kandungan Dalam Negeri/TKDN) bagi setiap produk cat besutannya, minimal sebesar 25%. Meski sejatinya, hampir semua produk Cat Propan sudah mencapai TKDN 90%.

Sekedar informasi, Propan merupakan produk yang ramah lingkungan, bahkan telah mendapat sertifikat ramah lingkungan 2011 green label dari Singapura. Di masa pandemi ini, tengah mengembangkan cat anti bakteri dengan tehnologi mikroban dari AS.

“Jadi kami mengejar TKDN setiap produk Cat Propan diatas 90% atau sekurang-kurangnya diupayakan mencapai diatas 50%. Catat, ini komitmen kami guna mendukung program pemenrintah,” tutur Yuwono Imanto.

Dampak Bagi 174 Subsektor Industri
Di sisi lain, Direktur Kelembagaan Dan Sumber Daya Konstruksi Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR), Nicodemus Daud, mengatakan pihaknya terus berupaya mendorong kemajuan industri rantai pasok nasional sebagai penopang utama pembangunan infrastruktur.

Rantai  pasok  konstruksi, jelasnya,  mencakup  koordinasi  semua  bagian  dari pemasok,  kontraktor,  dan  pengguna  jasa,  baik  secara langsung  maupun  tidak  langsung  dalam  mencapai  tujuan proyek.

“Program  pembangunan  infrastuktur  perlu didukung  oleh  kesiapan  pasokan  rantai pasok sumber daya industri material  dan peralatan konstruksi/ MPK,” ujar Nicodemus Daud.

Baca Juga: Akad Perdana Digelar, KPR Tapera BTN Resmi Bergulir

Dari sisi perbankan, SME  Landing Division Head Bank BTN, Budi Permana mengatakan, sektor properti memiliki kontribusi signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan perekonomian yang berpotensi untuk mempercepat pemulihan ekonomi di masa Pandemi.

Sektor properti memiliki dampak pada hampir seluruh subsektor perekonomian terkait yang berjumlah total 174 bidang industri, termasuk material. Peluang prospek dan potensi sektor perumahan masih sangat besar, dan akan tetap menjadi primadona.

Budi Permana menerangkan, salah satu indikatornya adalah rasio mograte dan GDP di Indoensia masih sangat rendah, Mortgage to PDB Indonesia lebih rendah dibanding Negara Asia Tenggara lainnya, masih banyak potensi yang bisa dikembangkan.

Baca Juga: Gandeng Industri Properti, My INCOME Gelar IMIMEA Awards 2021

“Singapura (Mortgage to PDB) mencapai 50%, sementara Indonesia hanya 3,0%, masih di bawah Filipina yang mencapai 3,8%,” jelasnya.

Faktor lain, adanya backlog rumah yang masih tinggi, mencapai 11,4 juta berdasarkan kepemilikan rumah. Selain itu, rasio angka pernikahan baru yang tinggi dan pertumbuhan middle class. Ini artinya permintaan  rumah akan terus bertambah.

“Sektor properti memiliki kontribusi signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan perekonomian yang berpotensi untuk mempercepat pemulihan ekonomi di masa pandemi,” tambahnya.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

ILustrasi tarif sewa ritel di Jakarta. (Sumber: freepik)
ILustrasi tarif sewa ritel di Jakarta. (Sumber: freepik)
Ruang kerja di perkantoran (Foto: Pixabay)
Ruang kerja di perkantoran (Foto: Pixabay)
Kawasan CBD Jakarta. (Foto: realestat.id)
Kawasan CBD Jakarta. (Foto: realestat.id)
Alvin Andronicus, Chief Marketing Officer EleVee Condominium (kiri) bersama Darmadi Darmawangsa, Presiden Direktur ERA Indonesia di depan maket Elevee Condonimium. (Foto: Realestat.id)
Alvin Andronicus, Chief Marketing Officer EleVee Condominium (kiri) bersama Darmadi Darmawangsa, Presiden Direktur ERA Indonesia di depan maket Elevee Condonimium. (Foto: Realestat.id)