Indonesia Bisnis Outlook 2021

Tahun 2021 harus jadi momentum kebangkutan dunia bisnis. Optimisme muncul karena vaksin Covid-19 sudah diproduksi dan lembaga keuangan dunia memprediksi ekonomi tumbuh 4% - 5%.

Foto: Pixabay.com
Foto: Pixabay.com

Oleh: Tomi Syavira

RealEstat.id (Jakarta) - Tahun 2020 telah berakhir. Tahun yang diwarnai oleh merebaknya Pandemi COVID-19, yang telah menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap perekonomian. Bahkan perekonomian Indonesia jatuh dalam resesi.

Sektor yang mengalami dampak cukup dalam akibat pandemi Covid-19 adalah mereka yang bergerak di bidang usaha menengah-kecil (UMK) atau disebut juga UMKM dan usaha menengah-besar (UMB). Lebih dari 80 di antara mereka mengalami penurunan pendapatan. Hal ini disebabkan adanya penurunan jumlah pembeli dan berubahnya frekuensi belanja masyarakat. Fakta ini terungkap dari hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap 34.599 responden pelaku usaha kecil dan menengah yang terkena dampak pandemi virus Covid-19 selama 10–26 Juli 2020.

Tahun 2021 harus menjadi momentum, karena mau tidak mau dunia bisnis bangkit. Optimisme muncul karena vaksin sudah bakal diproduksi di awal tahun 2021 dan lembaga dunia (IMF, Bank Dunia, OECD) sudah memprediksi ekonomi dunia mulai bergerak dengan prediksi pertumbuhan di kisaran 4% - 5%.

Baca Juga: 2021, Transaksi Properti di Asia Pasifik Naik 20%

Kenapa Bisnis Outlook
Untuk mempersiapkan “kebangkitan” 2021 maka setiap pelaku bisnis harus memahami perubahan lingkungan bisnis di New Normal. Dengan Indonesia Bisnis Outlook menampilkan kajian dan prediksi peta bisnis untuk sektor bisnis Individu dan UMKM.

Menurut ahli, pengertian bisnis ini merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh perorangan atau juga organisasi yang melingkupi aktivitas produksi, pembelian, penjualan, atau juga pertukaran barang/ jasa, dengan tujuan untuk bisa mendapatkan keuntungan atau laba.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pelaku bisnis terbesar adalah sektor Individu dan UMKM, dimana menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mencapai 64 juta. Angka tersebut mencapai 99,9% dari keseluruhan bisnis yang beroperasi di Indonesia.

Sudah banyak kajian Indonesia Outlook setiap tahunnya, ada Indonesia Investment Outlook, untuk orang kaya yang sudah mampu investasi. Indonesia Economic Outlook, dari Bank Indonesia, untuk para pemikir dan pemangku kebijakan. Indonesia Industry Outlook, dari para CEO perusahaan besar, cocok nya untuk perusahaan – perusahaan besar juga. Padahal, mayoritas pelaku bisnis adalah UMKM, belum ada yang memberi panduan kepada mereka untuk skala bisnis bagaimana menghadapi tahun 2021, untuk itu dibuatkan kajian tentang Indonesia Bisnis Outlook 2021.

Baca Juga: Tinjauan Pasar Properti 2020 dan Potensi Besar di 2021

Strategi Pengembangan Bisnis 2021
Di tahun 2021 kita akan menghadapi pergeseran pola maha dahsyat dan ekstrim diberbagai tingkatan, Tingkatan Langit (Digital), Tingkatan Dunia (World), tingkatan Makro (Nation) dan tingkatan Mikro (Konsumen/Individu). Dari proyeksi Bank Dunia, tahun 2021, Dunia, dan Indonesia akan mulai bangkit. Dan dari berbagai survei menunjukkan rasa optimisme masyarakat terhadap pemulihan ekonomi mengalami peningkatan. Masyarakat menyatakan optimis pandemi Covid-19 berakhir di akhir tahun 2020. Hal tersebut menjadi dasar bagi pelaku bisnis untuk membuat strategi pengembangan bisnis 2021.

Jenis Strategi Bisnis
Jika disederhanakan, menurut para ahli, strategi bisnis dapat menjadi menjadi tiga pilihan strategi yang bisa digunakan secara terpisah atau bersama sama. Strategi bisnis tersebut adalah (1) Strategi Biaya Rendah/Low Cost Price Leadership, (2) Strategi Pembedaan Produk (Differentiation), dan (3) Focus.

Strategi Biaya Rendah (Low Cost Leadership) menekankan pada upaya memproduksi produk standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah. Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh pergeseran harga (price sensitive) atau menggunakan harga sebagai faktor penentu keputusan.

Dari sisi perilaku konsumen, strategi jenis ini amat sesuai dengan kebutuhan konsumen yang termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika konsumen tidak (terlalu) peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak membutuhkan pembedaan produk.

Strategi Pembedaan Produk (differentiation), mendorong pebisnis untuk sanggup menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk (barang atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan untuk menarik minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan (secara nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut.

Berbagai kemudahan pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insensitive).

Strategi Fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya—terutama pada bisnis skala menengah dan besar—strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi pembedaan karakteristik produk.

Strategi ini biasa digunakan oleh penyedia niche market (segmen khusus/khas dalam suatu pasar tertentu; disebut pula sebagai ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan suatu produk—barang dan jasa—khusus.

Baca Juga: Vaksin COVID-19, Peluang Bagi Fasilitas Logistik Penyimpanan Dingin

Pilihan Strategi Bisnis Per Klasifikasi Bisnis di 2021
Klasifikasi bisnis, berdasarkan sektor sesuai dengan International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC). Berikut strategi bisnis untuk para pebisnis di tahun 2021.

Potensi Efisiensi 30-50% pada Proses Produk Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Pertanian kita mayoritas masih dikelola secara konvensional dan tradisional. Penerapan teknologi industri 4.0, dikombinasikan dengan Strategi Biaya Rendah (Low Cost Leadership) akan bisa memberikan penghematan sampai dengan 30-50%.

Untuk petani, dengan penggunaan biaya faktor produksi yang lebih baik, tetapi murah, seperti benih, pupuk, serta penerapan penggunaan alat mesin pertanian, seperti penggunaan traktor, cultivator dan sejenisnya. penggunaan Pertanian modern dengan smart automatization, big data, Artificial Intelligence, dan Information Communication Technology (ICT), untuk pengawasan, contohnya penggunaan CCTV.

Sektor Bisnis Pertambangan, Penggalian, Industri Pengolahan, serahkan sama korporasi ya, so kita lupakan saja ya.

Potensi Munculnya Pebisnis-Pebisnis Baru di Sektor Bisnis Listrik, Gas, dan Air Bersih
Air minum merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi. Sayangnya, tidak semua air bersih dan higienis sehingga banyak masyarakat yang menggunakan air galon atau air dalam kemasan. Namun, jika harus selalu membeli air galon tentu harganya cukup mahal sehingga tak sedikit yang kemudian membeli air isi ulang.

Kondisi ini tentu menjadi peluang yang prospektif bagi bisnis depo air minum isi ulang dan tidak akan ada matinya. Tahun 2021 adalah saatnya bagi pebisnis air isi ulang untuk memperbanyak cabang baik secara organik atau franchise, dengan strategi fokus dibarengi dengan strategi pemasaran yang maksimal.

Bisnis Kontruksi Masih Landai
Walaupun para pengembang besar itu bilang optimis sektor ini meningkat pesat tahun 2021, biarkan aja, itu semangat yang harus kita acungi jempol, biarkan semangat itu bisa membuat mereka keluar dari tuntutan pailit, gagal bayar hutang obligasi mereka.

Kita para tukang, mandor, konsultan sipil, sub kontraktor masih harus bersabar ya tahun 2021 ini, karena konsumen dan pemerintah masih mengerem pengeluaran untuk sektor ini, kecuali di proyek – proyek strategis pemerintah seperti pembangunan waduk, irigrasi, tol, bandara, pembangkit listrik, masih ada peluang.

Baca Juga: Tren Flight-to-Quality Berlanjut di Perkantoran Premium Dunia

Bisnis Perdagangan dan Hotel Melesat
Hotel akan mulai pulih, ditopang oleh anggaran pemerintah lokal dan wisata lokal. Walaupun hotel bersiap menuju fase normal seperti sebelum Covid 19, akan tetapi pebisnis hotel individu (non group) tetap harus kreatif bersaing, dengan menerapkan Strategi Pembedaan Produk (Differentiation), dengan menuangkan dengan membuat paket-paket yang atraktif seperti staycation, safecation, wedding, tunangan, paket seminar kolaboratif (offline + online) serta produk nomadic tourism.

Sedangkan untuk bisnis perdagangan, ikut tingkatan langit (Digital) itu wajib, lokasi menjadi tidak penting lagi, rumah pun bisa jadi tempat bisnis. Pedagang yang biasanya offline wajib masuk ke online untuk meningkatkan pendapatan dan penjualannya tanpa harus bertemu fisik.

Untuk pebisnis yang menjual produk mass (misalkan produk impor) maka dipastikan strategi utama adalah jual dengan harga paling murah Strategi Biaya Rendah (Cost Leadership), sedangkan untuk UMKM yang membuat produk sendiri, masih bisa menggunakan Strategi Pembedaan Produk (Differentiation), cuma permasalahannya adalah e-commerce ini pasar yang sudah penuh sesak, mesti dilakukan pendalaman ilmu pemasaran digital untuk bisa sukses di pasar ini.

Bisnis Angkutan Orang Sebaiknya Ditinggalkan, Kecuali Angkutan Barang
Bagi pebisnis angkutan orang, seperti driver online, sebaiknya mulai berfikir apakah akan bisa bertahan di bisnis ini, karena Covid telah membuat masyarakat untuk lebih memilih kendaraan pribadi sebagai moda transportasi. Bagi angkutan barang, 2021 melanjutkan peningkatan dari 2020 akibat efek dari Covid, dimana membuat masyarakat cenderung belanja online, dan membutuhkan pengiriman barang.

Keniscayaan bagi pebisnis angkutan barang untuk menggunakan strategi pemasaran digital dikombinasikan dengan strategi Strategi Biaya Rendah (Cost Leadership) serta bergabung dengan aplikasi transportasi kargo yang ada, yang ngotot masih bisnis secara konvensional, siap – siap dilibas zaman.  

Baca Juga: Di Masa Pandemi, Harga Rumah Secara Global Justru Meroket!

Startup akan menjamur pada Bisnis Jasa
Pebisnis sektor jasa seperti konsultan, psikologi, dokter, auditor, dll harus melek digitalisasi, karena tahun 2021, potensi yang dilihat oleh startup untuk menjadi hub bagi para pebisnis jasa. Hal ini sudah terbukti dengan berkembangnya Alodokter, penyedia jasa dokter daring, dkk.

Maka sebagai pebisnis jasa harus fokus pada strategi Strategi Pembedaan Produk (Differentiation) dan Strategi Biaya Rendah (Cost Leadership), sehingga ketika ada startup yang melihat peluang di bisnis ini, pelaku bisnis malah mendapatkan manfaat menjadikan startup (aplikasi) sebagai media promosi dan sales baru.

Tomi Syavira adalah Konsultan Pengembangan Bisnis, Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas di Jakarta, CEO Syavitra. Artikel ini adalah pendapat pribadi penulis. 

Berita Terkait

Dzaky Wananda Mumtaz Kamil (Foto: Dok. Pribadi)
Dzaky Wananda Mumtaz Kamil (Foto: Dok. Pribadi)
Dzaky Wananda Mumtaz Kamil (Foto: Dok. Pribadi)
Dzaky Wananda Mumtaz Kamil (Foto: Dok. Pribadi)
Dzaky Wananda Mumtaz Kamil (Foto: Dok. Pribadi)
Dzaky Wananda Mumtaz Kamil (Foto: Dok. Pribadi)
Muhammad Joni (Foto: Dok. RealEstat.id)
Muhammad Joni (Foto: Dok. RealEstat.id)